Liputan6.com, Jakarta - Seperti yang kita tahu sebelumnya kalau tubuh kita saling terkait satu sama lainnya. Begitupun Anda mungkin juga mengetahui bahwa ada hubungan antara perut dan otak Anda.
Pernah merasa kewalahan hingga Anda mulai merasakan gejala fisik? Mungkin sakit perut? Ya, itu salah satu bukti adanya 'ikatan' yang kuat antara bagian tubuh.
Baca Juga
Namun, hal ini rupanya juga sering dialami oleh setiap orang. Sebab, menurut Eating Well, Jumat (3/5/2024), semakin banyak penelitian yang mengeksplorasi gangguan kesehatan mental seperti stres dan pengaruhnya terhadap kesehatan usus.
Advertisement
Teruslah membaca untuk mengetahui bagaimana stres dapat memengaruhi kesehatan pencernaan Anda dan dapatkan tips tentang cara menghilangkan stres agar usus lebih sehat.
Saluran gastrointestinal (GI) kita memiliki sistem sarafnya sendiri-sistem saraf enterik. Sistem saraf enterik terdiri dari blok pembangun neuron yang sama dengan sistem saraf pusat, alias otak dan sumsum tulang belakang kita.
Tidak hanya susunannya serupa, tetapi neuron di usus menggunakan berbagai neurotransmiter, seperti serotonin, untuk berkomunikasi dengan otak. Karena keterkaitannya, stres dapat memicu atau memperburuk gangguan pencernaan, dan sebaliknya. Selain itu, masalah GI yang berkepanjangan dapat meningkatkan stres dan kecemasan.
Faktanya, beberapa pilihan pengobatan untuk gangguan GI termasuk psikoterapi untuk mengevaluasi dan mengelola stres. Yuk, cek informasi selengkapnya seperti di bawah ini. Tentunya, hal ini demi menjaga kesehatan Anda secara menyeluruh.
Tanda Stres Menganggu Pencernaan Anda
Penelitian terbaru menemukan hubungan antara stres dan gangguan pencernaan seperti indigestion atau irritable bowel syndrome. Selain itu, penelitian menemukan bahwa stres bahkan mungkin berdampak pada mikrobiota usus.
Untuk menyelami lebih dalam, tinjauan penelitian mengamati enam alasan utama mengapa stres dapat mengganggu usus Anda. Inilah yang mereka temukan:
1. Sembelit
Saluran pencernaan Anda dilapisi dengan sejenis otot yang disebut smooth muscle. Otot-otot ini berkontraksi tanpa disengaja dalam gerakan seperti gelombang yang disebut gerak peristaltik.
Kontraksi otot ini memungkinkan makanan bergerak ke satu arah melalui sistem pencernaan Anda. Peristaltik terjadi ketika tubuh menggunakan sistem saraf parasimpatis.
Saat tubuh Anda mengalami stres, tubuh beralih ke respons fight or flight. Hal ini secara alami mengalihkan fokus tubuh dari gerakan peristaltik usus Anda.
Advertisement
2. Sakit Maag
Stres tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat meningkatkan sekresi asam lambung, yang dapat merusak lapisan usus kita. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan dan bahkan membuat Anda lebih rentan terkena maag, yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
Ketika terjadi peningkatan asam lambung, hal ini juga memberikan tekanan lebih besar pada lower esophageal sphincter (LES). Hal ini membuat LES lebih mungkin membiarkan asam masuk ke kerongkongan, sehingga menyebabkan mulas.
3. Perut sensitif
Otak dan usus Anda berkomunikasi secara teratur satu sama lain. Saat otak stres, hal itu meningkatkan rasa tertekan di perut kita. Singkatnya, kita lebih sensitif terhadap perasaan perut kita saat kita stres. Hal ini terutama berlaku pada orang dengan irritable bowel syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus besar.
4. Perut kembung
Saat tubuh mengalami respons stres, ia memprioritaskan otak dan otot. Aliran darah lebih kuat ke area tersebut, dan aliran darah ke usus berkurang.
Hal ini dapat mengurangi kemampuan saluran pencernaan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari kerusakan normal. Tanpa aliran darah, benda-benda juga sulit bergerak melalui saluran pencernaan. Ini juga berperan dalam mengapa stres dapat membuat kita mundur.
5. Usus bocor
Sel-sel yang melapisi usus kita bertindak sebagai penghalang untuk mencegah masuknya hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti bakteri jahat atau limbah. Namun, stres dapat meningkatkan permeabilitas sel-sel tersebut.
Semakin kita stres, semakin mudah pula hal-hal yang tidak diinginkan meresap ke dalam ulu hati kita. Ini adalah fenomena yang disebut usus bocor. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan lebih banyak peradangan dan ketidaknyamanan.
6. Mengurangi bakteri baik usus
Kesehatan bakteri usus kita tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang kita makan, tetapi juga oleh kesehatan usus kita secara umum. Ketika saluran pencernaan kita bermasalah karena semua gejala yang disebutkan sebelumnya, bakteri baik usus kita juga akan menderita.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa terdapat komunikasi teratur antara poros otak-usus, sistem kekebalan tubuh, dan mikrobioma usus. Untungnya, mengonsumsi banyak probiotik dan prebiotik dapat membantu mengurangi dampak negatif pada bakteri usus.
Advertisement