April Menjadi Bulan Terpanas, Ilmuwan Deklarasikan Darurat Iklim

Berdasarkan laporan NASA, April tahun ini tercatat menjadi yang tertinggi dan membuat 2016 menjadi tahun terpanas.

oleh Citra Dewi diperbarui 16 Mei 2016, 20:44 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2016, 20:44 WIB
Kerbau merumput di Danau Chandola yang kering di Ahmedabad, India
Kerbau merumput di Danau Chandola yang kering di Ahmedabad, India (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Suhu April tahun ini tercatat menjadi yang tertinggi dan membuat 2016 menjadi tahun terpanas yang pernah dicatat oleh sejarah.

Data terbaru yang dirilis NASA, menyebutkan bahwa suhu pada bulan April 2016 lebih hangat 1,11 derajat daripada suhu rata-rata bulan tersebut pada 1951 hingga 1980.

Selama tujuh bulan berturut-turut, temperatur di Bumi telah meningkat setidaknya 1 derajat Celsius dibanding dengan rata-rata suhu yang dijadikan patokan, yakni tahun 1951 hingga 1980.

Data tersebut makin lama kian memburuk dan membuat para ilmuwan mendeklarasikan 'darurat iklim'.

Mereka juga telah menaruh keraguan atas kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius.

Konferensi Tingkat Tinggi PBB yang diadakan di Paris pada Desember 2015 telah mengonfirmasi bahwa kenaikan suhu hingga 2 derajat Celsius adalah batas berbahaya dari pemanasan global dan tak boleh dilewati.

Terkait dengan hal itu, para pemimpin juga melakukan pertemuan 10 hari yang diadakan di Bonn, Jerman, pada Senin untuk menindaklanjuti kesepakatan dan menyusun rancangan kerja untuk membuat target tersebut tercapai.

Dikutip dari CNN, Senin (16/5/2016), para ilmuwan dan pemimpin telah sepakat bahwa emisi gas rumah kaca di seluruh dunia akan segera mencapai puncaknya dan diikuti dengan penurunan cepat selama beberapa tahun ke depan.

"Pada babak kedua abad ini emisi global harus serendah mungkin, sehingga dapat diserap dengan mudah oleh sistem alami Bumi seperti hutan dan tanah," jelas Kerangka Konvensi Perubahan Iklim PBB dalam sebuah pernyataan.

Kenaikan suhu secara drastis dalam beberapa waktu belakangan ini salah satu penyebabnya diakibatkan adanya fenomena El Nino. Ini ditandai dengan pemanasan air laut di Samudera Pasifik tropis yang mendatangkan cuaca ekstrem, termasuk kekeringan dan hujan lebat di sejumlah negara .

Terdapat harapan bahwa La Nina mungkin dapat terjadi -- biasanya dapat mendinginkan perairan Pasifik.

Lalu apa yang terjadi jika suhu Bumi mengalami kenaikan sebesar 2 derajat Celsius?

Berdasarkan laporan reporter CNN, John Sutter, yang mengambil laporan dari National Research Council, Intergovernmental Panel on Climate Change, dan World Bank, mengatakan jika kenaikan suhu rata-rata melebihi 2 derajat Celsius maka kebakaran di Amerika Serikat akan bertambah besar dan badai semakin intens.

Selain itu, lebih banyak spesies yang berisiko punah, es Arktik terus mencair, hasil panen dan ketersediaan air tawar akan menurun secara signifikan. 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya