Singapura Darurat Zika, AS dan 4 Negara Berlakukan Travel Warning

Kasus penderita virus Zika kini mencapai 82 orang di Negeri Singa itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Sep 2016, 09:56 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 09:56 WIB
Singapura Darurat Zika, AS dan 4 Negara Berlakukan Travel Warning
Singapura Darurat Zika, AS dan 4 Negara Berlakukan Travel Warning (Reuters)

Liputan6.com, Singapura - Singapura mengonfirmasi negaranya darurat virus Zika. Kasus penderita kini mencapai 82 orang.

Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty itu sebelumnya telah menjadi endemi di negara-negara Amerika Selatan dan Karibia setahun lalu. Perempuan hamil paling berisiko jika terkena virus itu. Sebab, virus Zika bisa mengakibatkan perempuan hamil melahirkan bayi dengan kondisi microcephaly, di mana bayi lahir dengan kepala berukuran kecil dan otak tak berkembang.

Dilansir dari Reuters, Kamis (1/9/2016), terkait dengan status darurat virus Zika di Singapura, negara-negara seperti AS, Australia, Taiwan dan Korea Selatan mengeluarkan travel warning bagi warganya yang ingin bepergian ke negeri Singa itu.

Peringatan itu sejalan dengan perkembangan baru yang menyatakan adanya transmisi Zika makin menyebar. Setidaknya lima dari 26 kasus dikonfirmasi terdeteksi berada di luar wilayah Aljuneid--lokasi pertama virus terdeteksi, di tenggara Singapura. Hal itu dijelaskan oleh kementerian kesehatan dan National Environment Agency (NEA).

Singapura juga meminta wanita hamil segera memeriksakan tes Zika yang diberikan secara cuma-cuma jika mereka mendapat gejala atau pasangannya positif Zika.

"Ini juga termasuk mereka yang berada di luar area terdampak," kata pernyataan Menteri Kesehatan Singapura.

Wabah Zika telah menyerang industri pariwisata di salah satu pusat wisata tersibuk di dunia yang kini menghadapi pertumbuhan ekonomi global yang lemah. Dewan Pariwisata Singapura mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan dampak pada sektor ini, menambahkan negaranya masih tetap menjadi "tujuan wisata yang aman".

Lebih dari 55 juta orang melewati Bandara Changi Singapura setiap tahun. Pada semester pertama tahun ini, kedatangan pariwisata mencapai 8 juta, sekitar lebih tinggi 1 juta dari tahun sebelumnya.

Penjualan Obat Nyamuk Meningkat

Singapura melaporkan kasus pertama Zika terjadi pada pekan lalu. Dan angka penularan makin meningkat terus-menerus sejak saat itu. Namun setidaknya 30 pasien dilaporkan telah sembuh total.

Negara tetangga Malaysia dan Indonesia telah meningkatkan langkah pencegahan, termasuk menempatkan alat pemindai di bandara dan perbatasan.

Kendati demikian, usaha itu hanya mengidentifikasikan gejala Zika yang sayangnya sulit terdeteksi oleh alat itu. Sebab, hanya satu dari lima orang memiliki gejala dari virus itu, yang termasuk demam, ruam, ngilu sendi dan mata merah.

Terkait dengan status pemerintah Singapura, warga negeri Singa merespons dengan cepat.

Menurut toko online Lazada Singapura, penjualan obat nyamuk baik semprot maupun oles meningkat hingga 5 kali lipat selama 3 hari. Supermarket Fair Price dan toko obat Watsons mengatakan pembelian produk sejenisnya juga meningkat 2 kali lipat.

Kasus Zika pertama kali terjadi oleh para pekerja asing. Namun, pemerintah Singapura tidak menjelaskan dari negara mana mereka berasal.

Baik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) maupun Kementerian Tenaga Kerja Singapura tidak bisa dikonfirmasi.

Zika pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1947. Hal ini menyebabkan kelompok infeksi manusia dari tahun 1960 ke tahun 1980-an di seluruh Afrika dan Asia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Wabah di Amerika Latin disebabkan oleh strain Zika dari Asia, yang mungkin dibawa ke Brasil setelah Olimpiade lalu.

Banyak ahli percaya, sekali terinfeksi, Zika menghasilkan kekebalan seumur hidup.

"Sayangnya, tidak jelas tingkat kekebalan yang saat ini terjadi di Asia," kata Alessandro Vespignani dari Northeastern University di Boston.

WHO menyatakan Zika sebagai darurat kesehatan global, karena terkait dengan microcephaly. Di Brasil, Zika telah menyebabkan lebih dari 1.800 kasus microcephaly.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya