Liputan6.com, Baghdad - Pesawat-pesawat tempur Turki mengebom gerilyawan Kurdi di Irak utara pada Rabu 29 Juli 2015. Beberapa jam setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tidak mungkin melanjutkan upaya perdamaian dengan kelompok tersebut.
"Jet-jet tempur Turki mengebom tempat-tempat penampungan, depot-depot dan gua-gua di 6 wilayah," kata kantor Perdana Menteri Ahmet Davutoglu seperti dikutip dari VOA News, Kamis (30/7/2015.)
Serangan itu adalah yang terbesar sejak Turki melancarkan serangan pekan lalu, terhadap militan Kurdi dan pejuang ISIS di Suriah utara. Davutoglu menyebut perang melawan kedua kelompok tersebut sebagai "perjuangan yang disinkronisasikan melawan teror."
Irak mengutuk serangan udara itu sebagai "peningkatan berbahaya dan serangan terhadap kedaulatan Irak."
Tetapi serangan terbesar Turki sejauh ini diarahkan terhadap Kurdistan Workers' Party atau Partai Pekerja Pakistan (PKK) di Irak dan Turk tenggara. Golongan Pihak oposisi Turki yang pro-Kurdi menuduh Erdogan melancarkan serangan sebagai balas dendam atas kuatnya penampilan oposisi dalam pemilu bulan Juni yang membuat partai yang berkuasa gagal menguasai suara mayoritas di parlemen.
"Kejahatan kami adalah memenangkan 13 persen suara," ucap pemimpin Partai Demokrasi Rakyat pro-Kurdi, Selahattin Demirtas.
Erdogan yang mengawali perundingan perdamaian dengan pihak-pihak Kurdi pada tahun 2012, dalam upaya untuk mengakhiri pemberontakan PKK yang mulai timbul tahun 1984. Tetapi ia mengatakan pada Selasa 28 Juli 2015, bahwa perundingan mustahil dilakukan dan ia meminta parlemen mencabut hak para anggota parlemen yang terkait militan untuk memperoleh kekebalandari penuntutan.
Parlemen menjadwalkan untuk membahas usul Erdogan mengenai pencabutan kekebalan itu dan operasi militer pada Rabu 29 Juli.
Pernyataan perdana menteri juga mengatakan pihak berwenang telah menahan lebih dari 1.300 orang di Turki, dalam penggerebekan terhadap para tersangka anggota PKK, ISIS dan kelompok militan lainnya.
NATO mengadakan sidang darurat pada Selasa 28 Juli, atas permintaan Turki untuk mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan teroris terhadap Turki dan menjanjikan solidaritas dengan negara itu. (Tnt/Rie)
Baca Juga
(Baca: Angkatan Udara Turki Gempur ISIS dan Milisi Kurdi)
Advertisement