Sejarah Penamaan Hari Tarwiyah dan Arafah Serta Maknanya Jelang Idul Adha 1442 H

Tarwiyah bermakna berpikir atau merenung. Sedangkan hari Arafah merupakan waktu bagi jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

oleh Anri Syaiful diperbarui 14 Jun 2023, 10:19 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2021, 21:21 WIB
FOTO: Wukuf, Jemaah Haji Panjatkan Doa di Padang Arafah
Para jemaah berdoa saat melaksanakan rangkaian ibadah haji di Padang Arafah, dekat Makkah, Arab Saudi, Kamis (30/7/2020). Hanya sekitar 1.000 jemaah yang diizinkan untuk melakukan ibadah haji tahun ini karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Rangkaian ibadah haji berlangsung pada bulan Zulhijah. Selain sebagai puncak ibadah haji, Zulhijah juga mempunyai sejumlah hari bersejarah dalam ajaran agama Islam. Hari bersejarah itu pada 8 dan 9 Zulhijah. Disebut pula sebagai hari Tarwiyah dan hari Arafah.

Tarwiyah bermakna berpikir atau merenung. Karena itulah, hari Tarwiyah disebut juga hari merenung, berpikir, dan keragu-raguan.

Sedangkan hari Arafah merupakan waktu bagi jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Mulai dari tergelincirnya matahari atau waktu zuhur pada 9 Zulhijah hingga fajar terbit pada 10 Zulhijah.

Adapun bagi umat Islam yang sedang tidak menunaikan ibadah haji, saat hari Arafah disunahkan melaksanakan puasa Arafah pada 9 Zulhijah.

Bagaimana sejarah penamaan hari Tarwiyah dan hari Arafah beserta maknanya menjelang Idul Adha? Simak rangkuman Liputan6.com dari berbagai sumber pada Minggu (18/7/2021), di halaman berikut:

 

Video Pilihan

Penamaan Hari Tarwiyah

FOTO: Jemaah Mulai Rangkaian Ibadah Haji 2021
Jemaah yang memegang payung untuk melindungi diri dari panas tiba di Masjidil Haram pada awal musim haji, Arab Saudi, Sabtu (17/7/2021). Pemerintah Arab Saudi mengklaim ibadah haji tahun lalu hanya diikuti 1.000 orang, sementara media lokal menyebut ada 10 ribu orang. (FAYEZ NURELDINE/AFP)

Imam Fakhruddin Ar-Razi mengatakan, hari Tarwiyah menjadi hari kedelapan Zulhijah yang mempunyai makna berpikir atau merenung. Sebab itu, hari Tarwiyah identik dengan keadaan berpikir dan merenung mengenai peristiwa yang masih dipenuhi keraguan.

Seperti dilansir situs resmi Nahdlatul Ulama, nu.or.id, Fakhruddin Ar-Razi mengutip beberapa pendapat ulama perihal alasan di balik penamaan hari Tarwiyah dalam kitabnya. Ringkasnya, ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah, yaitu:

1. Nabi Adam ‘alaihissalam diperintah membangun sebuah rumah. Ketika Nabi Adam membangun, ia berpikir dan berkata, "Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?"

Allah subhanahu wata’ala menjawab: "Ketika engkau melakukan tawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tawafmu."

Nabi Adam AS memohon, "Tambahlah (upah)ku." Allah SWT menjawab: "Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tawaf di sini."

Nabi Adam AS memohon, "Tambahlah (upah)ku." Allah SWT menjawab: "Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan tawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah)."

2. Sesungguhnya Nabi Ibrahim AS bermimpi saat tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya.

Maka, saat waktu pagi tiba, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim berkata, "Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu."

3. Sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina. Selanjutnya, mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keesokan harinya, di hari Arafah." (Fakhuddin Ar-Razi, Tafsîr Mafâtîhul Ghaib, [Bairut, Darul Fikr: 2000], juz V, halaman 324).

Adapun Syekh Nidhamuddin Al-Hasan bin Muhammad bin Husein An-Naisaburi dalam kitab Tafsîr an-Naisabûri menyatakan, hari Tarwiyah mempunyai sejarah yang sangat luar biasa. Yakni, menjadi hari persiapan untuk bekal menuju ibadah haji.

Orang-orang mengumpulkan air yang sangat banyak untuk dibagikan kepada calon jemaah haji. Mereka akan memberikan kepada jemaah setelah merasakan lelah dan dahaga ketika menempuh perjalanan menuju Kota Makkah. Atau, mereka akan membagikan air-air yang telah mereka kumpulkan kepada jemaah saat melaksanakan ibadah haji, mengingat gersangnya tanah Arab dan sedikitnya air saat itu.

"Ibaratnya, orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji merupakan orang-orang yang sangat haus. Karena itu, Allah telah mempersiapkan rahmat-Nya kepada mereka semua setelah melakukan ibadah, dengan diampuninya dosa-dosa mereka.” (Nidhamuddin An-Naisaburi, Tafsîr an-Naisabûri , [Bairut, Dârul Kutub: 1999], juz I, halaman 489).

 

Penamaan Hari Arafah

FOTO: Wukuf, Jemaah Haji Panjatkan Doa di Padang Arafah
Jemaah berdoa saat melaksanakan rangkaian ibadah haji di Padang Arafah, dekat Makkah, Arab Saudi, Kamis (30/7/2020). Hanya sekitar 1.000 jemaah yang diizinkan untuk melakukan ibadah haji tahun ini karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo)

Padang Arafah merupakan sebuah tempat mulia yang menjadi arena berkumpulnya hamba-hamba Allah SWT yang taat di Tanah Suci.

Mreka menghilangkan segala perbedaan dunia dan menghapus sisa-sisa kemusyrikan dan kesombongan. Jemaah haji berkumpul dari segala penjuru dunia.

Mereka yang sudah memenuhi segala ketentuan haji berbondong-bondong memulai menunaikan Rukun Islam kelima tersebut, dan puncaknya bertepatan pada 10 Zulhijah.

Ada beberapa makna dari penyebutan nama Arafah itu sendiri. Berdasarkan buku bertajuk Rujukan Utama Haji & Umrah untuk Wanita karya Dr. 'Ablah Muhammad al-Kahlawi, berikut beberapa versi terkait penyebutan nama Arafah:

1. Menjadi tempat pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah keduanya diturunkan oleh Allah ke Bumi secara terpisah. Nabi Adam diturunkan di India, sedangkan Siti Hawa di Jeddah.

2. Mengacu para peristiwa pengajaran manasik haji oleh Jibril kepada Nabi Ibrahim AS. Dikisahkan, setelah mengajarkan manasik haji kepada Ibrahim, Jibril berkata, "Apakah engkau sudah mengerti (a'rafta)?" Ibrahim menjawab, "Ya, sudah."

3. Mengacu pada perkataan, "Aku telah membuat harum ('arrafa) ruangan ini."

4. Berkaitan dengan hari kesembilan bulan Zulhijah dan hari-hari sebelum dan sesudahnya. Peristiwa Nabi Ibrahim AS bermimpi diperintah untuk menyembelih putranya, Ismail, terjadi pada hari kedelapan bulan Zulhijah.

Selanjutnya, saat Nabi Ibrahim AS mengalami kebimbingan hati dan pikiran perihal apakah mimpinya itu merupakan bisikan setan atau perintah langsung dari Allah, disebut hari Tarwiyah.

"Ketika Nabi Ibrahim AS meyakini mimpinya tersebut perintah langsung dari Allah, hal itu terjadi pada hari kesembilan bulan Zulhijah (hari Arafah)," demikian tulis Dr. 'Ablah Muhammad al-Kahlawi.

 

Jemaah Haji dan Idul Adha 1442 Hijriah

FOTO: Jemaah Mulai Rangkaian Ibadah Haji 2021
Jemaah mengelilingi Kabah pada awal musim haji di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (17/7/2021). Jemaah haji 2021 sudah memulai rangkaian ibadah. (FAYEZ NURELDINE/AFP)

Pada tahun ini, hari Tarwiyah jatuh pada 8 Zulhijah 1442 Hijriah atau Minggu 18 Juli 2021 Masehi. Sedangkan hari Arafah pada 9 Zulhijah 1442 Hijriah atau Senin 19 Juli 2021. Kemudian pada Selasa (20/7/2021) adalah Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah.

Sejak Sabtu 17 Juli 2021 waktu Arab Saudi, jemaah mulai berdatangan ke Makkah. Mereka akan menunaikan ibadah haji. Adapun tahun ini pelaksanaan haji kali kedua sejak dimulainya pandemi Covid-19.

Jemaah yang bepergian ke sejumlah situs tersuci Islam diharapkan dapat menjaga jarak dan memakai masker mencegah penularan Covid-19.

Mengutip BBC, Minggu (18/7/2021), jemaah tahun ini lebih banyak ketimbang 2020. Namun, masih jauh lebih kecil dari tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 yang dapat mencapai dua juta lebih orang.

Rincinya, cuma 60 ribu warga negara dan penduduk atau pemukim yang sepenuhnya divaksinasi yang diizinkan mengikuti ibadah haji. Dengan peserta yang dipilih dari kumpulan online lebih dari 550 ribu pelamar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya