Komplikasi Ekstremitas Bawah Terkait Diabetes bisa Sebabkan Disabilitas, Kenali Faktor Risikonya

Komplikasi ekstremitas bawah terkait diabetes atau Diabetes-Related Lower Extremity Complications (DRLEC) bisa berujung pada disabilitas fisik jika tak segera ditangani.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Apr 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2022, 10:00 WIB
FOTO: Semangat Penyandang Disabilitas Pembuat Kaki Palsu
Ronald Regen (33), perajin yang juga penyandang disabilitas membantu pelanggan mencoba kaki palsu di Dusun IV Rawailat, Desa Dayeuh, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). UMKM kaki palsu yang sempat bangkrut akibat pandemi COVID-19 mulai bangkit sejak awal tahun.(merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Komplikasi ekstremitas bawah terkait diabetes atau Diabetes-Related Lower Extremity Complications (DRLEC) bisa berujung pada disabilitas fisik jika tak segera ditangani.

Menurut Associate Professor Saw Swee Hock School of Public Health (SSHSPH) Kavita Venkataraman, DRLEC adalah komplikasi yang ditandai dengan luka yang tak kunjung sembuh pada pasien diabetes.

DRLEC acap kali tak disadari karena banyak pasien tidak memiliki gejala apa pun. Akibatnya, luka semakin membesar, infeksi, dan jika sudah sangat parah maka penanganannya adalah amputasi atau pengangkatan anggota tubuh.

Venkataraman pun menyebutkan beberapa faktor risiko DRLEC yang meliputi:

-Memiliki kondisi kronis lainnya pada saat diagnosis diabetes.

-Kontrol diabetes yang buruk.

-Indeks massa tubuh yang tinggi.

-Merokok.

-Faktor usia.

“Merokok, misalnya, berkontribusi terhadap DRLEC dengan merusak pembuluh darah di tungkai bawah,” kata Venkataraman mengutip Channel News Asia Kamis (14/4/2022).

Selain faktor merokok, laki-laki cenderung lebih berisiko terkena DLREC akibat hormon mereka.

Venkataraman mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria mungkin kekurangan faktor hormonal. Faktor ini melindungi wanita dari kerusakan saraf dan pembuluh darah di tungkai bawah.

Sedangkan untuk usia, bertambah tua dapat membuat pembuluh darah menjadi kaku dan membuatnya kurang elastis.

"Ini mempengaruhi jumlah aliran darah dan meningkatkan risiko kerusakan lain pada pembuluh ini," katanya.

Venkataraman juga menyampaikan tanda awal DRLEC salah satunya adalah berkurangnya sensasi rasa di kaki atau jari-jari kaki.

Tanda Awal Lainnya

FOTO: Melihat Semangat Para Korban Amputasi Beraksi di Masa Pandemi
Para pemain klub Al-Jazeera melakukan pemanasan menjelang pertandingan final kejuaraan lokal sepak bola korban amputasi melawan Al-Abtal yang diselenggarakan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC), di tengah pandemi COVID-19, di Kota Gaza, Palestina, (18/3/2021). (AFP/Mohammed Abed)

Selain berkurangnya sensasi rasa di kaki dan jari-jarinya, tanda awal komplikasi ekstremitas bawah terkait diabetes juga termasuk:

-Mati rasa atau sensasi kesemutan.

-Rasa sakit di kaki.

-Nyeri di betis, paha, atau pantat saat berjalan dan hilang saat berhenti.

“Mati rasa atau nyeri lebih mungkin terjadi pada jari kaki dan kaki karena kerusakan saraf akibat diabetes bergantung pada panjangnya saraf. Semakin panjang saraf, semakin besar kemungkinan akan terpengaruh,” katanya.

Berkurangnya sensasi rasa pada kaki dan jari kaki akibat kerusakan saraf menjadi faktor yang menyebabkan DRLEC. Pasien-pasien ini cenderung mendapatkan luka kecil atau cedera pada jari kaki atau kaki tanpa disadari.

“Ketika mereka juga memiliki aliran darah yang lebih buruk, luka dan bisul seperti itu tidak akan mudah sembuh, dan mereka mungkin terinfeksi.”

Luka kecil yang tak diobati lama-lama bisa menjadi besar dan menjadi masalah serius yang kemudian disebut DRLEC. Jika sudah parah, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah amputasi atau pengangkatan anggota tubuh seperti beberapa jari kaki atau bahkan sebagian kaki di bawah lutut.

Pencegahan DRLEC

ilustrasi penyandang disabilitas olahraga
ilustrasi penyandang disabilitas olahraga. Photo by Kampus Production from Pexels

DRLEC merupakan dampak buruk dari diabetes. Maka dari itu, guna mencegah terjadinya DRLEC, maka pasien perlu mengatasi diabetesnya dengan baik.

Diabetes acap kali disebut sebagai “penyakit gaya hidup”, diabetes dapat memburuk jika pasien tidak melakukan upaya-upaya seperti:

-Mengubah pola makannya menjadi lebih sehat dan teratur.

-Melakukan olahraga teratur sesuai kebutuhan tubuh.

-Mematuhi pengobatan diabetes dan menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.

Ketika penyakit ini tidak dikelola dengan baik, ulkus atau luka kaki dapat berkembang dan ini berujung pada amputasi ekstremitas bawah. Amputasi ekstremitas bawah didefinisikan sebagai amputasi di bawah lutut.

Amputasi adalah pilihan terakhir yang dijalani hanya ketika hidup dipertaruhkan atau ketika perawatan konservatif yang berkepanjangan gagal.

Tidak pernah mudah untuk menyepakati amputasi bahkan jika itu untuk menyelamatkan nyawa, karena kehidupan setelah amputasi bisa menakutkan.

Setelah amputasi maka seseorang akan hidup sebagai penyandang disabilitas fisik. Artinya, banyak hal yang perlu disesuaikan dengan kehidupan yang baru. Kemampuan adaptasi juga perlu dikembangkan agar dapat kembali menjalani hidup dengan baik.

Tidak Murah

FOTO: Melihat Latihan Tim Macan Amputasian di Tengah Pandemi COVID-19
Pemain Tim Macan Amputasian mengenakan masker untuk mencegah penularan COVID-19 saat berlatih di Jakarta, Sabtu (28/11/2020). Latihan tersebut dilakukan dalam rangka persiapan Piala Gubernur DKI tahun 2021 (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pencegahan DRLEC penting dilakukan, selain untuk mencegah hilangnya anggota badan, juga untuk mencegah pengeluaran biaya rumah sakit yang tidak murah.

Menurut konsultan di Departemen Bedah Jantung, Toraks, dan Vaskular di National University Heart Centre, Singapura, Andrew Choong, biaya perawatan DRLEC bergantung pada sistem perawatan kesehatan.

“Amputasi kaki dapat menghabiskan biaya antara US$30.000 (Rp 430 juta) dan US$60.000 (861 juta) untuk biaya awal rumah sakit,” katanya, mengutip Journal Of The American Podiatric Medical Association.

Kemudian, tambahan US$43.000 (Rp 617 juta) hingga US$60.000 untuk perawatan lanjutan selama tiga tahun ke depan.

“Ini adalah dampak besar bagi sistem kesehatan mana pun,” katanya.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya