Liputan6.com, New York - Sulit rasanya membayangkan perasaan Michael (4) dan Edmond (2) yang berada di dalam sekoci penyelamat dikelilingi oleh orang-orang tidak dikenal. Mereka tak sama sekali menyadari bahwa itu adalah momentum terakhir melihat sang ayah.
Baca Juga
Hanya Michel Marcel Navratil, Jr. (12 Juni 1908 – 30 Januari 2001) dan saudara lelakinya, Edmond (1910–1953), anak yang diselamatkan dari Titanic. Sementara keberadaan orangtua mereka tak diketahui.
Michel, Edmond, dan ayah mereka, Navratil menumpang Titanic di kota Southampton, Inggris pada 10 April 1912 sebagai penumpang kelas dua. Saat itu Navratil menggunakan nama samaran 'Louis M. Hoffman' dan anak-anaknya didaftarkan sebagai 'Lolo dan Momon'.
Advertisement
Selama dalam kapal, ia mengaku sebagai duda. Ia hanya sejenak lepas mengawasi anak-anaknya dan menitipkan kepada Bertha Lehmann, wanita pengasuh berbahasa Prancis, untuk bermain kartu.
Dikutip dari The Vintage News, Jumat (22/4/2016), setelah tabrakan dengan gunung es pukul 23.40 pada 14 April 1912, Navratil menempatkan Michel dan Edmond dalam Collapsible D, sekoci penyelamat terakhir yang meluncur dengan selamat dari kapal yang tenggelam.
Michael, yang pada saat kejadian belum genap berusia 4 tahun, kemudian mengaku ingat apa yang dikatakan ayahnya kepadanya.
"Anakku, ketika ibumu menjemput, aku yakin begitu, katakan kepadanya bahwa aku sangat mencintainya dan selalu mencintanya. Bilang padanya bahwa aku mengharapkan ia ikut dengan kita, supaya kita bisa berbahagia bersama dalam damai dan kebebasan di Dunia Baru (Amerika Serikat)."
Sang ayah meninggal karena tenggelam, jasadnya ditemukan oleh kapal penolong Mackay-Bennett. Di dalam sakunya ada pistol revolver. Karena nama samarannya seperti nama Yahudi, ia dimakamkan di Baron de Hirsch Cemetery di kota Halifax, Nova Scotia, Kanada.
Mendarat di Amerika Serikat
Selagi berada di dalam Collapsible D, Michel disuapi biskuit oleh Hugh Woolner, seorang penumpang kelas satu.
Saat kapal penyelamat Carpathia tiba di tempat kejadian, ia dan Edmon diangkat ke dek menggunakan karung. Sebagai balita yang tidak berbahasa Inggris, mereka tidak bisa memperkenalkan diri dan kemudian mendapat sebutan 'Titanic Orphans' atau Yatim Piatu Titanic.
Margaret Hays, seorang penumpang kelas satu yang berbahasa Prancis, merawat mereka di rumahnya hingga ibu kandung anak-anak itu terlacak. Hal itu dimungkinkan setelah artikel koran terbit menyertai gambar anak-anak malang tersebut.
Setelah mendapat kabar, sang ibu berlayar ke New York dan mereka dipersatukan kembali pada 16 Mei 1912. Ia lalu membawa mereka kembali ke Prancis menggunakan kapal Ocenanic.
Michel kemudian menceritakan, kenangannya di Titanic.
"Suatu kapal yang menakjubkan… Aku ingat melihat panjang haluannya, kapal itu hebat. Adikku sendiri bermain di dek depan dan senang berada di sana. Suatu pagi, ayahku, adikku, dan aku sedang makan telur di ruang makan kelas dua. Lautnya mengagumkan. Perasaanku bahagia sekali."
Ia menambahkan, "Aku tidak ingat rasa takut, aku mengingat rasa bahagia saat masuk dalam sekoci penyelamat. Kami kemudian menjadi anak angkat seorang bankir Amerika, dan tak seorangpun berkeberatan."
"Jomplang sekali perbedaan kekayaan para penumpang kapal itu, dan belakangan aku menyadari bahwa kalau bukan sebagai penumpang kelas dua, mungkin kami sudah mati. Orang yang selamat seringkali culas dan agresif. Mereka yang jujur malah tidak mendapat kesempatan."
Kehidupan Berlanjut
Pada 1987, Michel pergi ke kota Wilmington, negara bagian Delaware, untuk memperingati 75 tahun tenggelamnya kapal Titanic. Kunjungan ke AS itu adalah untuk yang pertama kalinya sejak 1912.
Tahun berikutnya, ia bergabung dengan 10 orang sesama korban selamat dan menghadiri pertemuan Titanic Historical Society di kota Boston, negara bagian Massachussets.
Pada 1996, ia berpesiar bersama penyintas Eleanor Shuman dan Edith Brown ke lokasi bangkai kapal ketika sedang ada upaya mengangkat bagian besar lambung kapal.
Pada 27 Agustus 1996, sebelum pulang ke Prancis, ia pergi ke Halifax, Nova Scotia, guna melihat makam ayahnya untuk pertama kalinya.
Adiknya, Edmond, pernah bekerja sebagai interior decorator, lalu menjadi arsitek dan pemborong bangunan. Edmond kemudian bergabung dengan Angkatan Darat Prancis selama Perang Dunia II dan menjadi tawanan. Ia berhasil melarikan diri, namun kesehatannya memburuk sehingga ia meninggal dalam usia 43 pada tahun 1953.
Michel adalah salah satu korban selamat terakhir Titanic. Ia meninggal pada 2001 dalam usia 92 tahun.