Liputan6.com, Jakarta - Suporter Arab Saudi Abdullah al-Sulmi melakukan perjalanan selama 55 hari dari tanah kelahiran ke Qatar menjelang Piala Dunia 2022. Sosok berusia 33 tahun itu dilaporkan telah tiba di Doha.
al-Sulmi menyelesaikan perjalanan 1.600 kilometer pada 30 Oktober ke Qatar di mana ia akan menghadiri pertandingan Piala Dunia yang akan dimulai pada 20 November.
Baca Juga
Dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya, al-Sulmi mengatakan bahwa pencapaian itu tidak terlepas dari tantangan yang meliputi menahan suhu panas dan melintasi medan gurun yang melelahkan.
Advertisement
Al-Sulmi, yang melakukan perjalanan dari Jeddah hanya dengan ransel, mengatakan bahwa dia telah mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai perjalanannya terutama dalam hal keselamatan.
Ia menambahkan, untuk memberikan kabar terbaru kepada kerabatnya, dirinya memasang alat pelacak yang terhubung ke telepon saudaranya dan ke telepon beberapa teman.
Al-Sulmi, yang telah menjadi trekker selama lima tahun, mengatakan kepada televisi Saudi Al Ekhbariya sesaat sebelum tiba di Qatar bahwa bagian terbaik dari perjalanannya adalah sambutan hangat orang-orang Saudi.
"Orang-orang Saudi sangat ramah, memberi semangat, sejujurnya, bagian terbaik dari perjalanan saya adalah sambutan hangat ini," katanya seperti dilansir Al-Arabiya.
Mimpi Jadi Kenyataan
Setibanya di Qatar, al-Sulmi mengatakan bahwa tiba di Qatar adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Dia yakin pencapaian itu tidak hanya karena ketekunannya, tetapi juga berkat dorongan orang-orang yang memotivasinya sepanjang perjalanannya.
"Saya mengalami pasang surut, tetapi ketika saya mendengar orang-orang menyambut saya dan mengatakan mereka akan menindaklanjuti perjalanan saya dan mendukung saya, saya merasa terdorong dan saya terus maju," katanya kepada France 24 saat dalam perjalanan ke Qatar.
"Setelah tiba di sini, saya berpikir, apa yang telah saya lakukan? Itu tidak mungkin. Tapi (Anda tahu), ketika saya pertama kali memulai perjalanan ini, yang saya pikirkan hanyalah tiba di Doha dan tiba di Piala Dunia,"
"Terima kasih Tuhan untuk itu, karena (itu membuat saya) mengatasi semua tantangan (perjalanan)," katanya kepada stasiun radio al-Wisal Oman setelah tiba di Qatar.
Advertisement
Beda Nasib
Hal serupa dilakukan oleh pria asal Spanyol yang memilih berjalan kaki dari kampung halamannya di Madrid menuju Doha. Namun ia dilaporkan orang tuanya hilang pada 17 Oktober.
Santiago Sanchez diyakini ditahan di Iran di mana ia hilang lebih dari tiga pekan lalu, kata keluarganya, Rabu 26 Oktober 2022.
Mengutip VOA Indonesia, Kamis (27/10/2022), petualang Spanyol itu berencana pergi ke Teheran, ibu kota Iran, di mana sebuah stasiun televisi ingin mewawancarainya.
Langkah selanjutnya adalah Bandar Abbas, sebuah pelabuhan di Iran Selatan di mana ia akan naik kapal ke Qatar. Kendati demikian, semua jejaknya menghilang bahkan sebelum ia mencapai Teheran, kata orang tuanya.
"Kami mengetahui (Rabu) pagi ini dari kementerian luar negeri (Spanyol) bahwa ada kemungkinan 99 persen ia ditangkap,'' kata Celia Cogedor, ibu dari trekker Santiago Sanchez berusia 41 tahun itu, kepada Associated Press.
Masih Tanda Tanya
Adik Sanchez bertemu dengan sejumlah pejabat di Kementerian Luar Negeri Spanyol di Madrid untuk mengetahui rincian lebih lanjut.
Kementerian luar negeri itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedutaan Spanyol di Teheran berhubungan dengan pihak berwenang Iran tentang Sanchez. Kementerian tersebut menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.
Mereka mengatakan polisi dan diplomat Spanyol membantu keluarga itu untuk mencari tahu penyebabnya.
Iran sedang dilanda kerusuhan massal, sehingga memicu kekhawatiran tentang nasib Sanchez setelah ia berhenti menghubungi keluarganya di Spanyol pada 2 Oktober, sehari setelah ia melintasi perbatasan Irak-Iran. Ia sendiri telah memperingatkan keluarganya bahwa komunikasi mungkin sulit di Iran.
Advertisement
Kebanggaan Orang Tua
Orang tuanya mengatakan bahwa mereka bangga dengan jiwa petualangnya dan mengatakan bahwa satu-satunya tujuannya adalah membantu sesama manusia dan mempromosikan tim sepak bola Real Madrid.
Hilangnya Sanchez di Iran terjadi saat aksi unjuk rasa berkobar di berbagai penjuru Republik Islam Itu. Demonstrasi meletus pada 16 September atas kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun yang ditahan oleh polisi moral Iran karena diduga tidak mengikuti aturan berpakaian Islami yang ketat di negara itu.
Teheran dengan keras menindak para pengunjuk rasa dan menyalahkan musuh asing dan kelompok Kurdi di Irak karena mengobarkan kerusuhan, tanpa memberikan bukti. Kementerian Intelijen Iran mengatakan pihak berwenang telah menangkap sembilan orang asing, kebanyakan orang Eropa, atas dugaan hubungan mereka dengan aksi protes itu.