Liputan6.com, Jakarta - Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) berhasil mencapai level USD 51 ribu.Kapitalisasi pasar bitcoin tembus USD 1 triliun untuk pertama kali sejak Desember 2021.
Merujuk data Coinmarketcap, Rabu 14 Februari 2024 pukul 17.00 WIB, Bitcoin berada pada level USD 51.589,82 atau sekitar Rp 806,43 juta (kurs Rp 15.631,60 per USD). Bitcoin naik 2,73 persen dalam 24 jam terakhir dan naik 19,58 persen dalam sepekan.
Baca Juga
Kapitalisasi pasar Bitcoin menembus USD 1 triliun untuk pertama kalinya sejak Desember 2021. Beberapa trader menargetkan level USD 64.000 dalam beberapa minggu mendatang karena permintaan dari produk dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin meningkat.
Advertisement
Melansir Coindesk, Rabu (14/2/2024), kenaikan harga Bitcoin terjadi karena sentimen bullish seputar pertumbuhan berkelanjutan dari mata uang kripto terbesar ini terus berlanjut. Selanjutnya trader bertaruh pada harga akan menyentuh USD 75.000 dalam beberapa bulan mendatang.
Beberapa trader menargetkan level USD 64,000 dalam beberapa minggu mendatang karena permintaan dari produk dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF) meningkat. Pada hari Selasa, IBIT BlackRock melihat arus masuk bersih hampir USD 500 juta, yang menunjukkan permintaan pembelian.
Belum lama ini, Youtuber sekaligus analis cryptocurrency terkenal, Kevin Svenson telah memberikan alasan kuat untuk lonjakan Bitcoin (BTC).
Dia mengatakan, peristiwa penting yang akan datang dapat membuat Bitcoin berada pada jalur peningkatan yang eksplosif. Momen tersebut seperti halving Bitcoin yang diperkirakan terjadi dalam dua bulan ke depan yang secara historis bertindak sebagai katalisator perubahan pasar.
Sementara berkaca pada dinamika tahun pemilu, ia memperkirakan lonjakan yang berkorelasi di pasar saham, yang akan membuka jalan bagi kenaikan Bitcoin setelah halving bitcoin, dengan titik keluar pasar yang ideal pada paruh kedua 2025. Analisis grafik Svenson membuatnya percaya Bitcoin akan menembus batas USD 100.000, kemungkinan pada akhir tahun ini.
Harga Bitcoin Diramal Turun hingga USD 43.500, Simak Ulasannya
Sebelumnya diberitakan, analisis harga Bitcoin pada Rabu pagi, 14 Februari 2024 menunjukkan pelemahan. Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) turun 1,18 persen dalam 24 jam terakhir ke posisi USD 49,56 juta atau sekitar Rp 776,6 juta (kurs Rp 15.676,00 per USD).
Namun demikian, Bitcoin naik 14,86 persen dalam sepekan. Penurunan harga Bitcoin dalam 24 jam terakhir itu terjadi seiring dengan perilisan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada Januari yang menunjukkan inflasi AS (yoy) sebesar 3,1 persen, turun dari 3,4 persen pada bulan Desember. Namun, angka tersebut berada di atas perkiraan median MarketWatch sebesar 2,9 persen.
"Pelaku pasar kini hanya melihat peluang sebesar 34 persen bagi The Fed untuk memangkas suku bunganya pada bulan Mei, turun dari 52 persen sehari yang lalu, menurut CME FedWatch Tool," kata Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur kepada Liputan6.com, Rabu (14/2/2024).
Di samping itu, Bitcoin juga telah mencapai total kapitalisasi pasar USD 1 triliun, menciptakan tantangan baru bagi BTC untuk terus melanjutkan tren kenaikannya. Indikator RSI yang menunjukkan kondisi overbought menambah potensi penurunan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Meskipun demikian, koreksi harga ini masih dianggap sebagai bagian yang wajar dari tren bullish Bitcoin dalam jangka panjang.
"Proyeksi untuk minggu mendatang memperkirakan potensi penurunan lebih dari -5,7 persen, dengan perkiraan harga mencapai USD 46.000. Namun, jika penurunan berlanjut, Bitcoin bisa menuju ke harga USD 43.500 dalam jangka menengah," ujar Fyqieh.
Untuk dicatat, dalam konteks pasar kripto yang dinamis, investor diharapkan untuk memperhatikan dengan cermat perkembangan harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, serta melakukan analisis yang teliti sebelum mengambil keputusan investasi.
Advertisement
Harga Bitcoin Tembus USD 50 Ribu, Pengusaha Kripto: Tonggak Penting
Harga bitcoin telah mencapai level USD 50.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, karena mata uang kripto terbesar di dunia ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun ini dan persetujuan peraturan bulan lalu untuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) AS.
Melansir Channel News Asia, Selasa (13/2/2024) nilai bitcoin telah meningkat 16,3 persen sepanjang tahun ini, di mana pada Senin, 12 Februari 2024 menyentuh level tertinggi sejak 27 Desember 2021.
Sebelumnya, harga Bitcoin naik hingga 4,96 persen menjadi USD 49.899, mendekati level USD 50.000.
"USD 50.000 merupakan tonggak penting bagi Bitcoin setelah peluncuran ETF spot bulan lalu yang tidak hanya gagal menghasilkan pergerakan di atas level psikologis utama, tetapi juga menyebabkan aksi jual sebesar 20 persen," kata Antoni Trenchev, salah satu pendiri platform pinjaman kripto, Nexo.
Saham kripto juga menikmati dorongan pada Senin, dengan bursa kripto Coinbase naik 4,9 persen dan penambang kripto Riot Platforms dan Marathon Digital masing-masing naik 10,8 persen dan 11,9 persen.
Saham perusahaan perangkat lunak MicroStrategy, yang dikenal sebagai pembeli Bitcoin terkemuka juga naik 10,2 persen.Adapun harga Ether, mata uang kripto terbesar kedua, naik 4,12 persen menjadi USD 2.607,57.
Apresiasi harga Bitcoin baru-baru ini terutama dapat dikaitkan dengan peningkatan arus masuk ke ETF spot Bitcoin, menurut Matteo Greco, seorang analis riset di perusahaan investasi fintech Fineqia International, dalam sebuah catatan penelitian.
"Sementara GBTC mencatat arus keluar kumulatif sebesar USD 415 juta pada minggu lalu, mewakili penurunan yang signifikan dari minggu-minggu sebelumnya, ETF spot (Bitcoin) melihat total arus masuk bersih sekitar USD 1,2 miliar pada periode yang sama, menandai arus masuk mingguan tertinggi sejak diluncurkan," bebernya.
Struktur Pasar
Di luar fundamental onchain yang secara umum positif, struktur pasar bitcoin terlihat bermanfaat terhadap harga pasca-separuh, menurut laporan Grayscale.
Imbalan yang lebih rendah diperkirakan memerlukan tekanan pembelian yang relatif lebih rendah untuk menjaga harga tetap bertahan, yang mana, dengan meningkatnya permintaan, dapat menyebabkan harga lebih tinggi.
"Secara historis, hadiah blok telah menimbulkan potensi tekanan jual ke pasar, dengan kemungkinan bahwa semua bitcoin yang baru ditambang dapat dijual, sehingga berdampak pada harga," tulis Zhao.
Advertisement