Thailand Deportasi Pengungsi Uighur ke China Tuai Kontroversi

Meski banyak diprotes oleh pegiat hak asasi manusia, Thailand bersikeras tindakannya mendeportasi pengungsi Uighur adalah benar.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Jul 2015, 14:17 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2015, 14:17 WIB
Etnik Uighur Memegang Foto Pemimpin China
Etnik Uighur memegang foto pemimpin china. (Reuters)

Liputan6.com, Bangkok - Thaliand mendeportasi 100 orang etnis Uighur ke China setelah menahan para pengungsi itu, karena dianggap telah masuk secara ilegal setahun lalu. Kantor PBB urusan Pengungsi mengatakan bahwa tindakan Negeri Gajah Putih telah melanggar hukum internasional.

Namun, juru bicara pemerintah Thailand, Mayor Jenderal Werrachon Sikhonthapatipak mengatakan bahwa etnik Uighur yang dikirim kembali itu adalah mereka yang masuk ke negaranya setahun lalu. Identitas kewarganegaraan mereka berhasil diidentifikasi, seperti dikutip New York Times.

50 orang yang tidak jelas kewarganegaraannya boleh tinggal di Thailand. Sementara 170 lainnya diketahui adalah warga negara Turki dan langsung dipulangkan.

Uighur adalah muslim minoritas di Tiongkok dan berbicara sedikit Bahasa Turki. Mereka tinggal di Xinziang, barat China. Etnik Uighur ini berada dibawah tekanan China dan etnik mayoritas Han.

Tahun lalu, tentara keamanan Thailand menahan ratusan Uighur yang berhasil keluar dari China.  Mereka ditangkap di berbagi lokasi. Pemerintah Beijing secara resmi meminta Bangkok untuk mengembalikan mereka.

PBB dan lembaga hak asasi manusia lainnya mengutuk tindakan Thailand yang mendeportasi mereka kembali ke China -- negara yang menjadi alasan mereka untuk kabur. Para pengungsi itu terancam menghadapi berbagai hukuman setelah dideportasi. Amnesty Internasional untuk Asia Timur, Nicholas Bequelin mengatakan, "Mendeportasi pengungsi adalah tindakan kejam dan ilegal."

Sementara, PM Thailand Jendral Prayuth Chan-ocha bersikeras "China akan menjamin keselematan mereka. Lagi pula kita sudah kembalikan mereka dan apabila ada masalah, itu bukan urusan kami lagi," katanya kepada media.

Jenderal Prayuth membela diri, menurut dia, bukan urusan negaranya mencampuri masalah dalam negeri di China. Thailand juga tidak bisa menjadi tuan rumah untuk pengungsi ilegal. "Kalian mau kami memberi makan mereka sehingga mereka bisa beranak-pinak hingga tiga generasi?", kata Prayuth kepada media. 

Secara terpisah, juru bicara luar negeri China, Hua Chunying mengatakan bahwa etnis Uighur yang dideportasi telah tiba dan diperlakukan secara baik.

Hua Chunying dalam keterangan persnya mengatakan "tidak ada masalah etnis" di bagian barat China. "Orang-orang Uighur hidup dan bekerja secara damai. Mereka juga menikmati kebebasan beragama di bawah undang-undang konstitusi," kata dia. (Rie/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya