Liputan6.com, Sydney - Adakah kode perilaku dalam penerbangan? Terutama saat penumpang ingin merebahkan kursinya.
Apa rasanya ketika dalam suatu perjalanan yang diharapkan nyaman sedikit terganggu oleh ulah penumpang di hadapan kita? Saat pramugari atau pramugara telah siap menyediakan makanan dan minuman dalam baki saji.
Tiba-tiba ketika mulai membuka makanan, penumpang depan kita merebahkan kursinya dan semua yang ada di meja lipat terjatuh.
Advertisement
"Dari sekian ribuan kilometer perjalanan, inilah yang kerap aku hadapi," tulis wisatawan asal Sydney, Australia Kim Cuyler seperti dilansir dari news.com.au, Rabu (17/2/2016).
"Kalau sudah begitu, satu-satunya yang kuselamatkan adalah minumanku dan membiarkan rotiku terjatuh," kata Cuyler lagi.
"Biasanya, aku hanya memberikan pandangan tak percaya, karena tak tahu apa yang harus aku lakukan selain berharap aku tinggal di kelas bisnis,"gelaknya.
Baca Juga
Menurut survei dari Skyscanner yang dilakukan pada 2015 lalu, 9 dari 10 wisatawan meminta kursi rebahan (di kelas ekonomi) dilarang terutama di penerbangan jarak pendek.
Dari 15.000 pemilih, 36 persen memilih kursi yang direbahkan penumpang di depannya adalah hal yang paling menyebalkan di pesawat. Angka itu berada di peringkat 2, setelah tendangan anak kecil di belakang kursi yang berada di peringkat 1 atau sekitar 48 persen.
Masalahnya, hingga kini, kebanyakan kursi pesawat dapat direbahkan. Memang hanya bisa sedikit, tapi bagi penumpang di belakangnya, kursi menghabiskan ruang mereka.
Oleh sebab itu, Cuyler, yang sekaligus blogger menyarankan sesuatu.
"Sebagai basa-basi dan kesopanan umum, tunggulah sampai makan berakhir. Dan selama makan, tegakkanlah sandaran kursi," nasihatnya.
"Namun, jika Anda terlalu lelah dan lebih butuh tidur daripada makan, setidaknya, sapalah penumpang di belakang Anda, dan beri senyum serta kata maaf sebelum menutup topeng mata untuk tidur dan rebahkan kursi," tutupnya.