Kominfo Dorong Peningkatan Kualitas SDM untuk Pemanfaatan Teknologi AI

AI berpotensi mengancam eksistensi keterampilan dan peluang manusia apabila tak dimanfaatkan dengan bijak. Kominfo dorong kualitas SDM melalui tiga level pelatihan.

oleh Julia Rizky Khoirunisa diperbarui 15 Des 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 18:00 WIB
Wamenkominfo Nezar Patria
Wamenkominfo Nezar Patria. Credit: Biro Humas Kominfo

Liputan6.com, Jakarta - Artificial intelligence (AI) lahir dari kemajuan teknologi yang tak hanya membawa berbagai kemudahan bagi manusia, tetapi juga berpotensi mengancam eksistensi keterampilan manusia apabila tak dimanfaatkan dengan bijak.

Berdasarkan laporan McKinsey pada tahun 2023, lebih dari 600 perusahaan di dunia telah menggunakan teknologi AI di berbagai domain bisnis, seperti penyediaan layanan pelanggan, keamanan siber, pemasaran, dan penjualan.

Wakil Menteri Kominfo RI, Nezar Patria mendorong, peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam mengimplementasikan teknologi digital. Hal ini bertujuan memanfaatkan AI dan mencegah kemungkinan tergerusnya peluang dan kemampuan manusia akibat kehadiran AI.

"Pemanfaatan AI akan membawa dampak positif yang signifikan jika diiringi peningkatan SDM secara komprehensif. Kehadiran SDM digital yang terserap oleh industri dengan baik dapat mewujudkan potensi ekonomi digital khususnya bagi Indonesia," jelas Nezar Patria dikutip dari situs kominfo.go.id, Jumat (15/12/2023). 

Nezar sangat mengapresiasi inisiatif AI Policy dan Skilling Lab Indonesia sebagai program pertama yang digelar di Asia Tenggara pada tahun 2024 mendatang.

Menurutnya, program kolaborasi dari Google bersama Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM dan Kolaborasi Riset & Inovasi Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA) akan membantu meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

"Inisiatif AI Policy & Skilling Lab Google yang diluncurkan hari ini patut diapresiasi. Saya harap selain meningkatkan pemahaman pembuat kebijakan terkait AI, inisiatif ini juga dapat memfasilitasi peningkatan pemahaman pengembang AI terhadap berbagai isu kebijakan publik," ucap Nezar.

Rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas dan diskusi kelompok akan membagikan pengetahuan dasar mengenai kecerdasan buatan (AI) guna mendukung produktivitas, kreativitas, dan inovasi. Nezar sangat berharap program ini juga akan memajukan ekosistem digital tanah air.

"Saya juga mengundang Google dan pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan kolaborasi bersama Kementerian Kominfo. Melalui kolaborasi kita hadirkan suatu resource pool yang dapat diberdayakan bersama, menumbuhkan SDM yang siap mengembangkan ekosistem ekonomi digital Indonesia," tambah dia.

Berdasarkan catatan World Bank, Nezar menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital pada tahun 2030 guna memaksimalkan potensi ekonomi digital yang menargetkan angka sebesar USD 4 Miliar. Oleh karena itu, pemerintah sangat berupaya memperbaiki kualitas SDM agar mencapai sasaran yang diinginkan.

"Kami menyadari upskilling dalam transformasi digital, terutama terkait isu AI seperti literasi data dan informasi, komunikasi dan kolaborasi, dan keamanan data menjadi semakin urgent," kata Nezar.

Kementerian Kominfo telah menggelar berbagai pelatihan digital untuk menciptakan 9 juta talenta digital pada tiga tingkatan, yaitu dasar, menengah, dan tingkat lanjut.

Pada tahap dasar, Kemenkominfo berkolaborasi bersama 142 mitra untuk menggelar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang praktik dan risiko teknologi digital. Pada tingkat kedua, Kemenkominfo menciptakan Program Digital Talent Scholarship (DTS) untuk membekali keahlian digital, seperti keamanan siber AI, komputasi awan, analisis data, dan pemasaran digital.

"Dalam memberikan pelatihan ini, kami bekerja sama dengan berbagai mitra ternama, seperti Google salah satunya," tambah dia.

Kemudian pada tingkat lanjut, Kemenkominfo menyediakan Program Digital Leadership Academy (DLA) yang menyasar tingkat pengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas SDM.

"Kami bekerja sama dengan 8 mitra termasuk beberapa universitas ternama dunia memberikan para pimpinan, dan pengambil kebijakan dari sektor privat maupun publik pelatihan kepemimpinan digital," tutupnya.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya