Jelang Final Piala Indonesia Lawan Persija, PSM Dibayangi Mimpi Buruk

Pada 18 tahun silam PSM jadi korban keperkasaan Tim Macan Kemayoran di final Liga Indonesia.

oleh Ario Yosia diperbarui 21 Jul 2019, 13:50 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2019, 13:50 WIB
Persija Nur'Alim
Nur' Alim salah satu pemain Persija merayakan gelar juara Liga Indonesia 2001 usai menundukkan PSM Makassar di SUGBK. (Bola.com/Repro Buku Gue Persija)

Jakarta Persija Jakarta akan bertemu PSM Makassar pada leg pertama final Piala Indonesia 2018-2019 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Minggu (21/7/2019). Menghadapi klub ibu kota, tim Juku Eja punya memori buruk di stasion ini.

Pada 18 tahun silam PSM jadi korban keperkasaan Tim Macan Kemayoran di final Liga Indonesia.

Minggu Malam, 7 Oktober 2001, jadi momen yang tidak bisa dilupakan bagi pendukung Persija, The Jakmania. Warna oranye mendominasi Stadion Utama Gelora Bung Karno. The Jakmania datang ke stadion buat memberi dukungan kepada Macan Kemayoran yang berhadapan dengan PSM Makassar di final Liga Indonesia 2001.

Laporan pertandingan PSSI menyebut angka penonton laga ini menembus 60 ribu orang. Dukungan The Jakmania membakar semangat Bambang Pamungkas dkk. di lapangan.

Persija unggul tiga gol sumbangan Imran Nahumarury dan Bepe (2 gol), sebelum akhirnya Tim Juku Eja memangkas skor menjadi 3-2.

Gol kedua Bambang masuk kategori gol indah. Playmaker Persija kala itu, Luciano Leandro berperan besar dalam proses terjadinya gol tersebut.

Pemain asal Brasil itu menyodorkan umpan lambung ke Bepe yang dalam posisi bebas di sisi luar pertahanan PSM. Bek Ayam Jantan dari Timur, Joseph Lewono, kelimpungan mengejar lari Bambang. Tendangan keras sang striker mengoyak gawang PSM yang dikawal Hendro Kartiko.

"Saya sudah menduga kiper akan mempersempit ruang tembak, tapi dengan kaki kiri saya arahkan bola ke kanan atas yang tak terjangkau olehnya," ujar Bepe yang di Liga Indonesia 2001 mencetak 15 gol dan mencatatkan diri sebagai pemain terbaik.

"Gol yang brilian. Bambang cerdik sekaligus licin bisa melepaskan diri dari pemain belakang kami. Saya sudah mencoba mempersempit ruang tembak, tapi ia masih bisa melihat celah kosong," komentar Hendro Kartiko.

Pelatih PSM, Syamsuddin Umar mengakui Persija pantas menjadi kampiun. "Mereka unggul materi pemain. Kualitas tim inti dan pengganti sama bagus. Sementara di tim kami hal itu menjadi masalah."

Di Liga Indonesia 2001 skuat Persija memang mentereng. Selain Bambang, Tim Oranye punya pemain-pemain berkelas macam Luciano Leandro, Gendut Doni, Anang Ma'ruf, Nuralim, Antonio Claudio, Imran Nahumarury.

The Jakmania berpesta usai Persija mengangkat piala. Bepe dkk. diarak keliling jalan besar ibu kota. Suporter sempat merayakan kesuksesan tim kesayangannya di Bundaran Hotel Indonesia.

Dua Kali Kalah di SUGBK

Bambang Pamungkas
Bambang Pamungkas, bintang Persija saat juara Liga Indonesia 2001 melawan PSM Makassar. (Bola.com/Repro Buku Gue Persija)

Perjalanan Persija menjadi juara LI 2001 dramatis. Tim ibu kota memulai kompetisi dengan langkah tersendat. Anak asuh Sofyan Hadi mengawali pertandingan awal Wilayah Barat dengan hasil kurang memuaskan.

Persija bermain imbang 0-0 kontra Persijatim dan kalah 1-2 dari Persikabo Bogor. Sempat menang 2-1 atas Semen Padang dan 6-0 kontra PSDS Deli Serdang, Persija kemudian hanya meraih hasil imbang melawan 0-0 versus PSPS Pekan Baru di kandang mereka Stadion Lebak Bulus.

Hasil yang minimalis mengingat Persija menatap persaingan musim itu dengan rasa percaya diri tinggi.

Berbekal amunisi finansial mumpuni dari bantuan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso alias Bang Yos, Persija agresif mendatangkan pemain bintang. Playmaker asing beken asal Brasil, Luciano Leandro, didatangkan dari PSM.

Materi pemain lokal Persija juga bertabur pilar-pilar Timnas Indonesia. Bambang Pamungkas, Nur' Alim, Imran Nahumarury, dan Khair Rifo, adalah deretan pemain beken yang jadi penggawa tim ibu kota.

"Tenang saja. Ibarat Tim Panser Jerman, Persija akan menemukan bentuk permainan terbaik secara perlahan," ungkap Sofyan Hadi, mentor Persija seperti dikutip dari Buku Gue Persija.

Dan benar saja mesin Persija panas di pengujung persaingan babak reguler. Mereka meraih delapan kemenangan beruntun dan mengunci posisi runner-up Wilayah Barat di bawah PSMS Medan.

Di babak 8 besar Persija menggila. Mereka menaklukkan Arema 2-1, 1-0 kontra PSM Makassar, serta skor imbang 2-2 melawan Persita Tangerang. Memasuki fase semifinal mereka bersua seteru abadi di era Perserikatan, Persebaya Surabaya. Bajul Ijo digasak 2-1 lewat sumbangsih gol Luciano Leandro dan Antonio Claudio.

Di final sudah menanti PSM, yang saat itu berstatus sebagai juara bertahan. Untuk kali kedua di SUGBK, Persija memperdayai Tim Ayam Jantan dari Timur.

Duel final Piala Indonesia jadi nostalgia dua tim besar ini di puncak pergelaran elite sepak bola Tanah Air. PSM sudah barang tentu tidak ingin kembali jadi pecundang. Mereka ingin melakukan revans, apalagi di Liga 1 2018 mereka juga harus puas jadi runner-up di bawah Persija.

 

Sumber: Bola.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya