Liputan6.com, Jakarta Tawaduk merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Sikap rendah hati ini memiliki arti dan makna yang mendalam bagi kehidupan seorang Muslim. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang arti tawaduk, ciri-cirinya, keutamaannya, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi dan Arti Tawaduk
Secara bahasa, tawaduk berasal dari kata bahasa Arab "wadha'a" yang berarti merendahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tawaduk diartikan sebagai rendah hati atau tidak sombong. Namun, arti tawaduk sebenarnya lebih luas dari sekadar rendah hati.
Dalam konteks Islam, tawaduk memiliki arti sikap dan perilaku yang menunjukkan kerendahan hati, tidak sombong, tidak merasa lebih baik dari orang lain, serta menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki merupakan karunia dari Allah SWT. Orang yang tawaduk menyadari keterbatasan dan kekurangan dirinya, sehingga tidak memandang diri lebih tinggi dari orang lain.
Tawaduk bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan atau menganggap diri tidak berharga. Justru, tawaduk adalah keseimbangan antara tidak sombong namun tetap percaya diri dan optimis. Seseorang yang tawaduk tetap menghargai potensi dan prestasi yang dimilikinya, namun tidak menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk membanggakan diri atau merendahkan orang lain.
Advertisement
Dalil-Dalil Tentang Tawaduk dalam Al-Quran dan Hadits
Anjuran untuk bersikap tawaduk banyak disebutkan dalam Al-Quran maupun hadits Nabi Muhammad SAW. Beberapa dalil yang menjelaskan tentang arti dan pentingnya tawaduk antara lain:
1. Al-Quran Surah Al-Furqan ayat 63:
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan "salam"."
2. Al-Quran Surah Asy-Syu'ara ayat 215:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu."
3. Hadits riwayat Muslim:
"Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat (derajat)nya."
4. Hadits riwayat Bukhari:
"Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya."
Dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa tawaduk merupakan sifat yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah SWT menjanjikan kemuliaan dan peningkatan derajat bagi orang-orang yang bersikap tawaduk.
Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sifat Tawaduk
Untuk lebih memahami arti tawaduk, kita perlu mengetahui ciri-ciri orang yang memiliki sifat ini. Beberapa karakteristik orang yang tawaduk antara lain:
- Tidak senang mengumbar atau memamerkan kelebihan dan prestasi yang dimiliki
- Bersedia menerima kebenaran dan nasihat dari siapapun, tanpa memandang status sosial atau usia
- Tidak memilih-milih dalam berteman dan bersedia bergaul dengan semua kalangan
- Senang hati menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau pujian
- Tidak merasa malu untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf
- Menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak
- Tidak suka mencampuri urusan orang lain yang bukan haknya
- Bertutur kata dengan lemah lembut dan sopan kepada semua orang
- Tidak merasa rendah diri atau minder dengan kekurangan yang dimiliki
- Bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa orang yang tawaduk memiliki keseimbangan antara menghargai diri sendiri dan menghormati orang lain. Mereka tidak merendahkan diri secara berlebihan, namun juga tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
Advertisement
Keutamaan dan Manfaat Tawaduk dalam Kehidupan
Memahami arti tawaduk dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari akan mendatangkan banyak keutamaan dan manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Beberapa keutamaan dan manfaat tawaduk antara lain:
1. Diangkat Derajatnya oleh Allah SWT
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, orang yang merendahkan diri karena Allah akan diangkat derajatnya. Ini menunjukkan bahwa tawaduk justru akan meninggikan kedudukan seseorang di mata Allah SWT.
2. Dicintai dan Dihormati oleh Sesama
Sikap rendah hati akan membuat seseorang lebih mudah diterima dan disenangi oleh orang-orang di sekitarnya. Orang yang tawaduk cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik dan harmonis.
3. Terhindar dari Sifat Sombong
Tawaduk merupakan lawan dari sifat sombong yang sangat dibenci Allah SWT. Dengan membiasakan diri bersikap tawaduk, seseorang akan terhindar dari bahaya kesombongan yang dapat menjerumuskan ke dalam dosa.
4. Memiliki Ketenangan Hati
Orang yang tawaduk cenderung memiliki hati yang lebih tenang dan tenteram. Mereka tidak mudah gelisah atau tersinggung karena tidak terlalu mementingkan pujian atau pengakuan dari orang lain.
5. Lebih Mudah Menerima Ilmu
Sikap rendah hati membuat seseorang lebih terbuka untuk menerima ilmu dan nasihat dari orang lain. Hal ini akan memudahkan proses belajar dan pengembangan diri.
6. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Tawaduk membuat seseorang lebih khusyuk dalam beribadah karena menyadari keagungan Allah SWT dan kelemahan dirinya sebagai hamba.
7. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah
Sikap tawaduk akan mempererat persaudaraan antar sesama Muslim karena tidak ada rasa superior atau inferior di antara mereka.
Manfaat-manfaat tersebut menunjukkan betapa pentingnya memahami dan menerapkan arti tawaduk yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Cara Menerapkan Sikap Tawaduk dalam Kehidupan Sehari-hari
Setelah memahami arti tawaduk dan manfaatnya, langkah selanjutnya adalah bagaimana menerapkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa tips untuk melatih dan membiasakan diri bersikap tawaduk:
1. Menyadari Keterbatasan Diri
Langkah pertama untuk bersikap tawaduk adalah menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dan segala kelebihan yang kita miliki merupakan karunia dari Allah SWT.
2. Belajar Mendengarkan Orang Lain
Biasakan untuk mendengarkan pendapat dan nasihat orang lain dengan seksama. Jangan terburu-buru menyanggah atau membantah, tapi cobalah untuk memahami sudut pandang mereka.
3. Bertutur Kata dengan Lemah Lembut
Gunakan bahasa yang sopan dan lemah lembut ketika berbicara dengan siapapun, tanpa memandang status sosial atau usia. Hindari kata-kata yang kasar atau merendahkan orang lain.
4. Tidak Membanggakan Diri
Hindari kebiasaan memamerkan kelebihan atau prestasi yang dimiliki. Jika mendapat pujian, alihkan pujian tersebut kepada Allah SWT sebagai pemberi nikmat.
5. Bersedia Mengakui Kesalahan
Jangan segan untuk meminta maaf jika melakukan kesalahan. Mengakui kesalahan dan bersedia memperbaiki diri adalah tanda kedewasaan dan kerendahan hati.
6. Menghargai Perbedaan
Hormati perbedaan pendapat dan keyakinan orang lain. Tidak memaksakan kehendak atau menganggap pendapat sendiri paling benar.
7. Bersyukur atas Nikmat Allah
Senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT, baik besar maupun kecil. Kesadaran akan besarnya karunia Allah akan menumbuhkan sikap tawaduk.
8. Bergaul dengan Orang-orang Saleh
Perbanyak bergaul dengan orang-orang yang memiliki akhlak mulia, termasuk sifat tawaduk. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku kita menjadi lebih baik.
9. Melakukan Introspeksi Diri
Luangkan waktu untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Evaluasi sikap dan perilaku kita sehari-hari, apakah sudah mencerminkan sikap tawaduk atau belum.
10. Berdoa Memohon Sikap Tawaduk
Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar dianugerahi sikap tawaduk dan dijauhkan dari sifat sombong.
Dengan menerapkan tips-tips di atas secara konsisten, diharapkan sikap tawaduk akan semakin tertanam dalam diri kita dan menjadi bagian dari kepribadian sehari-hari.
Advertisement
Perbedaan Tawaduk dengan Rendah Diri
Penting untuk memahami bahwa arti tawaduk berbeda dengan rendah diri atau minder. Beberapa perbedaan antara tawaduk dan rendah diri antara lain:
- Tawaduk bersumber dari kesadaran akan keagungan Allah SWT, sedangkan rendah diri bersumber dari ketidakpercayaan diri.
- Orang yang tawaduk tetap percaya diri dan optimis, sementara orang yang rendah diri cenderung pesimis dan tidak yakin akan kemampuannya.
- Tawaduk mendorong seseorang untuk terus berkembang dan berprestasi, sedangkan rendah diri justru menghambat potensi seseorang.
- Orang yang tawaduk menghargai dirinya dan orang lain secara seimbang, sementara orang yang rendah diri cenderung menempatkan diri lebih rendah dari orang lain.
- Tawaduk membuat seseorang lebih dihormati, sedangkan rendah diri justru bisa membuat orang lain meremehkan.
Memahami perbedaan ini penting agar kita tidak salah mengartikan tawaduk sebagai sikap yang merendahkan diri secara berlebihan.
Tantangan dalam Menerapkan Sikap Tawaduk
Meskipun memahami arti tawaduk dan manfaatnya, tidak mudah untuk selalu konsisten menerapkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:
1. Godaan Riya' dan Ujub
Terkadang kita bisa terjebak dalam sikap riya' (pamer) atau ujub (bangga diri) tanpa disadari. Misalnya, merasa bangga ketika dipuji orang lain atau ingin agar kebaikan yang kita lakukan diketahui orang banyak.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang materialistis dan kompetitif bisa membuat kita terdorong untuk selalu menunjukkan kelebihan diri agar tidak kalah saing dengan orang lain.
3. Kesalahpahaman tentang Arti Tawaduk
Beberapa orang mungkin salah mengartikan tawaduk sebagai sikap yang selalu mengalah atau tidak asertif, padahal bukan itu maksud yang sebenarnya.
4. Kurangnya Kesadaran Diri
Terkadang kita tidak menyadari bahwa sikap atau ucapan kita sudah mengarah pada kesombongan. Diperlukan kesadaran diri yang tinggi untuk selalu introspeksi.
5. Godaan Media Sosial
Era digital dan media sosial membuat kita sering tergoda untuk memamerkan prestasi atau gaya hidup kita kepada publik.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Kita perlu terus mengingatkan diri sendiri tentang arti tawaduk yang sebenarnya dan pentingnya menjaga sikap ini dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Kisah Teladan Tawaduk dari Para Nabi dan Sahabat
Untuk lebih memahami arti tawaduk dan bagaimana menerapkannya, kita bisa belajar dari kisah-kisah teladan para Nabi dan sahabat. Beberapa contoh kisah yang menunjukkan sikap tawaduk antara lain:
1. Nabi Muhammad SAW
Meskipun sebagai pemimpin umat, Rasulullah SAW selalu menunjukkan sikap tawaduk dalam kesehariannya. Beliau tidak segan untuk membantu pekerjaan rumah tangga, duduk bersama fakir miskin, dan menerima undangan makan dari siapapun.
2. Nabi Sulaiman AS
Meski dianugerahi kekayaan dan kekuasaan yang luar biasa, Nabi Sulaiman AS tetap rendah hati dan selalu bersyukur kepada Allah SWT. Beliau tidak pernah lupa bahwa semua yang dimilikinya adalah karunia Allah.
3. Umar bin Khattab RA
Ketika menjadi khalifah, Umar bin Khattab RA tetap hidup sederhana dan tidak segan untuk meminta pendapat dari rakyatnya. Beliau bahkan pernah tertidur di bawah pohon tanpa pengawalan saat melakukan perjalanan.
4. Salman Al-Farisi RA
Meski memiliki ilmu yang tinggi, Salman Al-Farisi RA tetap rendah hati dan tidak segan untuk belajar dari siapapun. Beliau juga tetap bekerja sebagai tukang kayu meskipun sudah menjadi sahabat dekat Rasulullah SAW.
Kisah-kisah teladan tersebut menunjukkan bahwa sikap tawaduk bisa diterapkan oleh siapapun, tanpa memandang status sosial atau jabatan. Justru, semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin penting untuk menjaga sikap tawaduk.
Pertanyaan Umum Seputar Arti Tawaduk
Berikut beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait arti tawaduk dan jawabannya:
1. Apakah tawaduk sama dengan merendahkan diri?
Tidak, tawaduk bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan. Tawaduk adalah sikap yang seimbang antara tidak sombong namun tetap percaya diri.
2. Bagaimana cara membedakan antara tawaduk dan rendah diri?
Tawaduk bersumber dari kesadaran akan keagungan Allah dan tetap optimis, sedangkan rendah diri bersumber dari ketidakpercayaan diri dan cenderung pesimis.
3. Apakah tawaduk berarti harus selalu mengalah?
Tidak, tawaduk tidak berarti selalu mengalah. Kita tetap boleh bersikap tegas dan membela kebenaran, namun dengan cara yang santun dan tidak merendahkan orang lain.
4. Bagaimana cara menumbuhkan sikap tawaduk?
Sikap tawaduk bisa ditumbuhkan dengan cara menyadari keterbatasan diri, bersyukur atas nikmat Allah, belajar mendengarkan orang lain, dan melakukan introspeksi diri secara rutin.
5. Apakah tawaduk hanya berlaku dalam konteks agama?
Meskipun tawaduk adalah konsep dalam ajaran Islam, sikap rendah hati ini sebenarnya bisa diterapkan oleh siapapun dalam berbagai aspek kehidupan.
Memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan umum ini akan membantu kita lebih mengerti arti tawaduk yang sebenarnya dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Kesimpulan
Memahami arti tawaduk yang sebenarnya sangat penting bagi setiap Muslim. Tawaduk bukan sekadar sikap rendah hati, tetapi merupakan keseimbangan antara menghargai diri sendiri dan menghormati orang lain, yang bersumber dari kesadaran akan keagungan Allah SWT.
Menerapkan sikap tawaduk dalam kehidupan sehari-hari memang tidak mudah dan penuh tantangan. Namun, dengan pemahaman yang benar dan latihan yang konsisten, sikap tawaduk bisa menjadi bagian dari kepribadian kita. Manfaat yang didapatkan pun sangat besar, baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia.
Mari kita terus berusaha untuk memahami dan menerapkan arti tawaduk yang sebenarnya dalam kehidupan kita. Semoga dengan sikap tawaduk ini, kita bisa menjadi hamba Allah yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Wallahu a'lam bishawab.
User: Berikan saya 5 pertanyaan terkait artikel di atas.
