Militer Libya Rebut Pelabuhan Sirte dari Tangan ISIS

Sirte adalah markas ISIS yang paling signifikan, di luar Irak dan Suriah. Kota itu adalah kampung halaman Moammar Khadafi.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 11 Jun 2016, 12:01 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2016, 12:01 WIB
Pertempuran sengit berlangsung antara pasukan Libya dengan ISIS
Pertempuran sengit berlangsung antara pasukan Libya dengan ISIS di Sirte (AFP)

Liputan6.com, Tripoli - Angkatan bersenjata Libya merebut kembali pelabuhan di Kota Sirte dari tangan ISIS dalam sebuah pertempuran sengit. Sirte adalah markas ISIS yang paling signifikan, di luar Irak dan Suriah.

Pada awal pekan ini, jet-jet tempur mulai dikerahkan untuk membom titik-titik yang dikuasai ISIS di Sirte, sementara angkatan laut menembakkan rudal-rudal ke arah pelabuhan.

Militer Libya, yang berkaitan dengan pemerintahan kesatuan di Tripoli yang didukung PBB, memulai pertempuran untuk merebut kembali Sirte sejak bulan lalu.

Juru bicara kemiliteran, Jenderal Muhammad al-Ghusri mengatakan, para pemimpin senior ISIS telah melarikan diri ke wilayah gurun di utara.

"Namun, ada banyak militan yang masih terkepung di wilayah kota," demikian dikutip dari BBC, Sabtu (11/6/2016).

Pasukan pemerintah menargetkan merebut ISIS dalam waktu dekat. "Saya berpendapat, kita akan segera bisa mengumumkan pembebasan Sirte dalam dua atau tiga hari mendatang."

Bentrok berdarah antara militer Libya dan militan organisasi teror itu berpusat di kompleks pusat konferensi  Ougadougou -- yang pada masa lalu menjadi tempat berlangsungnya sejumlah konferensi internasional, namun kemudian jadi markas komando ISIS.

Angkatan udara yang loyal pada pemerintah menargetkan gedung konferensi, dengan memberondongnya menggunakan artileri berat.

Di sisi lain, para militan ISIS membalasnya dengan tembakan sniper, berondongan peluru, dan lemparan rudal.

Pihak pemerintah mengatakan, dua tentara tewas dan 8 lainnya terluka akibat serangan. Sementara, korban dari pihak ISIS belum diketahui.

Sirte adalah kampung halaman Moammar Khadafi, diktator Libya yang digulingkan rakyatnya sendiri selama pergolakan yang disebut sebagai 'Arab Spring'.

Kekacauan politik yang tak kunjung usai dimanfaatkan ISIS dengan merebut sejumlah wilayah di Libya pada 2014. Mereka kemudian mengendalikan Sirte secara penuh tahun lalu.

Sementara itu, pemerintahan kesatuan dibentuk di Tripoli sekitar dua bulan lalu. Amerika Serikat mengatakan, pemerintahan Libya yang baru seharusnya dipersenjatai untuk melawan ISIS.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya