Hadapi Krisis Energi, Republik Kosovo Akan Larang Penambangan Kripto

Langkah Kosovo mirip dengan yang diambil oleh Iran pada 28 Desember 2021 yang melarang penambangan kripto untuk hemat daya.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Jan 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2022, 16:10 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Republik Kosovo akan melarang penambangan cryptocurrency atau aset kripto sebagai cara untuk mengatasi krisis energi. Pemerintah telah mendeklarasikan keadaan darurat 60 hari, yang memungkinkannya mengalokasikan lebih banyak uang untuk impor energi dan memberlakukan pemadaman listrik.

Menurut sebuah laporan dari Gazeta Express, sejak Desember lalu, pemerintah sudah memberikan peringatan mengenai keadaan darurat selama 60 hari tersebut.

Dilansir dari Coindesk, Rabu (5/1/2022), Menteri Ekonomi negara Eropa Timur, Artane Rizvanolli atas saran Komite Teknis untuk melakukan tindakan darurat mengenai pasokan energi pada 31 Desember 2021 sebagai bagian langkah dalam penghematan pasokan energi

Salah satu langkahnya termasuk mengenai larangan produksi atau penambangan cryptocurrency di seluruh wilayah. 

Langkah ini mirip dengan yang diambil oleh Iran pada 28 Desember 2021 yang melarang penambangan kripto hingga 6 Maret 2022 untuk menghemat daya dan menghindari pemadaman listrik selama musim dingin. 

Di Iran, larangan penambangan kripto sudah menjadi yang kedua kalinya. Sebelumnya Iran juga melarang aktivitas penambangan kripto pada Mei hingga September 2021 lalu. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penambangan Bitcoin Bakal Lebih Dominan Pakai Energi Terbarukan

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, aktivitas penambangan bitcoin atau bitcoin mining saat ini sudah semakin berkembang sangat pesat. Pada 2021, aktivitas tambang crypto hanya dilakukan oleh sebagian orang. Namun, saat ini penambangan bitcoin menjadi sebuah industri yang profesional dan institusional. 

"Jika Anda melihat kembali seperti apa penambangan bitcoin setahun yang lalu, hanya ada segelintir perusahaan secara publik yang terlibat dalam ruang tersebut,” kata Direktur Komunikasi Perusahaan penambangan bitcoin, Marathon Digital Holdings MARA, Charlie Schumacher,  dalam wawancaranya pada Distributed Ledger dilansir dari Marketwatch, Senin, 3 Januari 2022.

Adapun menurut dia, seiring dengan peningkatan dalam kegiatan penambangan bitcoin, akan ada antisipasi Hashrate bitcoin (komponen penting yang menjaga keamanan bitcoin) yang meningkat. Tentunya hal tersebut membuat bitcoin menjadi lebih aman pada 2022. 

"Itu jelas berarti jaringan Bitcoin lebih aman, tetapi bagi kami, itu juga berarti bahwa ini adalah lingkungan yang lebih kompetitif,” ujar Schumacher.

Menurut data dari Blockchain.com, Hashrate bitcoin yang mengukur total daya komputasi pada jaringan blockchain, turun lebih dari 50 persen menjadi sekitar 85 EH/s pada basis rata-rata tujuh hari pada Juli 2021. Hashrate yang lebih rendah berarti menggambarkan jaringan bitcoin yang kurang aman dan lebih rentan terhadap serangan.

Salah satu penyebabnya adalah China yang mulai menindak penambangan crypto pada Mei 2021. Setelah mengalami penurunan, Hashrate bitcoin bisa pulih sepenuhnya dan mencapai rekor tertinggi 182 EH/s pada awal Desember 2021.

Kemudian beberapa penambang China mulai bermigrasi ke tempat lain seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Kazakhstan, sementara penambang lain memperluas kapasitas mereka.

Beberapa pelaku industri menuturkan, tindakan keras China menguntungkan sejumlah penambang Amerika Utara. Ketika penambang China offline pada Mei dan Juni.

“Kesulitan penambangan turun drastis.Jadi, imbalan menjadi penambang dan online berlipat ganda,” ujar CEO Blockware Mining, Michael Stolzner.

CEO Compass Mining, Whit Gibbs menuturkan, setelah larangan China, perusahaan melihat lonjakan luar biasa dalam jumlah minat orang ingin menambang bitcoin di pusat data di Amerika Serikat. "Itu sekitar 300 persen pertumbuhan bulanan di Compass antara Juni dan Juli, sangat signifikan," ujar dia.

Gibbs berharap penambangan bitcoin akan makin ramah lingkungan pada 2022. Selama ini bitcoin dikritik karena penambangannya membutuhkan biaya energi yang tinggi.

Gibbs menilai, persentase penambangan bitcoin yang lebih tinggi akan didukung oleh energi terbarukan pada 2022.

"Karena tahukah Anda, energi terbarukan itu berlimpah dan murah. Dan itu adalah dua kriteria terpenting ketika penambangan bitcoin melihat sumber daya,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya