Selain Sesar Cimandiri, Apa Saja Penyebab Gempa Bumi Lainnya?

Selain gempa bumi tektonik, terdapat beberapa jenis gempa bumi lain yang dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya.

oleh Afifah Nur Andini diperbarui 22 Nov 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2022, 06:15 WIB
Ilustrasi gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi. Sumber foto: unsplash.com/Adli Wahid.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Senin (21/11/2022) kemarin, terjadi gempa bumi yang berpusat di daerah Cianjur Jawa Barat. Gempa dengan kekuatan magnitudo 5,6 yang turut dirasakan masyarakat di Jakarta, Tangerang, hingga Bekasi ini diketahui disebabkan oleh pergerakan Sesar Cimandiri.

Sesar sendiri merupakan sebutan untuk suatu patahan atau retak pada batuan, sedangkan Sesar Cimandiri adalah sesar aktif bergerak yang memiliki ukuran sepanjang 100 kilometer dan terletak di daerah Cianjur.

Penyebab dari gempa di Cianjur ini tergolong sebagai gempa tektonik. Hal ini karena gempa terjadi karena lempeng-lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi bergerak secara aktif di area patahan. Melansir situs Caltech Science Exchange (22/11), gesekan yang terjadi akan memperlambat gerakan dan menumpuk tekanan dalam waktu lama.

Jadi, ketika tekanan tersebut semakin kuat, bagian dari kerak bumi dapat tiba-tiba patah atau bergeser dan melepaskan tekanan yang terpendam dalam bentuk gelombang seismik. Dari sini, gempa bumi pun terjadi secara alami atau disebut sebagai gempa bumi tektonik.

Gempa bumi tektonik dapat terjadi di berbagai lokasi di seluruh dunia. Namun, sebagian besar kasus gempa bumi ini terjadi di sekitar tepi Samudra Pasifik.

Selain itu, daerah seperti sabuk Alpide yang membentang melalui pegunungan Himalaya, Sumatra, dan Jawa juga termasuk sebagai daerah tempat gempa bumi tektonik biasa terjadi.

Selain gempa bumi tektonik, terdapat beberapa jenis gempa bumi lain yang dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya. Di antaranya adalah gempa bumi vulkanik, gempa akibat runtuhan, induksi buatan, dan juga ledakan.

Gempa bumi vulkanik terjadi karena aktivitas gunung berapi, sedangkan gempa bumi runtuhan yang memiliki skala lebih kecil disebabkan oleh runtuhan di dalam gua atau tambang di bawah tanah.

Selain itu, gempa bumi juga bisa diakibatkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas seperti melakukan kegiatan penambangan di perut bumi, menggali dan memindahkan batuan sehingga menciptakan rongga di dalam terowongan, sampai ledakan nuklir dapat mengundang gempa bumi yang diakibatkan oleh manusia.

 

Dampak yang diakibatkan gempa bumi

[Fimela] Ilustrasi gempa
Ilustrasi Gempa | unsplash.com

Setiap gempa bumi yang terjadi memiliki dampak yang bervariasi. Salah satunya adalah perubahan tampilan geologi, kerusakan infrastruktur buatan manusia, sampai berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang mengalaminya.

Bencana gempa bumi memang terjadi pada tanah yang padat, tetapi ini nyatanya gempa bumi sebenarnya terjadi berpusat di bawah dasar lautan.

Guncangan dari gempa bumi dapat menimbulkan berbagai kerusakan yang signifikan terhadap infrastruktur seperti bangunan gedung, jembatan, jaringan pipa, rel kereta api, dan kerusakan tanggul.

 

Tentang Gempa Bumi dan Tsunami

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi mimpi tsunami/Copyright unsplash/L.Filipe C.Sousa

Ketika merasakan gempa bumi, kita selalu khawatir akan bencana yang akan mengikutinya, yaitu tsunami. Untuk gempa bumi tertentu yang terjadi di dasar samudra, mampu mengirim gelombang air ke daratan.

Gelombang besar ini disebut sebagai gelombang laut seismik atau tsunami. Melansir situs Britanica (22/11/2022), gelombang ini biasanya disebut sebagai gelombang pasang surut, meskipun atraksi Bulan dan Matahari tidak berperan dalam pembentukannya.

Gelombang ini mampu datang ke daratan dengan ketinggian sampai puluhan meter di atas rata-rata permukaan air pasang, lalu menyapu seisi daratan dan menyebabkan banyak kerusakan.

Untuk menghindari bencana alam besar ini, dibentuk organisasi-organisasi yang ada di Jepang, Siberia, Alaska, dan Hawai untuk memberikan peringatan tsunami.

Salah satu perkembangan mereka adalah Seismic Sea Wave Warning System, sebuah sistem yang didukung secara internasional untuk membantu mengurangi korban jiwa akibat tsunami di daerah Samudra Pasifik.

 

Pengukuran Kekuatan Magnitudo dari Gempa Bumi

Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa (Yves Moret/Unsplash).

Setiap gempa bumi terjadi dengan ukuran gelombang yang bervariasi. Magnitudo gempa bumi adalah ukuran atau amplitudo dari gelombang yang dihasilkan sumber gempa bumi dan direkam melalui seismograf.

Mengutip situs Britannica, pada tahun 1935, ahli seismologi Amerika, Charles F. Ricther membuat skala magnitudo gempa bumi sebagai logaritma ke basis 10 dari amplitudo gelombang seismik maksimum, yang direkam pada seismograf standar dalam jarak 100 km dari pusat gempa.

Pertama-tama, Richter menerapkan pengukuran skala magnitudo untuk hempa bumi dangkal yang tercatat dalam jarak 600 km. dari pusat gempa. Namun, kemudian dibuatlah tabel-tabel empiris tambahan, yang lalu dimanfaatkan untuk melakukan pengamatan di stasiun-stasiun yang jauh dan menggunakan seismograf berbeda dari tipe standar.

INFOGRAFIS: Deretan Gempa Terbesar di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Deretan Gempa Terbesar di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya