Cek Fakta: Benarkah Tim Kampanye Minta Donasi untuk Kesembuhan Donald Trump dari Covid-19?

Salah satu pengguna Facebook yang mengunggah donasi untuk kesembuhan Donald Trump dari virus corona covid-19 adalah Connie Poe.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 07 Okt 2020, 11:47 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2020, 11:47 WIB
Hoaks donasi untuk Donald Trump
Hoaks donasi untuk Donald Trump. (Facebook/Connie Poe)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2 Oktober 2020, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump positif virus corona covid-19. Di hari yang sama, beredar sebuah email dengan dalih donasi untuk kesembuhan Donald Trump.

Surat edaran itu juga memuat logo tim kampanye Donald Trump. Salah satu pengguna Facebook yang mengunggah donasi untuk kesembuhan Donald Trump dari virus corona covid-19 adalah Connie Poe.

Berikut ini narasi dari email yang meminta donasi untuk kesembuhan Donald Trump:

"Kawan, saat ini kamu sudah mendengar beritanya.

Presiden Trump dan Ibu Negara dinyatakan positif mengidap Virus China. Beberapa minggu ke depan akan sulit bagi orang-orang Amerika dari seluruh negara dan kami meminta perhatian dan doa Anda.

Presiden Trump menghargai dukungan teguh Anda selama ini dan dia ingin Anda tahu bahwa dukungan Anda tidak luput diperhatikan. Presiden Trump ingin meminta bantuan. Maukah Anda BERDONASI untuk membantunya sembuh dari penyakit ini?

Ini adil karena dia telah mengorbankan jutaan dolar untuk melayani Anda sebagai Presiden.

Bantu kami mencapai target 421 juta untuk memastikan Presiden kita akan pulih untuk melayani kita 4 tahun lagi! Dia berjuang untuk kita semua!"

Lalu, benarkah tim kampanye meminta donasi kesembuhan Donald Trump dari virus corona covid-19?

 

Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6
CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran informasi tersebut. Hasil penelusuran mengarahkan ke situs politifact dengan judul artikel: "Trump did not ask supporters for $421 million to help him recover from COVID-19" yang dipublikasikan pada 2 Oktober 2020.

Dalam artikel tersebut, email yang mengatakan donasi untuk Donald Trump adalah palsu. Hal itu dipastikan oleh Republican National Commitee (RNC), komite politik AS yang memimpin Partai Republik AS, menegaskan surat elektronik tersebut tidak asli.

"Itu palsu," ujar juru bicara RNC, Mandi Merrit kepada PolitiFact, Jumat (2/10/2020).

Menurut politifact, angka 421 juta di surat elektronik itu merujuk pada nilai pinjaman dan utang yang harus dibayar kembali oleh Donald Trump. Utang itu jatuh tempo dalam kurun waktu empat tahun.

Hasil penelusuran juga mengarahkan ke situs FactCheck.org dengan judul: "Trump Campaign Didn’t Send Email Fundraising Off COVID-19 Diagnosis". Artikel itu menyebut surat elektronik yang meminta donasi untuk kesembuhan Donald Trump adalah hoaks.

FactCheck.org menyoroti paragraf kelima dari email itu yang menyebut: "421 juta untuk memastikan Presiden kita akan pulih untuk menjalani 4 tahun lagi!"

Media FactCheck.org merujuk pada penyelidikan New York Times, yang menemukan kalau Donald Trump bertanggung jawab atas pinjaman uang sebesar 421 juta dolar AS yang sebagian besar jatuh tempo dalam 4 tahun.

 

Kesimpulan

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Email yang meminta donasi kesembuhan Donald Trump dari virus corona adalah hoaks. Email itu juga sudah dibantah oleh juru bicara RNC, Mandi Merrit.

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya