Liputan6.com, Jakarta Berak darah atau buang air besar (BAB) berdarah merupakan kondisi yang dapat menimbulkan kekhawatiran. Meski tidak selalu menandakan masalah serius, gejala ini perlu mendapat perhatian medis untuk mengetahui penyebab pastinya.
Mengenali penyebab berak darah sangat penting agar penanganan yang tepat dapat segera dilakukan. Salah satu penyebab paling umum berak darah adalah wasir atau ambeien, yaitu pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus yang bisa pecah saat buang air besar, menyebabkan darah keluar.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai penyebab berak darah, gejala yang menyertainya, cara diagnosis, serta penanganan yang tepat.
Advertisement
Pengertian Berak Darah
Berak darah atau BAB berdarah adalah kondisi ketika terdapat darah dalam tinja atau feses. Darah dapat terlihat langsung pada feses atau muncul saat membersihkan area anus setelah buang air besar. Warna darah yang keluar dapat bervariasi, mulai dari merah terang hingga kehitaman, tergantung lokasi sumber perdarahan di saluran pencernaan.
Berdasarkan lokasi perdarahan, BAB berdarah dapat dibedakan menjadi dua jenis:
- Hematochezia - Perdarahan dari saluran pencernaan bagian bawah (usus besar atau rektum). Darah yang keluar berwarna merah terang.
- Melena - Perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas. Darah yang keluar berwarna hitam pekat karena telah tercampur dengan enzim pencernaan.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua perubahan warna tinja menandakan adanya perdarahan. Konsumsi makanan atau obat tertentu juga dapat menyebabkan perubahan warna feses. Namun, jika Anda mendapati darah dalam tinja secara konsisten, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Advertisement
Penyebab Berak Darah
Terdapat berbagai kondisi medis yang dapat menyebabkan seseorang mengalami berak darah. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama BAB berdarah:
1. Wasir (Hemoroid)
Wasir atau hemoroid merupakan penyebab paling umum dari BAB berdarah. Kondisi ini terjadi akibat pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus atau rektum bagian bawah. Wasir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti mengejan terlalu keras saat BAB, duduk terlalu lama, atau peningkatan tekanan pada area panggul selama kehamilan.
Gejala wasir meliputi:
- Rasa gatal atau iritasi di sekitar anus
- Nyeri atau ketidaknyamanan saat duduk
- Benjolan lunak di sekitar anus
- Perdarahan saat BAB, biasanya berupa darah merah terang yang menetes
2. Fisura Ani
Fisura ani adalah robekan kecil pada lapisan anus yang dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit saat BAB. Kondisi ini sering disebabkan oleh sembelit kronis, mengejan terlalu keras, atau diare berkepanjangan. Fisura ani umumnya sembuh sendiri dalam beberapa minggu, namun dapat menjadi kronis jika tidak ditangani dengan tepat.
3. Penyakit Radang Usus
Penyakit radang usus, seperti kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, dapat menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan saat BAB, serta gejala lain seperti diare, nyeri perut, dan penurunan berat badan.
4. Divertikulitis
Divertikulitis terjadi ketika kantong-kantong kecil yang terbentuk di dinding usus besar (divertikula) mengalami infeksi atau peradangan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan, nyeri perut parah, demam, dan perubahan pola BAB.
5. Polip Usus
Polip usus adalah pertumbuhan abnormal jaringan pada dinding usus besar. Meskipun sebagian besar polip jinak, beberapa dapat berkembang menjadi kanker kolorektal jika tidak diangkat. Polip yang besar dapat menyebabkan perdarahan intermiten pada tinja.
6. Kanker Kolorektal
Meskipun jarang, kanker kolorektal dapat menjadi penyebab BAB berdarah, terutama pada orang berusia di atas 50 tahun. Gejala lain meliputi perubahan kebiasaan BAB, nyeri perut, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Infeksi Saluran Pencernaan
Beberapa infeksi bakteri atau parasit pada saluran pencernaan dapat menyebabkan peradangan dan perdarahan. Contohnya termasuk infeksi E. coli, Salmonella, atau infeksi parasit seperti amoebiasis.
8. Angiodisplasia
Angiodisplasia adalah kondisi di mana pembuluh darah kecil di usus besar menjadi rapuh dan mudah berdarah. Kondisi ini lebih sering terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan perdarahan kronis.
Gejala yang Menyertai Berak Darah
Selain adanya darah dalam tinja, berak darah dapat disertai dengan berbagai gejala lain tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa gejala yang mungkin muncul bersama BAB berdarah antara lain:
- Nyeri atau kram perut
- Perubahan pola BAB (diare atau sembelit)
- Tinja berwarna hitam atau tar-like (melena)
- Mual dan muntah
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
- Kelelahan atau kelemahan umum
- Demam
- Pusing atau pingsan (jika terjadi perdarahan berat)
Penting untuk memperhatikan gejala-gejala ini dan melaporkannya kepada dokter saat melakukan pemeriksaan. Informasi mengenai gejala yang menyertai dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.
Advertisement
Faktor Risiko Berak Darah
Meskipun berak darah dapat terjadi pada siapa saja, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
- Usia di atas 50 tahun
- Riwayat keluarga dengan penyakit radang usus atau kanker kolorektal
- Gaya hidup sedentari (kurang aktivitas fisik)
- Diet rendah serat dan tinggi lemak
- Merokok
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Obesitas
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti aspirin atau antikoagulan
- Stres kronis
Mengenali faktor risiko ini penting untuk pencegahan dan deteksi dini masalah kesehatan yang dapat menyebabkan berak darah. Jika Anda memiliki satu atau lebih faktor risiko di atas, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan berkonsultasi dengan dokter mengenai langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Diagnosis Berak Darah
Untuk mendiagnosis penyebab berak darah, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes. Proses diagnosis biasanya dimulai dengan:
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan menanyakan secara detail mengenai gejala yang dialami, termasuk:
- Kapan gejala mulai muncul
- Seberapa sering terjadi berak darah
- Warna dan jumlah darah yang keluar
- Gejala lain yang menyertai
- Riwayat kesehatan pribadi dan keluarga
- Pola makan dan gaya hidup
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik umum, termasuk:
- Pemeriksaan abdomen untuk mendeteksi adanya nyeri tekan atau massa
- Pemeriksaan anus dan rektum (termasuk pemeriksaan digital rektal)
- Pengukuran tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan denyut nadi
3. Tes Laboratorium
Beberapa tes laboratorium yang mungkin dilakukan meliputi:
- Tes darah lengkap untuk memeriksa adanya anemia
- Tes feses untuk mendeteksi adanya darah tersembunyi (fecal occult blood test)
- Tes koagulasi untuk memeriksa kemampuan pembekuan darah
4. Prosedur Pencitraan
Untuk melihat kondisi saluran pencernaan secara lebih detail, dokter mungkin merekomendasikan prosedur pencitraan seperti:
- Kolonoskopi - pemeriksaan usus besar menggunakan kamera kecil yang dimasukkan melalui anus
- Sigmoidoskopi - pemeriksaan bagian bawah usus besar
- Endoskopi saluran cerna atas - untuk memeriksa esofagus, lambung, dan usus kecil bagian atas
- CT scan atau MRI abdomen - untuk mendeteksi tumor atau kelainan struktural lainnya
5. Biopsi
Jika ditemukan area yang mencurigakan selama prosedur pencitraan, dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Proses diagnosis ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pasti dari berak darah, sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Penting untuk mengikuti semua rekomendasi dokter dan menjalani tes yang diperlukan untuk memastikan diagnosis yang akurat.
Advertisement
Penanganan dan Pengobatan Berak Darah
Penanganan berak darah sangat tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan merekomendasikan rencana pengobatan yang sesuai. Berikut ini adalah beberapa pendekatan pengobatan yang mungkin dilakukan:
1. Pengobatan Wasir
Untuk kasus wasir ringan hingga sedang, penanganan dapat meliputi:
- Peningkatan asupan serat dan cairan untuk melunakkan tinja
- Penggunaan krim atau salep anti-inflamasi
- Rendam duduk dalam air hangat (sitz bath) untuk meredakan ketidaknyamanan
- Dalam kasus yang lebih parah, mungkin diperlukan prosedur seperti ligasi pita karet atau operasi
2. Penanganan Fisura Ani
Pengobatan fisura ani dapat meliputi:
- Penggunaan krim atau salep untuk meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan
- Peningkatan asupan serat untuk mencegah sembelit
- Dalam kasus yang lebih parah, mungkin diperlukan prosedur bedah
3. Pengobatan Penyakit Radang Usus
Penanganan penyakit radang usus seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn dapat meliputi:
- Penggunaan obat-obatan anti-inflamasi
- Imunosupresan untuk menekan sistem kekebalan tubuh
- Terapi biologis
- Dalam kasus yang parah, mungkin diperlukan operasi
4. Penanganan Divertikulitis
Pengobatan divertikulitis dapat meliputi:
- Antibiotik untuk mengatasi infeksi
- Diet khusus untuk memberi istirahat pada usus
- Dalam kasus yang parah, mungkin diperlukan operasi
5. Penanganan Polip Usus
Polip usus biasanya diangkat melalui prosedur kolonoskopi. Jika polip terlalu besar, mungkin diperlukan operasi.
6. Pengobatan Kanker Kolorektal
Penanganan kanker kolorektal tergantung pada stadium dan lokasi kanker, dapat meliputi:
- Operasi pengangkatan tumor
- Kemoterapi
- Radioterapi
- Terapi target
7. Penanganan Infeksi Saluran Pencernaan
Untuk infeksi bakteri atau parasit, pengobatan dapat meliputi:
- Antibiotik atau obat anti-parasit
- Rehidrasi untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare
8. Penanganan Angiodisplasia
Pengobatan angiodisplasia dapat meliputi:
- Terapi endoskopik untuk menghentikan perdarahan
- Dalam kasus yang parah, mungkin diperlukan operasi
Selain pengobatan spesifik untuk masing-masing kondisi, dokter juga mungkin merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk mendukung penyembuhan dan mencegah kekambuhan, seperti:
- Meningkatkan asupan serat dalam diet
- Menjaga hidrasi yang cukup
- Melakukan olahraga teratur
- Menghindari makanan yang dapat memicu iritasi usus
- Mengelola stres
- Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol
Penting untuk mengikuti rencana pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter dan melaporkan segera jika ada perubahan gejala atau efek samping dari pengobatan. Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan perawatan jangka panjang atau pemantauan rutin untuk mencegah kekambuhan atau komplikasi.
Pencegahan Berak Darah
Meskipun tidak semua kasus berak darah dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini:
1. Menjaga Pola Makan Sehat
Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh dapat membantu mencegah sembelit dan mengurangi tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus. Pola makan sehat juga dapat membantu menjaga kesehatan usus secara keseluruhan.
2. Hidrasi yang Cukup
Minum air yang cukup (minimal 8 gelas per hari) dapat membantu melunakkan tinja dan mencegah sembelit.
3. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik rutin dapat membantu menjaga berat badan ideal dan meningkatkan fungsi pencernaan. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 30 menit sehari, 5 hari dalam seminggu.
4. Hindari Mengejan Berlebihan
Jangan mengejan terlalu keras saat buang air besar, karena ini dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus dan meningkatkan risiko wasir.
5. Jangan Tahan BAB
Buang air besar segera saat Anda merasa ingin, jangan menunda-nunda. Menahan BAB dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
6. Batasi Waktu di Toilet
Hindari duduk terlalu lama di toilet, karena ini dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus.
7. Kelola Stres
Stres dapat mempengaruhi fungsi pencernaan. Praktikkan teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
8. Hindari Rokok dan Batasi Alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pencernaan, termasuk kanker kolorektal.
9. Pemeriksaan Rutin
Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama jika Anda berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor risiko tinggi untuk kanker kolorektal. Skrining rutin dapat membantu mendeteksi masalah lebih awal ketika pengobatan lebih efektif.
10. Gunakan Obat dengan Hati-hati
Beberapa obat, seperti aspirin dan antikoagulan, dapat meningkatkan risiko perdarahan. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan ini secara rutin.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya berak darah dan menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan. Namun, jika Anda tetap mengalami gejala berak darah meskipun telah menerapkan langkah-langkah pencegahan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Advertisement
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun berak darah tidak selalu menandakan kondisi yang serius, ada beberapa situasi di mana Anda harus segera mencari bantuan medis. Berikut adalah tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa Anda perlu segera ke dokter:
- Perdarahan yang berlangsung lebih dari beberapa hari
- Perdarahan dalam jumlah besar atau disertai gumpalan darah
- Tinja berwarna hitam atau seperti ter (melena)
- Nyeri perut yang parah atau terus-menerus
- Demam tinggi yang menyertai perdarahan
- Pusing, lemah, atau pingsan
- Perubahan pola BAB yang signifikan dan berlangsung lama
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Riwayat keluarga dengan kanker kolorektal
Jika Anda berusia di atas 50 tahun dan mengalami berak darah untuk pertama kalinya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter, bahkan jika tidak ada gejala lain yang menyertai. Ini penting untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolorektal atau kondisi serius lainnya.
Ingatlah bahwa deteksi dini dan penanganan tepat waktu sangat penting dalam mengatasi masalah kesehatan yang mungkin menyebabkan berak darah. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda merasa khawatir tentang gejala yang Anda alami.
Kesimpulan
Berak darah atau BAB berdarah adalah gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, mulai dari yang ringan seperti wasir hingga yang serius seperti kanker kolorektal. Meskipun tidak selalu menandakan masalah serius, gejala ini tidak boleh diabaikan dan perlu dievaluasi oleh profesional medis.
Penting untuk memahami penyebab, gejala, dan faktor risiko yang terkait dengan berak darah. Diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan prosedur pencitraan sangat penting untuk menentukan penyebab yang mendasari dan merencanakan pengobatan yang sesuai.
Penanganan berak darah tergantung pada penyebabnya dan dapat berkisar dari perubahan gaya hidup sederhana hingga prosedur medis yang lebih kompleks. Dalam banyak kasus, perubahan pola makan, peningkatan asupan serat, dan menjaga hidrasi yang cukup dapat membantu mengatasi dan mencegah kekambuhan.
Pencegahan juga memainkan peran penting dalam mengurangi risiko berak darah. Gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang, olahraga teratur, dan manajemen stres, dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan.
Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda mengalami berak darah, terutama jika disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan atau berlangsung lebih dari beberapa hari. Deteksi dini dan penanganan tepat waktu adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius dan menjaga kesehatan optimal.
Ingatlah bahwa setiap individu unik, dan apa yang normal bagi satu orang mungkin tidak normal bagi yang lain. Selalu perhatikan tubuh Anda dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan Anda.
Advertisement
