Hati-Hati, Penggunaan Cotton Bud yang Salah Bisa Picu Tuli Mendadak

Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSHL) adalah kondisi kehilangan pendengaran yang terjadi tiba-tiba. Ketahui penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahannya di sini!

oleh Tim Disabilitas Diperbarui 10 Mar 2025, 13:02 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 12:56 WIB
tanda telinga berdenging sebelah kanan
Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSHL) adalah kondisi kehilangan pendengaran yang terjadi tiba-tiba. ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tuli mendadak, atau sudden sensorineural hearing loss (SSHL), merupakan kondisi medis serius di mana kemampuan mendengar hilang secara tiba-tiba dalam waktu kurang dari 72 jam. Kondisi ini dapat memengaruhi satu atau kedua telinga, dengan tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Kehilangan pendengaran yang tak terduga ini membutuhkan penanganan segera untuk meminimalisir risiko kerusakan pendengaran permanen. Cepat tanggap dan konsultasi medis sangat penting.

Penyebab pasti SSHL seringkali tidak diketahui, namun beberapa faktor telah dikaitkan dengan kondisi ini, termasuk infeksi virus, gangguan autoimun, cedera kepala, perubahan tekanan mendadak, tumor, dan masalah pembuluh darah di telinga bagian dalam. Meskipun penyebabnya beragam, penanganan yang tepat dan cepat dapat meningkatkan peluang pemulihan pendengaran. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala-gejala tuli mendadak dan segera mencari bantuan medis.

Gejala tuli mendadak tidak hanya terbatas pada kehilangan pendengaran secara tiba-tiba. Seringkali, kondisi ini disertai dengan gejala lain seperti tinnitus (denging di telinga), pusing (vertigo), dan bahkan rasa penuh di telinga yang terkena. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter THT untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Jangan menunda penanganan, karena waktu sangat krusial dalam menangani SSHL.

Promosi 1

Gejala Tuli Mendadak

Gejala utama tuli mendadak tentu saja adalah kehilangan pendengaran yang terjadi secara tiba-tiba. Kehilangan pendengaran ini bisa ringan, sedang, atau berat, dan biasanya hanya memengaruhi satu telinga. Namun, gejala lain juga bisa menyertainya, seperti tinnitus (mendengar suara berdenging atau siulan di telinga), pusing atau vertigo, dan perasaan penuh atau tersumbat di telinga.

Selain gejala-gejala tersebut, beberapa individu mungkin juga mengalami gangguan keseimbangan. Hal ini disebabkan karena bagian telinga dalam yang bertanggung jawab atas pendengaran juga berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan semua gejala yang muncul dan segera berkonsultasi dengan dokter.

"Kalau mungkin teman-teman ada yang merasakan tiba-tiba telinganya tertutup, terasa beda antara kanan dan kiri, atau kedua telinga tiba-tiba, sebelumnya masih bisa dengar, ini pokoknya terasa tertutup, sifatnya mendadak, kemudian berlangsung lebih dari tiga jam, harus segera ke dokter karena berbahaya," kata dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher (THT-BKL), Kartika Hajarani.

Perlu diingat bahwa setiap individu dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Beberapa mungkin hanya mengalami kehilangan pendengaran, sementara yang lain mengalami kombinasi beberapa gejala di atas. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan segera mencari pertolongan medis jika Anda mengalami kehilangan pendengaran secara tiba-tiba, atau disertai dengan gejala-gejala lain yang disebutkan.

Penyebab Tuli Mendadak

Penyebab pasti tuli mendadak seringkali tidak diketahui (idiopatik). Namun, beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai faktor risiko atau penyebab yang mungkin, antara lain infeksi virus seperti gondok, campak, rubela, meningitis, sifilis, dan HIV. Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan pada telinga bagian dalam yang mengganggu pendengaran.

Gangguan autoimun, seperti Sindrom Cogan, juga dapat menyebabkan SSHL. Pada kondisi ini, sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri, termasuk saraf telinga. Cedera kepala, perubahan tekanan yang drastis (misalnya, akibat pecahnya gendang telinga), dan tumor di otak juga dapat menjadi penyebab tuli mendadak.

Masalah pembuluh darah di telinga bagian dalam, seperti penyumbatan atau perdarahan, juga dapat menyebabkan SSHL. "Sampai saat ini kadang-kadang kita belum tahu penyebab pastinya apa. Ada yang dikatakan karena virus, atau karena ada penyumbatan pembuluh darah secara mendadak, atau karena ketidakseimbangan ion," kata dr. Kartika Hajarani, Sp. THT-KL. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan pengobatan yang efektif.

Terapi dan Pengobatan Tuli Mendadak

Tuli mendadak merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Penundaan pengobatan dapat meningkatkan risiko tuli permanen. Pengobatan utama yang diberikan adalah kortikosteroid, baik secara oral maupun injeksi intratimpani (langsung ke telinga tengah), untuk mengurangi peradangan.

Pemberian oksigen juga bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi koklea dan perilimfe. "Kondisi tersebut harus dapat ditangani dalam waktu 3x24 jam. Dokter perlu segera mendeteksi penyebab gangguan tersebut, agar dapat segera diberikan obat antiperadangan terhadap sel-sel pendengaran yang terdeteksi adanya gangguan." ujar dr. Kartika. Terapi lain mungkin diperlukan tergantung penyebab yang mendasari, seperti antivirus untuk infeksi virus atau operasi untuk tumor.

Beberapa penelitian menunjukkan kombinasi steroid sistemik dan intratimpani mungkin memberikan sedikit peningkatan pada frekuensi rendah, namun hal ini masih diperdebatkan. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dan menjalani semua pengobatan yang direkomendasikan untuk memaksimalkan peluang pemulihan pendengaran. Pemulihan diukur berdasarkan peningkatan ambang dengar: pulih total (>25 dB), pulih minimal (15-25 dB, atau ambang dengar <45 dB), dan tidak ada pemulihan (<15 dB, atau ambang dengar >75 dB).

Faktor Risiko Tuli Mendadak

Usia merupakan salah satu faktor risiko utama tuli mendadak. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit bawaan atau komorbid seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi juga meningkatkan risiko SSHL.

Kebiasaan membersihkan telinga yang salah, seperti menggunakan cotton bud terlalu dalam, dapat mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam dan menyumbat saluran telinga, menyebabkan gangguan pendengaran. "Mungkin juga bisa karena tadi hal yang sepele, seperti misalkan serumen atau kotoran telinga, yang misalkan pasien yang korek-korek telinga menggunakan cotton buds atau alat lain, sehingga bukannya malah kotorannya keluar, jadi malah dia tertutup ke dalam, sehingga akhirnya jadi gangguan pendengaran karena tertutup kotoran," jelas dr. Kartika.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan telinga dengan benar dan menghindari penggunaan cotton bud untuk membersihkan bagian dalam telinga. Jika mengalami gangguan pendengaran, segera konsultasikan dengan dokter THT untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala yang muncul.

Pencegahan Tuli Mendadak

Meskipun tidak semua kasus tuli mendadak dapat dicegah, beberapa langkah dapat mengurangi risiko. Menjaga pola hidup sehat, termasuk mengelola stres, mengonsumsi makanan bergizi, dan istirahat cukup, sangat penting.

Lindungi telinga dari suara keras dengan menggunakan pelindung telinga saat terpapar suara bising dan batasi penggunaan headphone dengan volume tinggi (anjuran 60% volume maksimal dan tidak lebih dari 60 menit penggunaan terus menerus). Lakukan pemeriksaan pendengaran berkala, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya