Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio

Anak usia lima tahun atau prasekolah sebaiknya mendapatkan vaksin booster polio, difteri, pertusis, dan tetanus. Dokter ungkap alasannya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Jul 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 10:00 WIB
Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio
Anak usia lima tahun atau prasekolah sebaiknya mendapatkan vaksin booster polio, difteri, pertusis, dan tetanus. Dokter ungkap alasannya. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Anak usia lima tahun atau prasekolah sebaiknya mendapatkan vaksin booster polio, difteri, pertusis, dan tetanus.

Menurut dokter spesialis anak Melia Yunita, hal ini supaya anak-anak sudah memiliki antibodi dan mencegah kata terlambat untuk imunisasi.

Sebab, anak yang tidak menerima vaksinasi memiliki risiko tinggi terkena penyakit dengan akibat fatal.

Contohnya, wabah difteri yang menyebabkan banyak korban meninggal dunia. Kemudian polio yang melumpuhkan dan memicu disabilitas daksa, ini tentu berakibat terhadap kualitas hidup pasien.

“Polio tidak bisa sembuh, maka bayangkan anak kita lumpuh selama-lamanya itu kayak apa rasanya,” ucap Melia dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk dikutip Selasa (4/7/2023).

Melia menjelaskan, jika ada satu orang terkena polio, maka sebenarnya sudah ada beberapa orang yang positif tetapi tidak bermanifestasi sampai lumpuh.

“Karena gejala untuk infeksi polio itu beragam, ada yang demam bahkan ada yang tidak bergejala, tetapi ada juga yang gejalanya berat sampai lumpuh itu,” jelas Melia.

Dia pun menekankan bahwa vaksin memberikan imunitas pada anak sebagai upaya pencegahan penyakit berbahaya. Imunisasi secara efektif dapat mengurangi risiko sejumlah penyakit, hingga mencegah kematian dan komplikasi penyakit.

Imunisasi Tidak Berhenti di Usia 19 Bulan

Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio
Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio. (merdeka.com/Arie Basuki)

Maka dari itu, lanjut Melia, vaksinasi atau imunisasi anak tidak berhenti sampai usia 19 bulan. Melainkan ada vaksinasi untuk anak usia 18 bulan hingga lima tahun.

Menurutnya, penyebaran informasi soal hal ini perlu dilakukan agar tak terjadi kasus-kasus penyakit yang kembali muncul seperti polio.

“Mungkin banyak informasi yang tidak sampai ke masyarakat. Sehingga, akibatnya kayak kemarin kejadian polio, yang sebenarnya menyerang anak-anak yang sudah besar,” ucap Melia.

“Biasanya kalau anak masih bayi, ibu-ibu rajin untuk update mana yang belum vaksinnya. Tapi ketika anaknya sudah besar, sudah lupa dan jadwalnya terlambat,” tambahnya.

Jangan Takut Overdosis Vaksin

Imunisasi Anak
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin polio kepada balita di sebuah posyandu di Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/10/2020). Pemberian vaksin polio dan vaksin campak secara gratis yang berlanjut di tengah pandemi COVID-19 bertujuan memperkuat imunitas anak. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Ada berbagai alasan orangtua tidak membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi. Salah satunya bisa saja karena buku data vaksinasi anak hilang. Sehingga orangtua bingung mau suntik vaksin apa.

Terkait hal ini, Melia menyarankan orangtua untuk tetap membawa anak ke fasilitas kesehatan dan tetap mendapat vaksin. Pasalnya, mendapatkan suntikan vaksin yang sama dua kali tidak akan menyebabkan overdosis.

“Apabila buku data vaksinasi anak hilang ketika anak berusia 5 tahun, atau Ibu ragu anak sudah divaksin atau belum, maka Ibu dapat segera membawa anak untuk divaksin booster. Sebab, tidak ada yang namanya overdosis vaksin.”

Manfaat Vaksinasi Anak

Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio
Imunisasi Booster Prasekolah Bantu Anak Terhindar dari Disabilitas Daksa Akibat Polio. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam kesempatan yang sama Franchise Manager PT Kalventis Sinergi Farma, Dainty Loresia menyampaikan bahwa vaksin terbukti efektif dalam mencegah penyakit.

“Vaksin ini menyelamatkan lebih dari tiga juta orang setiap tahunnya dan itu menurut data WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Salah satunya adalah vaksin pra-sekolah.”

“Ini sangat penting, karena tentu kita ingin yang terbaik untuk anak kita, semua untuk tumbuh kembang, supaya cerdas. Ternyata salah satu bagian untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak itu dengan pencegahan atau dengan vaksinasi,” tutur Dainty.

Dainty memaparkan, vaksin yang bisa diberikan pada anak yakni vaksin primer, pre-school booster, dan booster adult.

Vaksin primer yang dimiliki Kalventis adalah hexavalent, maka cukup satu kali suntikan dapat mencegah enam penyakit berbahaya. Yakni Difteri, Tetanus, Pertusis, IPV, Hepatitis B, dan Hib (Haemophilus influenza tipe B) untuk anak usia 2—4 bulan dan bulan ke-6.

“Lalu ada vaksin booster untuk usia 18 bulan, DPT booster di usia 5 tahun, dan booster untuk adult. Jadi kalau pre-school booster 5-7 tahun lupa diberikan, ada yang untuk 7-10 tahun, jadi lengkap ya,” pungkasnya.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya