Jakarta - Federasi Sepeda Motor Internasional (FIM)Â menjatuhkan hukuman kepada Andrea Iannone. Rider asal Italia itu dilarang beraktivitas di dunia balap selama 18 bulan akibat positif doping.
Untuk diketahui, sampel urin milik Andrea Iannone pada lomba di Sirkuit Sepang, akhir tahun lalu, telah positif zat steroid berjenis Drostanolone. Keputusan 18 bulan tentu sanbat berat buat Iannone.
Baca Juga
Karena berarti ia urung berlomba di MotoGP 2020 dan juga beberapa putaran awal musim 2021. Artinya paling ideal ia bisa kembali berlomba adalah pada MotoGP 2022.
Advertisement
Saat itu usianya sudah menjejak 33 tahun. Sangat sulit sepertinya pada usia seperti itu mendapat tim lagi di MotoGP.
Artinya apakah karier Andrea Iannone berakhir? Sebelum mengetahui jawaban dari pertanyaan itu, berikut enam momen terbaik pembalap berusia 30 tahun itu di MotoGP.
1. Konsistensi di Moto2
Andrea Iannone memang gagal merasakan titel juara dunia Moto2. Namun tiga musim berlomba di kelas ini yaitu tahun 2010-2012, ia selalu bisa bersaing di baris depan.
Seperti diketahui, Moto2 merupakan kelas yang menyajikan persaingan ketat. Namun total tiga musim di kelas ini, Iannone merasakan delapan kemenangan, lima pole position, dan 19 podium.
Karena rekam jejak inilah, ia direkrut tim satelit Ducati, Pramac Racing untuk MotoGP 2013.
Advertisement
2. Hanya Dua Tahun dan Langsung Jadi Pembalap Pabrikan Ducati
Iannone menghabiskan dua musim pertama di MotoGP dengan memperkuat tim satelit Ducati, Pramac. Tahun perdana, ia sempat mengalami cedera sehingga potensinya belum terlihat betul.
Baru di MotoGP 2014, bakatnya mulai terlihat. Meski mengendarai motor tim satelit, ia bisa tiga kali finis di lima besar.
Oleh karena itulah ketika Cal Crutchlow memutuskan hengkang dari Ducati pada musim 2015, pabrikan asal Italia itu tak perlu berpikir panjang untuk merekrut Iannone.
3. Debut Senasional Bersama Ducati
Iannone langsung mendapat perhatian besar pada tahun pertama bersama Ducati di MotoGP 2015. Dia bahkan langsung merasakan podium pertama pada lomba perdana bersama tim berkelir merah.
Dia finis ketiga pada lomba di Sirkuit Losail, Qatar. Start keempat, ia finis ketiga di belakang Valentino Rossi sebagai pemenang lomba dan rekan setimnya, Andrea Dovizioso.
Akhir musim, Iannone mengakhiri kompetisi di urutan lima klasemen. Dia bahkan unggul atas Dovizioso yang hanya menempati posisi tujuh. Total, Iannone merasakan tiga podium pada musim ini.
Advertisement
4. Tabrakan dengan Dovizioso di Argentina
Lomba putaran kedua MotoGP 2016 di Sirkuit Termas de Rio Hondo. Duo Ducati: Dovizioso dan Iannone berpotensi merasakan podium kedua dan ketiga.
Namun Iannone merusak semuanya. Lap terakhir, ia membuat manuver agresif di tikungan saat ingin menyalip Dovizioso. Keduanya terjatuh.
Iannone dinyatakan bersalah oleh Direktur Lomba dan menghukumnya turun tiga posisi saat memulai lomba putaran berikutnya di Amerika Serikat. Akibat insiden ini, hubungan antara Iannone dan Dovizioso mulai panas.
5. Kemenangan Perdana untuk Ducati
Iannone membayar lunas kesalahan yang ia lakukan di Argentina. Pasalnya di tahun yang sama, ia bisa finis pertama pada lomba di Sirkuit Red Bull Ring, Argentina.
Kemenangan ini sangat penting untuk Ducati. Karena menandakan podium pertama perdana pabrikan asal Italia itu di MotoGP sejak tahun 2010. Bagi sang pembalap, ini juga kemenangan perdana di kelas MotoGP.
Sayang pada MotoGP 2016, ia tidak konsisten. Meski berulang kali bersaing tiga besar, ia hanya mengakhiri musim di urutan sembilan dengan torehan 112 poin. Musim berikutnya, ia memutuskan hengkang ke Suzuki dan Ducati merekrut Jorge Lorenzo untuk disandingkan bersama Dovizioso.
Advertisement
6. Suzuki dan Aprilia
Petualangan Iannone di Suzuki sebenarnya tidak terlalu buruk. Setelah gagal total di MotoGP 2017, pada musim 2018, ia bisa menunjukkan motor Suzuki GSX-RR bisa bersaing.
Cukup melihat fakta ia bisa merasakan empat podium. Sayang kebersamaan Iannone-Suzuki tidak berlangsung lama. Menuju MotoGP Italia, lomba kandangnya, ia mengumumkan perpisahan dengan Suzuki pada akhir musim.
Tahun 2019, pabrikan asal Italia, Aprilia memutuskan untuk menampung Iannone. Berstatus tim pabrikan paling lemah, ia gagal bersinar. Nahasnya kini saat motor Aprilia RS-GP mulai menunjukkan sinyal kompetitif, Iannone justru mendapat larangan beraktivitas di dunia balap selama 18 bulan.
Sumber: Dari berbagai sumber
Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Hendry Wibowo, Published 2/4/2020)