Liputan6.com, San Francisco Badak adalah salah satu hewan yang terancam punah. Baik di Afrika maupun Asia, hewan ini diburu hanya untuk diambil culanya karena dipercaya berkhasiat sebagai bahan obat.
Alasan ini membuat perusahaan Pembient di San Francisco mengembangkan cula badak dengan harga terjangkau yang dihasilkan melalui rekayasa biologi. Matthew Markus, presiden Pembient, menjelaskan kepada Gizmag, “Kami mengembangkan cula badak sintetis dengan memanfaatkan kemajuan biologi sintetis dan percetakan 3D.”
Ia melanjutkan, “Mula-mula, kami merekayasa sel-sel ragi untuk menghasilkan zat keratin yang serupa dengan apa yang ada pada cula badak. Keratin ini berpadu dengan bahan-bahan alamiah lain pada cula badak,seperti zat elemental dan DNA badak. Hasil akhirnya berupa bubuk. Nah, bubuk inilah yang kami gunakan sebagai `tinta` dalam proses pencetakan 3D untuk membuat benda pejal, temasuk cula.”
Advertisement
Namun demikian, Yayasan Badak Internasional mempertanyakan keberhasilan cula rekayasa ini untuk mengurangi perburuan liar. Menurut mereka, cula sintetis akan menyebabkan semakin banyak orang yang ingin `naik tingkat` dengan memiliki cula asli setelah memiliki cula sintetis. Lagipula, saat ini 90% dari cula yang beredar di pasaran adalah cula palsu, sehingga mendorong orang-orang yang memiliki uang banyak untuk mencari benda aslinya walaupun semakin mahal.
Pada mulanya, Pembient berencana untuk memasarkan produk ini sebelum akhir tahun, namun tertunda karena `para akademisi dan ahli ekonomi` meminta mereka terlebih dahulu menciptakan sistem pemantau dampak cula rekayasa ini terhadap pasar. Rencananya, harga jual cula sintetis ini setara dengan 1/8 harga cula asli.