Liputan6.com, Teheran- Seperti diketahui, Iran adalah sobat baik pemerintah Suriah. Kendati demikian, mereka menolak 'dituduh' mengerahkan pasukan darat ke Suriah. Namun bagaimanapun, rahasia tetap tercium juga. Terkuak bahwa mereka telah mengirimkan pasukan darat membantu militer Presiden Bashar al-Assad
Tapi, yang dikirim bukan cuma pasukan asli Iran. Melainkan hasil rekrutan dan lebih parah lagi, mereka adalah para pengungsi Afghanistan yang mencari perlindungan dari perang di negaranya.
Dijanjikan gaji bulanan dan izin tinggal, para rekrutan Afghanistan itu 'berjuang' membantu Suriah. Dikatakan, mereka disuruh menjaga kuil suci dari serangan oposisi. Nyatanya, mereka berdampingan dengan militer Iran dan Suriah angkat senjata melawan oposisi.
Advertisement
Divisi militer Fatemioun berisi prajurit asal Afghanistan dan kini menjadi kekuatan militer terbesar kedua membantu Suriah berisi prajurit asing setelah Hisbullah Lebanon.
Kantor media Iran memberitakan, setidaknya 200 prajurit dari Fatemioun tewas di Suriah di awal-awal perang meletus. Jumlah terkini masih belum diketahui.
Rekruitmen berlangsung setiap hari di kota Mashhad dan Qom di mana banyak pencari suaka Afghanistan tinggal. Pengungsi Afghanistan di Iran yang dikirim untuk berperang dan mati untuk Assad di Suriah. Kisah itu didapat dari The Guardian, Kamis 5 November 2015.
Iran juga menerima Afghanistan di bawah usia 18 tahun asalkan mereka memiliki izin tertulis dari orang tua mereka. Setidaknya remaja 16 tahun pengungsi Afghanistan di Iran tewas di Suriah di musim gugur ini. Meningkatnya jumlah pemakaman di Iran adalah tanda nyata mengungkapkan keterlibatan Iran yang lebih besar dalam konflik Suriah.
Disuruh Menjaga Kuil Suci
Terminologi Iran untuk mereka yang tewas di Suriah adalah "pembela kuil suci". Masjid Abolfazli di distrik Golshahr Masyhad timur - terletak di jantung daerah miskin menampung sebagian warga Afghanistan, adalah tempat di mana para pengungsi, biasanya laki-laki muda, mendaftar setiap hari untuk pergi dan berjuang untuk Iran di Suriah.
Pada musim gugur pagi tahun ini, sekitar 50 warga Afghanistan mengantri di masjid. Bergitu bersemangat untuk mendaftar sebagai prajurit. Persyaratannya sederhana: mereka yang tertarik harus membuktikan bahwa mereka Afghanistan, dan single. Untuk anak di bawah umur harus memiliki izin orang tua.
"Ini adalah hanya eksploitasi orang rentan," kata Mujtaba Jalali, seorang pengungsi Afghanistan kelahiran Iran dari Masyhad yang baru-baru ini berhasil melarikan diri ke Eropa.
Jalali, seorang fotografer profesional, telah mengunjungi setidaknya 10 pemakaman di kotanya untuk para Afghanistan yang telah kehilangan nyawa di Suriah. The Guardian menerbitkan foto-fotonya untuk pertama kalinya, beberapa di antaranya mengungkapkan identitas para anggota Fatemioun tewas.
 Meskipun Jalali lahir di Iran, dia belum mendapatkan kewarganeraan Iran. Hal yang sama bagi semua anak Afghanistan lahir di Iran. Orang-orang seperti Jalali menghadapi kesulitan besar dalam melanjutkan pendidikan mereka, atau membuka rekening bank, dokumen untuk meninggalkan negara itu atau memiliki akses untuk bekerja di Iran.
"Ini adalah perang Iran dengan biaya orang lain," kata Jalali.
"Mereka adalah pengungsi Afghanistan di Iran yang membayar harga nyawa untuk dukungan Teheran kepada Assad. Mereka dibohongi tentang motif sebenarnya. Ini bukan agama, itu politik. Alih-alih melindungi pengungsi, Iran menggunakan mereka," tuturnya lagi.
Menurut Jalali, kebanyakan orang Afghanistan di Iran, adalah Syiah, tidak mungkin ke Suriah mempertaruhkan hidup mereka atas dasar agama. Tetapi karena keuangan dan ketidakstabilan, mereka dimanfaatkan
Hampir 1 juta warga Afghanistan yang terdaftar sebagai pengungsi di Iran namun diyakini lebih dari 2 juta.
Peran penting dari divisi Fatemioun disorot awal pekan ini ketika klip audio muncul dari Qassem Suleimani, komandan Iran angkatanQuds, kepanjangan tangan dari Garda Revolusi Iran, menceritakan memori pribadi di mana ia memuji keterlibatan Afghanistan.
Dalam audio, Suleimani berbicara tentang seorang prajurit Iran baru-baru ini tewas bernama Mostafa Sadrzadeh. Ternyata ia adalah seorang Afghanistan bernama Seyed Ebrahim. Dia dilaporkan telah tewas di Suriah pekan lalu.
Fatemioun didirikan di Iran setelah konflik Suriah dimulai pada tahun 2011 dengan bantuan dari pengungsi Afghanistan yang sebelumnya telah bekerja sama dengan Iran, terutama sebelum invasi AS pada tahun 2001.
Meskipun tidak jelas berapa banyak prajuritnya. Namun, awal tahun ini, seharusnya ada 10.000 hingga 12.000 anggota.
Advertisement
Jadi Prajurit 'Kroco'
Para prajurit Afghanistan dikerahkan untuk tujuan tempur, meskipun beberapa peran penting masih dipengang militer senior Iran.
Media Iran melaporkan bahwa komandan Fatemioun, Reza Khavari, tewas di Suriah bulan lalu dan tidak jelas siapa yang menggantikan dirinya.
Peningkatan jumlah anggota senior Iran Garda Revolusi yang tewas di Suriah dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan seberapa jauh Iran menjaga pengaruh strategis di negara itu.
Pada bulan Oktober, Hossein Hamedani, Â komandan elit dan luar biasa dari Pengawal Iran, tewas di sekitar Aleppo.
Iran telah mengerahkan beberapa komandan paling berpengalaman di Suriah, menurut Morad Veisi, seorang ahli berpengalaman dari kekuatan militer Iran. Kematian terbaru menunjukkan bahwa komandan Iran beroperasi di tengah-tengah medan perang.
"Keterlibatan Afghanistan telah membuat perbedaan besar bagi Iran dan sekarang mereka memberikan bantuan lebih ke Iran dari kelompok lain kecuali untuk Hizbullah," kata Veisi kepada Guardian.
Jalali pernah diizinkan untuk mengambil foto-foto pemakaman di Masyhad karena ia adalah fotografer yang terdaftar di Iran. Namun, entah alasan apa, ia ditangkap saat memotret di salah satu pemakaman di Masyhad dan kameranya disita. Pemuda 24 tahun itu lalu melarikan diri dari Iran dan mencari suaka di Belanda.
"Setiap hari banyak pengungsi Afghanistan berjuang untuk Iran dan Bashar al-Assad di Suriah dan itu sebuah pertanyaan besar dalam pikiranku. Mengapa mereka pergi?" Kenangnya.
"Setiap minggu, aku bisa melihat sekitar 10 sampai 15 orang pemuda yang dibawa kembali untuk dimakamkan di Masyhad. Pihak berwenang Iran menyalahgunakan kata 'martir' apapunlah itu.
"Pada suatu hari, seorang pengungsi Afghanistan yang telah berjuang di Suriah untuk Iran, dan merupakan temanku, berkata'rumah duka Teheran penuh mayat orang-orang Afghanista yang tewas di Suriah.'" (Rie/Ein)