Liputan6.com, Jakarta - Real Madrid tampil mengecewakan pada pentas domestik. Namun, Los Blancos menunjukkan kinerja berbeda di panggung internasional.Â
Usai menjuarai Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub, Real Madrid mencapai final Liga Champions keempat dalam lima tahun terakhir.
Advertisement
Baca Juga
Los Blancos akan berhadapan dengan Liverpool untuk mencoba mengangkat trofi Liga Champions ketiga secara beruntun. Laga ini akan digelar di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB.
Berikut empat alasan mengapa Madrid pantas juara seperti dilansir Sportskeeda:
Musim Terberat
Dibandingkan dengan musim juara sebelumnya, ini bisa dibilang adalah musim Liga Champions tersulit Los Blancos sampai sekarang.
Sebagai permulaan, Real Madrid lolos ke babak 16 besar setelah menempati posisi kedua dalam 'Grup Neraka' setelah menghadapi tim seperti Borussia Dortmund dan Tottenham.
Di babak 16 besar, Real menghadapi PSG yang punya trio penyerang terbaik di dunia. Terlepas dari pertahanan mereka yang lemah, mereka berhasil membungkam Neymar, Kylian Mbappe dan Edinson Cavani dan memaksa mereka keluar dari kompetisi dengan skor agregat 5-2.
Selanjutnya, mereka mengalahkan juara Italia Juventus 3-0 di Turin. Jangan salah, Bianconeri kebobolan tiga gol dalam lima pertandingan kandang terakhir mereka sebelum menghadapi Madrid sehingga menunjukkan pertahanan pertahanan kuat mereka. Namun, Real menang dengan skor 4-3.
Di semifinal, mereka mendapat tantangan dari Bayern Munchen. Tim asuhan Zidane kalah dominan dalam dua leg, namun mereka berhasil menang dengan skor agregat 4-3.
Jika teliti, Anda akan menyadari bahwa Real Madrid telah mengalahkan juara liga dari tiga negara yang berbeda meski menjalani musim dengan di bawah standar.
Lolos ke final dengan pertandingan yang ketat membuat mereka layak memenangkan gelar dalam setiap aspek.
Advertisement
Karakter Kuat
Real Madrid mungkin tidak mengesankan di liga musim ini, tetapi ceritanya sangat berbeda di Liga Champions. Tim asuhan Zidane telah menjadi unit yang sepenuhnya berbeda di Eropa, menunjukkan keinginan yang kuat untuk menang dan menghindari musim tanpa trofi.
Los Blancos datang dari belakang setidaknya sekali dari masing-masing putaran, dimulai dari kemenangan leg pertama melawan PSG.
Fans rival heboh saat Madrid mengalahkan Juventus dengan penalti di menit terakhir, menganggap mereka cukup beruntung mendapatkan penalti di menit akhir pertandingan. Namun, yang mengejutkan adalah bagaimana mereka mengatasi tekanan yang muncul bersama dengan situasi semacam itu.
Kehebatan Ronaldo saat mencetak gol dari titik putih yang membuat penalti terlihat mudah, tetapi itu tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi dalam situasi seperti saat melawan Juventus, Ronaldo dan kawan-kawan pantas mendapatkan lebih dari sekadar tepuk tangan biasa. Mereka pantas mendapatkan standing ovation.
Kehebatan Zidane
Pujian khusus harus diberikan kepada Zinedine Zidane. Pelatih Prancis itu telah mengeluarkan sihirnya sama seperti saat menjadi pemain.
Setelah Real Madrid menjalani musim yang tidak memuaskan, dibutuhkan lebih dari sekedar keberuntungan untuk mencapai ke final kompetisi klub terberat di dunia.
Dia mungkin belum menjadi pelatih yang jenius tapi Zidane telah menunjukkan tanda-tanda untuk menjadi salah satunya. Misalnya, pergantian jitu Marco Asensio dan Gareth Bale saat melawan PSG di leg pertama merupakan faktor utama mengapa timnya menang dalam pertandingan tersebut.
Zidane berhasil memberikan kehidupan baru kepada Ronaldo dengan menempatkannya dalam peran striker murni, setelah ia kesulitan pada awal musim. Dia juga berhasil menyatukan ruang ganti yang mungkin paling egois di dunia.
Orang mengatakan itu mudah bagi Zidane karena kualitas pemain yang dimilikinya. Tetapi jika memang sesederhana itu, Los Merengues tidak akan membutuhkan 12 tahun untuk memenangkan gelar ke-10 mereka, mengingat mereka selalu punya pemain terbaik dalam susunan pemain.
Real Madrid sangat pantas untuk mengangkat gelar Liga Champions, bukan untuk membuktikan kebesaran mereka tetapi untuk menghapus semua keraguan dan dugaan bahwa pelatih mereka beruntung selama tiga tahun terakhir.
Advertisement
Serangan Tajam
Orang-orang berpendapat bahwa Bayern Munchen pantas lolos karena mereka mendominasi Real Madrid. Namun, memang benar bahwa Bayern tidak dalam kondisi terbaiknya dalam menyelesaikan peluang yang mereka ciptakan, tapi dilakukan Real Madrid dengan sempurna.
Di leg pertama, Bayern mencetak satu gol dalam 17 tembakan sementara Real mencetak gol dua kali dengan tujuh kali percobaan. Di leg kedua, Bayern mencetak dua gol dalam 22 tembakan, jumlah gol yang sama yang dicetak oleh Los Blancos hanya dalam sembilan kali percobaan.
Selain itu, Real Madrid memenangkan pertandingan meski Cristiano Ronaldo gagal mencetak gol di kedua pertandingan tersebut. Dengan demikian, pasukan Zidane membuktikan bahwa mereka bisa memenangkan pertandingan, sekalipun bintang utama mereka tidak tampil.
Â
Sumber: Bola.net