Liputan6.com, Ankara - Pemerintah Turki menyiapkan satu area untuk memakamkan 280 korban tewas akibat ledakan dan kebakaran di area pertambangan Turki. Sementara aksi unjuk rasa terus bergulir untuk memprotes peristiwa tersebut.
Seperti dimuat Rte.ie, Jumat (16/5/2014), sekitar 280 orang yang sebagian besar merupakan pekerja tambang telah dievakuasi dari lokasi kejadian, tepatnya di Kota Soma, Turki Barat. Mereka akan dimakamkan secara massal, dengan lokasi kuburan yang berdampingan satu sama lain.
Sementara lebih dari 100 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Mereka diduga tertimbun di lokasi ledakan tambang.
Peristiwa terjadi pada Selasa 14 Mei. Ledakan dan kebakaran di pertambangan tersebut telah memutus aliran listrik dan menutup seluruh akses keluar bagi pekerja untuk melarikan diri. Akibatnya ratusan pekerja terjebak di dalam.
Ribuan warga turun ke jalan untuk memprotes insiden tersebut karena pemerintah dinilai lalai. Namun Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, hal itu merupakan kecelakaan. Pemerintah Turki telah dan akan terus berusaha keras mengevakuasi korban tewas dan menyelamatkan para korban yang hilang.
"Tak ada kelalaian dalam operasi pertolongan yang akan ditolerir dan tak seorang pun akan diperkenankan mengeksploitasi keadaan," tegas Erdogan, sebagaimana dilansir Xinhua.
Dia menjelaskan, petugas berwenang telah berada di lokasi kejadian, sejak Rabu, sehari setelah kejadian. Namun petugas kesulitan mengevakuasi karena beratnya medan pencarian.
"Sayangnya, kecelakaan tambang semacam ini tak terelakkan, bisa terjadi di mana-mana, di dunia," ujar Erdogan. "Namun, besarnya kecelakaan ini telah melukai kita dengan sangat mendalam," kata Erdogan, sambil mencontohkan peristiwa serupa di Inggris pada 1838.
Kecelakaan tambang besar juga pernah terjadi di Turki pada 1992, ketika kebakaran dan ledakan menewaskan 263 orang. Dua lagi kecelakaan besar tambang terjadi pada 1983 dan 1990, yang masing-masing menewaskan 103 dan 68 orang.
Presiden Turki Abdullah Gul membatalkan kunjungan resmi ke China , yang dijadwalkan pada 15-21 Mei, sehubungan dengan bencana tersebut. Erdogan juga telah membatalkan kunjungan ke Albania. Hari Berkabung nasional pun ditetapkan. (Yus)