Liputan6.com, Hawaii - Sekelompok peneliti baru saja menyelesaikan latihan hidup seolah-olah berada di Mars. Satu tim yang terdiri dari enam ilmuwan itu menghabiskan waktu empat bulan di maket habitat Planet Merah di gunung berapi Hawaii.
"Sudah lama saya belum melihat pohon, mencium bau hujan, mendengar burung, atau merasakan angin pada kulit saya, selama empat bulan," tulis salah satu peneliti Stedman dalam blog di Instagram, seperti dimuat ABC, Sabtu (27/7/2014).
Stedman yang menjadi pemimpin ekspedisi dengan lima awak lain telah menghabiskan sebagian besar waktu tinggal di dalam kubah bertenaga surya dengan luas sekitar 93 meter persegi.
Sepanjang hari itu, Stedman -- yang merupakan tentara Angkatan Udara Amerika Serikat dan mahasiswa Embry-Riddle Aeronautical University Worldwide -- dan rekannya hanya menjelajah untuk simulasi perjalanan antariksa dan melakukannya hanya ketika mengenakan tiruan pakaian luar angkasa.
"Kami melakukan simulasi misi jangka panjang di Mars, dengan fokus pada psikologi awak dalam isolasi," ujar para awak dalam wawancara dengan Reddit.
Habitat yang ditempat tim peneliti itu dilengkapi dengan toilet pengompos tanpa-air. Setiap hari, mereka makan penganan ekstra kering yang tak butuh alat pengawet.
"Sekarang waktunya kita makan buah dan sayuran segar lagi," kata Stedman.
Selain Stedman, anggota awak lainnya merupakan insinyur kimia Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dam ahli neuropsikologi dari Fort Wayne Neurological Center di Indiana. Mereka semua telah menjalani isolasi dari kontak langsung dengan manusia dan makan makanan kering yang sudah distabilkan.
"Pada dasarnya kami hidup dengan bubur. Bubur bercitarasa, tapi bagaimanapun tetap bubur," tulis salah satu awak, Ross Lockwood di Instagram.
Untuk membiasakan diri ketika nanti menetap di Mars, komunikasi dengan dunia luar pun dilakukan dengan waktu tunda untuk menyesuaikan dengan 20 menit waktu perjalanan gelombang radio antara Bumi dan Mars.
Di samping elemen survei psikologis harian, para peneliti juga melakukan proyek ilmiah dan studi yang lain, termasuk ekspedisi ke luar habitat serupa Mars di gunung api Mauna Loa, Hawaii, yang lanskapnya mirip dengan kawasan yang disebut Tharsis di Planet Merah.
Menurut Lockwood yang sedang menyelesaikan pendidikan doktor bidang fisika di University of Alberta, anggota tim juga bisa bersenang-senang dengan menonton film, bermain dengan papan permainan, dan berolahraga selama penelitian.
"Kami tidak punya banyak waktu luang, tapi saya menganggap kerja sebagai bagian dari bersenang-senang juga. Merencanakan EVAs (perjalanan luar angkasa), menyiapkan makanan, bahkan pekerjaan sehari-hari--semua itu kegiatan yang menyenangkan," ujar Lockwoon, seperti dilansir Reuters.
Penelitian dan simulasi hidup di Mars yang didanai oleh NASA dan diawasi oleh University of Hawaii ini dimulai pada 28 Maret 2014 lalu. Bagian dari operasi misi Hawaii Space Exploration Analog and Simulation atau Hi-SEAS 2 tersebut tuntas pada Jumat 25 Juli kemarin, tapi mereka butuh waktu berbulan-bulan untuk merampungkan hasil temuan-temuannya.
Arah proyek itu adalah membuat pedoman untuk misi masa depan ke Mars, tujuan jangka panjang program antariksa Amerika Serikat. "Semoga, ketika kita mengirim manusia ke Mars, kita telah melakukan cukup misi seperti HI-SEAS sehingga kita ingat untuk membawa barang-barang yang sangat penting seperti kertas toilet ekstra," ujar salah satu anggota peneliti, Gary Strawn.