Hukum, Niat Serta Cara Puasa Qadha Ramadhan yang Wajib Diketahui Umat Muslim

Berikut ini niat, hukum serta cara melaksanakan puasa qadha.

oleh Camelia diperbarui 14 Mar 2022, 09:56 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2022, 09:21 WIB
Manfaat Puasa Dzulhijjah
Ilustrasi Membaca Niat Puasa Dzulhijjah Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Tak terasa sebentar lagi seluruh umat muslim di dunia akan bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Seperti yang diketahui, seluruh umat muslim yang telah baligh diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan selama satu bulan. 

Namun, ada beberapa orang yang tidak bisa berpuasa satu bulan penuh. Sebagai contoh seperti wanita yang datang bulan, ibu hamil, orang yang sakit, orang yang sedang dalam perjalanan dan lainnya. 

Nah, bagi mereka yang tidak bisa menjalani ibadah puasa sebulan penuh, tentu wajib untuk menggantinya di hari lain setelah Ramadhan. Puasa untuk membayar utang puasa ini kerap disebut dengan puasa qadha. Sementara jumlah utang puasa pun harus dibayar sesuai dengan puasa yang ditinggalkan.

Sebaiknya mengganti puasa Ramadhan dilakukan sesegera mungkin. Untuk pelaksanaannya sendiri tak perlu dilakukan berturut-turut, sehingga jadwalnya bisa diatur diri sendiri.

Tata cara membayar utang puasa sama seperti puasa pada umumnya. Kegiatan ini diawali dengan membaca niat membayar utang puasa di malam hari atau pada waktu sahur. Berikut ini adalah niat puasa qadha Ramadhan:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hukum Mengganti Puasa Ramadhan

Amalan Sunnah di Hari Arafah
Ilustrasi Berbuka Puasa Credit: pexels.com/pixabay

Ketentuan membayar utang puasa Ramadhan atau menjalani puasa qadha ini tercantum dalam firman Allah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 184:

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya,

"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." 


Niat Puasa Qadha

Macam-macam Puasa Sunnah
Macam-macam Puasa Sunnah (Sumber: Pixabay)

Berikut adalah lafal niat membayar utang puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya,

“Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadan esok hari karena Allah SWT.”


4 Golongan Orang yang Diperbolehkan untuk Tak Berpuasa Ramadhan

Ilustrasi Islami, muslim, berdoa
Ilustrasi Islami, muslim, berdoa. (Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay)

Rupanya ada empat golongan yang diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa Ramadhan serta satu golongan yang dilarang berpuasa.

Meski diperbolehkan untuk tidak berpuasa, empat golongan ini tetap wajib mengganti puasanya di kemudian hari.

Berikut empat golongan yang diperbolehkan meninggalkan puasa:

1. Orang Sakit

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

Orang sakit yang diizinkan tidak berpuasa adalah orang sakit yang apabila menjalankan puasa, dapat memperparah kondisi yang bersangkutan. Meski tidak berpuasa, namun orang tersebut harus membayar puasanya tersebut.


2. Orang Sedang dalam Perjalanan Jauh

Doa
Ilustrasi Perempuan Muslim Credit: pexels.com/pixabay

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar melihat orang yang berdesak-desakan. Lalu ada seseorang yang diberi naungan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Siapa ini?" Orang-orang pun mengatakan, "Ini adalah orang yang sedang berpuasa." Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah suatu yang baik seseorang berpuasa ketika dia bersafar."

Jadi, apabila seseorang yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa diizinkan untuk tidak berpuasa apabila kondisinya berat dan menyulitkan. Namun, orang tersebut wajib mengganti puasanya di kemudian hari.


3. Orang Lanjut Usia

Ilustrasi Orang Tua
Ilustrasi orang tua (dok. Pixabay.com/congerdesign/Putu Elmira)

Orang tua yang tidak mampu menjalankan puasa diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah, yakni dengan memberi makan fakir miskin setiap kali orang tersebut tidak berpuasa.

Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 184:

"Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin."

Adapun ukuran satu fidyah adalah setengah sho', kurma atau gandum atau beras, yaitu sebesar 1,5 kg beras.


4. Wanita Hamil dan Menyusui

Wanita hamil
Wanita hamil (Sumber: Pixabay)

Nabi bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, "Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menghilangkan pada musafir separuh sholat. Allah pun menghilangkan puasa pada musafir, wanita hamil dan wanita menyusui."

Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa, Allah meringankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari.

Sementara satu golongan yang dilarang untuk berpuasa adalah wanita dalam keadaan haid dan nifas. Nabi bersabda dalam Hadis Riwayat Bukhari, "Bukankah ketika haid, wanita itu tidak salat dan juga tidak puasa. Inilah kekurangan agamanya."

Wanita yang haid dan nifas dilarang berpuasa selama masa haid dan nifas tersebut. Namun, mereka tetap harus mengganti puasa di kemudian hari.


INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya