Liputan6.com, Jakarta Dalam masa pandemi COVID-19 anak dengan disabilitas sebagai kelompok rentan memerlukan pendampingan khusus. Pendampingan ini harus dilakukan secara terus-menerus baik pendampingan secara individu, kelompok, dan pendampingan dari keluarga.
Kepala Sekolah Luar Biasa Dwituna Rawinala Jakarta Timur, Budi Prasojo, menerangkan berbagai pendampingan yang dapat dilakukan selama pandemi. Menurutnya, selama pendampingan, pengenalan tentan COVID-19 pun perlu dilakukan.
Baca Juga
"Sosialisasi pandemi COVID-19 perlu diberikan mulai dari apa yang dimaksud COVID-19 hingga bagaimana pencegahannya," ujar Budi dalam webminar Kementerian PPPA, ditulis Senin (6/7/2020).
Advertisement
Pemberian edukasi tentang COVID-19 dimulai dengan membiasakan cuci tangan menggunakan sabun dengan menyediakan tempat cuci tangan yang akses di panti, sekolah, atau di rumah. Mengenakan masker, menjaga jarak aman, menjaga kebersihan diri, dan menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi pun perlu diterapkan, katanya.
“Kami membuat beberapa tempat cuci tangan di panti, aksesnya harus dikenalkan pada anak terutama yang menyandang tunanetra, kami juga menyediakan bilik disinfektan, pemeriksaan suhu, dan penyemprotan disinfektan di beberapa titik panti atau sekolah, ”
Dalam merawat diri, anak harus didampingi dan dibiasakan pada saat mandi, menggosok gigi, memotong kuku. Mereka juga diajarkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti makan, berpakaian, mengenakan sepatu dan yang lainnya.
Simak Video Berikut Ini:
Pendampingan di Rumah
Menurut Budi, dalam melakukan pendampingan di rumah, orangtua atau keluarga harus terlibat langsung dalam berbagai kegiatan. Orangtua dapat mengajarkan anak melakukan kegiatan kebersihan sederhana seperti menyapu, mengelap, dan mengepel.
Pendampingan sosialisasi pun perlu dilakukan, baik ketika bersosialisasi langsung dengan teman sebaya maupun sosialisasi melalui media daring.
“Manfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang disukai anak, seperti berolahraga ringan, bermain musik, atau memberi makan ikan.”
“Anak-anak juga diajarkan untuk pelatihan vokasional seolah berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan dengan berkebun, menanam sawi, membuat telur asin.”
Budi juga mengatakan, salah satu muridnya sempat terjangkit COVID-19. Dengan demikian, pendampingan pun harus disesuaikan dengan menciptakan pendampingan berjarak.
“Anak kami itu tunanetra total, yang biasanya dia dituntun, ketika terkena COVID-19 cara pendampingannya diubah menjadi lebih berjarak. Kami menggunakan instruksi berupa tepukan tangan atau mengarahkan ia untuk berjalan lurus, belok kiri, atau belok kanan hanya dengan menggunakan suara.”
Advertisement