Pertama dalam Sejarah, Muktamar Muslim RI Digelar di Australia

Melbourne merupakan cerminan di mana keberagaman budaya dan agama dapat saling hidup rukun.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 14 Okt 2016, 20:11 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2016, 20:11 WIB
Tamu undangan di acara Muktamar muslim di Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Tamu undangan di acara Muktamar muslim di Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Melbourne - Keberagaman budaya dan agama sangat tercermin di salah satu kota di Australia yakni Melbourne. Para pemeluk berbagai agama hidup rukun dan saling menghormati.

Agama minoritas seperti Islam dihormati di Negeri Kanguru itu. Hal ini dapat dilihat dari izin yang diberikan untuk menggelar acara muktamar muslim pertama di Australia.

Muktamar pertama itu digelar pada 23-25 September 2016 di Hotel Bell City, Melbourne. Acara yang digagas Indonesia Muslim Community of Victoria (IMCV) itu diikuti lebih dari 350 peserta.

"Ini adalah prakarsa yang luar biasa, sekaligus untuk menunjukkan kepada masyarakat Australia bahwa inilah muslim Indonesia. Inilah wajah Islam Indonesia, yang penuh kedamaian dan cinta kasih, juga persaudaraan dengan sesama tanpa melihat dari mana asalnya," ujar Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema kepada Liputan6.com.

"Dilaksanakan oleh kawan-kawan Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV). Jadi mereka menyelenggarakan muktamar yang pertama, dengan menempatkan semua organisasi-organisasi muslim dari seluruh Australia," imbuh Nadjib.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Nadjib Riphat Kesoema (kiri) dan Presiden IMCV, Neil Siregar (kanan). (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Menurut Presiden IMCV, Neil Siregar, acara ini diadakan untuk menentukan arah kegiatan keislaman apa saja yang akan diadakan muslim Indonesia di Australia. Termasuk untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang ada di Negeri Kanguru.

"Kita harapkan bisa duduk sama-sama membicarakan permasalahan di masing-masing state dan mencari solusinya untuk mengambil tindakan," ucap Neil.

"Masalah yang kerap dihadapi adalah pembangunan centre, pendidikan tahsin atau Al quran anak-anak untuk generasi sesudah kita. Itu menjadi masalah yang umum bagi tiap state di Australia. Kalau tidak kita tangani hati-hati, anak kita itu bisa kehilangan akar budaya dan identitas Islam," papar Neil.

Neil menuturkan, sejauh ini tak ada masalah dalam kebebasan beragama di Australia.

Suksesnya acara muktamar muslim Australia pertama ini menuai respons positif dari Dubes Nadjib.

"Ini tidak boleh hanya satu kali, harus dilanjutkan dengan muktamar-muktamar yang lain. Harus ada implementasi yang jelas, apa hasil yang dicapai dari sini. Kesepakatan-kesapakatan apa yang dicapai, yang harus diterapkan ke depannya," tutur Dubes Najib.

Misalnya, beber Dubes Nadjib, mengadakan kegiatan-kegiatan yang memiliki makna. Kegiatan yang bersifat sosial, budaya. "Tapi akar budaya Indonesia itu jangan pernah kita lupakan. Harus tetap ada untuk menunjukkan bahwa identitas muktamar ini adalah muslim".

"Kalau memungkinkan setahun sekali, by annual atau per periode, yang penting rutin," tambah Dubes Nadjib.

Harapan Ke Depan

Muktamar muslim ini diharapkan bisa menjembatani umat Islam di Australia. Lalu menjadi wadah untuk bersatu lebih kuat di negeri orang.

"Untuk ke dalam, terhadap muslim Indonesia di Australia, agar mereka memiliki kesatuan pandangan, langkah yang baik, bagaimana muslim Indonesia itu bergerak dan bertindak di Australia," jelas Dubes Nadjib.

Mantan dubes RI di Belgia, merangkap Luxemburg dan Uni Eropa itu juga berharap acara ini menjadi gambaran Islam.

"Ke luarnya, untuk menunjukkan inilah muslim Indonesia. Muslim Indonesia itu penuh perdamaian, cinta kasih. Selalu mengajak orang bekerja ama tanpa membeda-bedakan suku, ras dan agama," tutup Dubes Nadjib.

Liputan ini hasil kerja sama Liputan6.com dengan ABC International:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya