Marak Hoaks, Bagaimana Sebenarnya Cara Kerja Vaksin?

Belakangan ini hoaks terkait vaksin covid-19 banyak beredar di masyarakat. Penyebarannya pun masif mulai dari aplikasi percakapan hingga ke platform media sosial.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 18 Des 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2020, 16:00 WIB
FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini hoaks terkait vaksin covid-19 banyak beredar di masyarakat. Penyebarannya pun masif mulai dari aplikasi percakapan hingga ke platform media sosial.

Padahal vaksin yang sudah mendapat izin untuk disuntikkan ke masyarakat dijamin aman. Banyak fase yang harus dilewati sebelum akhirnya vaksin disuntikkan ke dalam tubuh.

Lalu sebenarnya bagaimana cara kerja vaksin itu sendiri? Kenapa kita membutuhkan vaksin untuk memicu kekebalan tubuh?

Berikut cara kerja vaksin dilansir dari laman resmi WHO:

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

Respons alami tubuh

Banner Vaksin Covid-19
Banner Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Patogen adalah bakteri, virus, parasit atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Setiap patogin terdiri dari beberapa subbagian, biasanya unik dan spesifik untuk penyakit yang ditimbulkannya.

Subbagian patogen yang menyebabkan pembentukan antibodi disebut antigen. Antibodi yang diproduksi dari antigen adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.

Di dalam tubuh terdapat ribuan antibodi berbeda, mereka punya sistem untuk mengenali antigen sebelum akhirnya memproduksi antibodi khusus. Setelah itu antigen spesifik diproduksi dan bekerja dengan sistem kekebalan lainnya untuk menghancurkan patogen dan menghentikan penyakit.

Tak hanya itu tubuh juga menciptakan sel memori penghasil antibodi yang tetap hidup bahkan setelah patogen dikalahkan. Artinya jika ada patogen sama yang hendak menginfeksi tubuh maka respons antibodi sudah lebih siap dan cepat untuk melawannya.

Di Mana Peran Vaksin?

Banner Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Vaksin sendiri mengandung bagian yang lemah atau tidak aktif dari organisme tertentu (antigen) yang memicu respons kekebalan di tubuh.

Versi yang dilemahkan ini tidak akan menyebabkan penyakit pada orang yang divaksin, tetapi akan mendorong sistem kekebalan mereka untuk merespons pada patogen yang sebenarnya.

Beberapa vaksin memerlukan dosis yang banyak, diberikan dalam rentang waktu beberapa pekan atau bulan. Ini diperlukan untuk memungkinkan produksi antibodi yang berumur panjang dan mengembangkan sel memori.

Dengan cara ini tubuh dilatih untuk melawan organisme penyebab penyakit tertentu, membangun memori patogen sehingga dapat dengan cepat melawannya jika dan ketika terpapar di masa mendatang.

Herd Immunity

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Ketika seseorang divaksinasi, mereka sangat mungkin terlindung dari penyakit yang ditargetkan. Namun tidak semua orang mendapat vaksinasi, apalagi dalam waktu yang cepat.

Selain itu ada beberapa orang yang kondisinya memang tidak bisa menerima vaksin seperti orang yang memiliki alergi parah atau kondisi kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan mereka.

Meski demikian orang-orang tersebut masih dapat dilindungi jika mereka tinggal diantara orang lain yang divaksinasi. Patogen atau penyakit sulit beredar jika kebanyakan orang sudah kebal.

Sehingga semakin banyak orang divaksinasi maka semakin kecil kemungkinan orang yang tidak divaksinasi terpapar penyakit tertentu, inilah yang disebut herd immunity.

Yang perlu digarisbawahi tidak ada satu vaksin pun yang memberikan perlindungan 100 persen, demikian juga herd immunity tidak memberikan perlindungan penuh pada orang yang tidak divaksin. Tetapi dengan herd immunity orang-orang ini akan terlindungi karena orang di sekitar mereka sudah divaksinasi.

Vaksinasi tidak hanya melindungi kita tetapi juga masyarakat umum. Jadi jika memang memungkinkan vaksinasi sangat dianjurkan.

Contoh Sukses Vaksin

Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Sepanjang sejarah, manusia telah sukses membuat vaksin untuk sejumlah penyakit yang berbahaya seperti meningitis, tetanus, campak dan polio.

Pada awal 1900-an, polio adalah penyakit sedunia, melumpuhkan ratusan ribu orang setiap tahun. Pada tahun 1950, dua vaksin yang efektif untuk melawan penyakit telah dikembangkan. Namun vaksinasi di beberapa belahan dunia masih belum cukup umum untuk menghentikan penyebaran polio, khususnya di Afrika.

Pada 1980-an, upaya bersatu di seluruh dunia untuk memberantas polio dimulai. Selama beberapa tahun dan beberapa dekade, vaksinasi polio, dengan menggunakan kunjungan imunisasi rutin dan kampanye vaksinasi massal, telah dilakukan di semua benua.

Hasilnya, jutaan orang, kebanyakan anak-anak, telah divaksinasi dan pada Agustus 2020, benua Afrika telah disertifikasi bebas virus polio liar, bergabung dengan semua bagian dunia lain kecuali Pakistan dan Afghanistan, di mana polio belum diberantas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya