Liputan6.com, Seoul - Sebuah piano yang dibuat dari kawat berduri dari Zona Demiliterisasi (DMZ), yang membagi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Piano dibuat untuk menandai ulang tahun ke-70 pembebasan Korea dari penjajahan Jepang, menurut laporan BBC News, yang dikutip, Minggu (26/7/2015).
Pembuatan piano ditangani oleh Kementerian Korea Selatan Bagian Unifikasi Hukum dan Cheil Worldwide divisi pemasaran. Piano akan menjadi bagian dari pameran yang diselenggarakan oleh Seoul Museum of Art sebagai peringatan hari ulang tahun perdamaian.
Baca Juga
Selebgram Intan Lembata Liburan ke Korea Selatan, Dulu Dikenal Lewat Lagu Begitu Sulit Lupakan Reyhan
Petisi Undang-Undang Pencegahan Kim Soo Hyun Tembus 50.000 Tanda Tangan, Dorong Reformasi Hukum Perlindungan Anak di Korea Selatan
Pastikan Lolos ke Piala Dunia U-17 2025, Timnas Indonesia Janjikan Lakukan Perubahan Lawan Afghanistan
Instrumen menggunakan kawat berduri di bagian string piano demi menghasilkan suara yang unik. Hal ini direalisasikan grup musik dunia GongMyong, yang berarti ‘resonansi’ dalam bahasa Korea.
Advertisement
Kelompok ini dikenal sebagai penyusun musik asli. Mereka ikut mengumpulkan kawat berduri dari sebuah pangkalan militer dekat DMZ selama beberapa bulan, sebelum membawa instrumen kawat berduri menjadi hidup.
Ide piano kawat berduri digagas oleh Lee Seong-ha, yang bekerja untuk Cheil Worldwide. Ia terinspirasi usai kunjungan ke Korea Selatan bersama Paus Fransiskus pada tahun 2014.
"Saya melihat dia menerima mahkota duri yang terbuat dari kawat berduri hasil gencatan senjata. Saya jadi berpikir, kawat berduri adalah simbol perang dan divisi militer. Tetapi bisa juga menjadi tanda untuk perdamaian." (Fhh/Ans)