Liputan6.com, Jakarta Reyvelino Sasiang tidak akan pernah malu untuk kembali bekerja sampingan sebagai nelayan meski sudah menjadi Paskibraka tingkat nasional. Sebab, pekerjaan ini ia lakoni untuk membantu sang ayah mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Saya tidak peduli bagaimana orang-orang akan menilai saya kalau nanti kembali jadi nelayan. Memang itu kerja saya sebelum datang ke sini. Jadi sudah terbiasa untuk bantu-bantu orangtua," kata Reyvelino.
Pekerjaan sampingan sebagai nelayan didapat Reyvelino dari sang paman yang kebetulan memiliki kapal nelayan. Rey lebih memilih ikut melaut ketimbang hanya santai-santai di rumah saat libur atau akhir pekan. Hitung-hitung membantu sang ayah yang hanya seorang tukang bangunan. "Ayah ikut juga jadi nelayan. Jadi, hasil yang didapat bisa lebih banyak," kata Rey yang bisa mengumpulkan uang sampai Rp600 ribu kalau tangkapan sedang banyak.
Advertisement
Menurut Rey, pengalaman paling seru ketika jadi nelayan adalah dapat berbahasa Filipina. Maklum, sebagian anak buah kapal (ABK) di kapal tersebut adalah orang-orang Filipina. "Sempat agak tahu tapi tidak banyak. Gara-garanya sudah terbiasa dengan mereka. Dan kalau di kapal lagi penuh orang, mereka suka bermalam di rumah. Dari situ saya jadi tahu sedikit bahasa Filipina," kata Rey.
Reyvelino adalah siswa SMA Negeri 1 Tahuna yang tinggal di kabupaten Sangihe. Butuh waktu hampir satu malam untuk sampai di kabupaten tersebut dari Manado. Dan Rey memiliki hobi bermain voli. Rey berharap, status baru sebagai Paskibraka tingkat nasional 2016 dapat mengubah hidupnya jauh lebih sukses dari sekarang. Sehingga ayah dan ibunya tak perlu lagi banting tulang untuk bekerja. Cukup menerima pemberian darinya saja.
"Saya selalu ingat bagaimana mereka mendukung saya mati-matian agar bisa mengikuti seleksi Paskibraka di tingkat nasional. Bahkan, demi kepentingan saya, mereka mau membeli semua perlengkapan yang saya butuhkan. Padahal kalau dipikir, nggak bakal ada semua barang itu, karena orangtua saya bukan orang mampu," kata Rey menambahkan.
Reyvelino ingin membuktikan ke semua orang bahwa anak dari kalangan mana saja dapat menjadi seorang Paskibraka tingkat nasional. Tidak perlu kaya dulu. Hal paling penting untuk menjadi seorang Paskibraka adalah kemauan, kerja keras, berkorban, dan siap menerima segala kondisi yang akan terjadi di depan.
"Semoga Paskibraka ini memudahkan jalan saya menjadi Akpol atau polisi. Nanti, ketika Tuhan sudah menempatkan saya sebagai polisi, saya ingin membalas semua kasih sayang yang telah orangtua berikan untuk saya," kata Reyvelino, 16 tahun, calon anggota Paskibraka putra dari Sulawesi Utara bersama Krisan Valerie Sangari.