4 Jurus Donald Trump agar Terdengar 'Meyakinkan'

Ada sesuatu yang berbeda dari gaya bicara dan menulis Trump, membuatnya lebih meakinkan politikus senior lainnya.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 18 Jun 2016, 04:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2016, 04:00 WIB
20160316-Donald-Trump-California-Reuters
Calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump saat berkampanye di Mar-A-Lago Resort di Palm Beach, Florida (REUTERS/Joe Skipper)

Liputan6.com, Washington D.C. - Donald Trump, kandidat capres Amerika Serikat dari partai Republik, merupakan sosok kontroversial yang sering mendapatkan banyak kritikan pedas dari berbagai kalangan. 

Setiap kali berkampanye, selalu ada kata-kata yang mengejutkan dan mencengangkan terucap dari bibir maupun postingan di media sosialnya.

Namun, pilihan kata-kata yang digunakan oleh Trump pada pemilu AS, sering menjadi bahan tertawaan oleh berbagai kalangan -- baru-baru ini seorang gadis 13 tahun bahkan menggunakan nama kandidat presiden itu sebagai bahan lelucon, dalam sebuah ajang pencarian bakat di AS.

Susunan kata-kata yang digunakan Trump di akun medsosnya selalu sama; dua pernyataan singkat, kata atau frase mengesankan, dan tanda seru -- seperti 'pada 12 Juni, setelah penembakan Orlando: 'kita harus cerdas!"

Banyak kalangan yang bertanya-tanya, bagaimana bisa pria tersebut menjadi calon presiden dari partai Abraham Lincoln itu?

Dia mungkin mempunyai 'kartu truf' untuk bisa memenangkan hati pendukungnya. Terlebih lagi, dengan gaya berbicara Trump yang nyeleneh, capres tersebut masih bisa terlihat seperti politisi berpengalaman di depan para pendukung bahkan anggota partai Republik.

Diduga, ada sesuatu yang 'berbeda' dari gaya bicara dan menulis Trump, yang membuat saingannya dalam memperebutkan kursi kandidat utama partai Republik, tersingkir.

Seperti dikutip dari Economist.com, Jumat (17/6/2016), Trump menggunakan kata-kata yang sederhana ketika berbicara. Wartawan biasanya akan 'menyerang' para politikus dengan bahasa sederhana, bahkan tak jarang mereka menggunakan kata-kata 'jebakan' untuk mendapatkan yang diinginkan.

Ternyata penyederhanaan bahasa tersebut merupakan salah satu taktik yang digunakan capres itu, untuk menarik perhatian pendukung dan media.  

Berikut beberapa taktik yang digunakan Trump dalam berkampanye merebut posisi presiden AS:

1. Menggunakan kata sederhana

Ada sebuah kritik yang menyatakan, Trump menggunakan bahasa sederhana seperti yang digunakan anak 10 tahun.

Kesederhanaan bukanlah kebodohan. Seorang kritikus dan juga penulis , George Orwell, menuliskan pada jurnalnya yang bertajuk 'Politics and the English Language'. Kata dia, jangan menggunakan kata yang panjang, ketika yang pendek bisa mewakili.

Sebuah penelitian psikologi bahkan menunjukkan, sesuatu yang mudah dicerna (oleh otak), terlihat lebih bisa dipercaya.

Seperti kalimat yang di sebutkan Trump, 'aku akan membangun dinding besar yang indah dan Meksiko akan membayarnya'. Itu mungkin terdengar gila. Tapi, kalimat tersebut mudah dimengerti dan otak manusia lebih menyukai hal yang gampang.

Pengulangan hingga Spontan

2. Pengulangan

Taktik berbicara satu ini, sering membuat Trump terlihat seperti anak kecil, mengulangi kalimat yang sama berkali-kali.

Dia memang sering menggunakan kata-kata yang sama berulang-ulang. Memang terkesan kenak-kanakan, tapi ada 'kedok' yang lebih mengelabui di balik pengulangan tersebut.

Pengulangan kata atau kalimat merupakan gaya penggunaan bahasa yang terkesan 'hormat'.

Contohnya, Mark Antony dengan sinis mengulangi penggunaan kata 'pria terhormat' pada Brutus, setelah dia membunuh Caesar.

Pengulangan kalimat yang paling digemari pada Abad ke-20 ini adalah, ketika Donald Trump mengatakan 'aku punya mimpi' -- I have a dream.

Mungkin Trump bukanlah Martin Luther King, tapi capres tersebut tahu bagaimana caranya membuat orang terkesan dan mengingatnya.

3. Dia tidak Berpidato, tapi Berbicara

Calon presiden partai Republik Donald Trump (Wikipedia)

Taktik lain yang digunakan Trump untuk 'menggaet' pendukungnya adalah dengan cara sangat sederhana, berbicara.

Trump jarang berpidato -- terakhir kali dia melakukan hal tersebut, Trump membuat dirinya dalam masalah -- tapi dia berbicara.

Capres Republik tersebut sepertinya tidak memiliki 'pengetahuan dasar pidato'. Biasanya, para politikus dapat berpidato dari satu tempat ke tempat yang berbeda dengan kata-kata yang sama.

Tapi, Trump tidak seperti itu. Memang benar dia mengulangi kalimatnya, tapi capres tersebut lebih banyak berbicara spontan.

Hal tersebutlah yang membuat Trump 'dicintai' media, hampir semua kata yang dia lontarkan bisa menjadi berita.

Hal tersebut terjadi pada kasus penipuan kontroversial, di mana Trump mengoceh bahwa putusan hakim terhadapnya dijatuhkan disebabkan karena dia orang Meksiko -- padahal dia adalah anak keturunan Meksiko yang lahir di AS.

4. Spontan

Kespontanan bisa menimbulkan efek yang kuat pada orang yang mendengarkan.

Suatu argumen yang valid bisa menjadi lemah, jika kedengarannya tidak meyakinkan. Sebaliknya, sesuatu yang tidak valid bisa terdengar kuat jika dikeluarkan secara spontan.

"Seorang pembicara yang jujur akan menjaga kata-katanya sederhana, konkrit, dan tepat sasaran," kata Orwell.

Walaupun begitu, Orwell juga mengatakan, kespontanan tersebut juga bisa dijadikan sebagai 'senjata' oleh para demagog atau demagogue -- penghasut rakyat. 

Orwell percaya pada kekuatan bahasa yang bisa 'menyihir' suatu kebohongan dan kata-kata mengerikan menjadi tampak tulus serta sederhana.

Banyak orang di dunia ini yang buta akan kebohongan tersebut, mereka tidak bisa melihatnya. Ada pula kalangan yang menikmati hal tersebut, sehingga mereka 'mengompori' sang pelaku untuk menjadi semakin ganas. 

Jika saja ada seseorang yang cukup handal dalam melakukan kespontanan tersebut dengan mulus dan menggabungkan fakta-fakta yang ada, maka orang tersebut akan menjadi lawan yang sangat 'berbahaya'.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya