Liputan6.com, Yangon - Warga Myanmar semakin bangga dengan negerinya. Setelah berhasil menggelar pemilu pertama kalinya setelah 50 tahun berada dalam pemerintahan militer, kini salah satu wartawan mereka menggondol penghargaan bergengsi Pulitzer untuk pertama kalinya.
Yang paling membanggakan, peraih hadiah itu adalah seorang wanita.
Baca Juga
Wartawan Esther Htusan yang bekerja untuk Associated Press (AP) adalah wanita Myanmar pertama yang mendapatkan hadiah yang paling diincar oleh awak media seluruh dunia.
Advertisement
Htusan menerima penghargaan Pulitzer bersama tiga kolega wartawan AP lainnya-- Margie Mason, Robin McDowell, dan Martha Mendoza. Kerja keras mereka mengungkapkan adanya praktik perbudakan di industri makanan laut pantas diberi hadiah itu.
Baca Juga
Berita investigasi itu menjadi tamparan bagi industri makanan laut. Sehingga membuat mereka mereformasi sumber daya manusia dan membebaskan lebih dari 2.000 budak.
Investigasi AP itu membuat pihak pejabat AS memeriksa jaringan penjualan makanan laut dari mulai perusahaan penyedia makanan hingga supermarket.
Akibatnya, banyak orang ditangkap dan kerugian jutaan dolar bagi para industri makanan laut, seperti dilansir Asian Correspondent, Rabu, 20 April 2016.
Selain itu, investigasi tersebut menggiring Kongres AS membuat peraturan industri makanan laut yang lebih transparan.
Menurut pernyataan AP, para jurnalis itu telah melakukan pekerjaan penuh risiko selama investigasi. Dari mulai dikejar perusahaan makanan laut dengan speedboat, hingga bersembunyi di belakang truk menghindari tembakan mafia lokal.
Tim wartawan investigasi itu juga menyisir dan mengikuti truk yang mengangkut tangkapan ikan dari gudang pendingin lalu ke pabrik pemrosesan hingga kargo yang membawanya ke AS.
Rekan-rekan wartawan Htusan turut bangga kepadanya. Akibat kontribusinya kepada investigasi AP, Htusan berhasil membebaskan budak nelayan Myanmar yang puluhan tahun hidup dalam tahanan perusahaan itu.
"Laporan mereka membawa kebebasan para budak nelayan dan membuat dunia terkejut. Usaha mereka pantas diganjar penghargaan Pulitzer. Laporan mereka tak sekadar memberikan informasi, tetapi juga kebebasan," kata Aye Aye Win, rekan wartawan dari Myanmar.