Benarkah 6 Misteri Besar Dunia Ini Telah Terpecahkan?

Berikut enam misteri besar di dunia yang diklaim oleh sejumlah peneliti telah terpecahkan, termasuk teka-teki hilangnya Amelia Earhart.

oleh Citra Dewi diperbarui 04 Nov 2016, 20:27 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2016, 20:27 WIB
Keluarga Romanovs
Keluarga Romanovs (Wikipedia)

Liputan6.com, New York City - Banyak hal di dunia yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Mulai dari asal usul sejumlah fosil, hilangnya tokoh terkenal, fenomena alam, hingga kasus pembunuhan.

Salah satu misteri yang paling terkenal adalah hilangnya pilot perempuan, Amelia Earheart, di Samudra Pasifik saat ia melakukan penerbangan keliling dunia pada 1937.

Namun terdapat sejumlah ilmuwan yang mengaku telah menemukan kerangka pelopor penerbangan itu di sebuah pulau di Samudra Pasifik. Tak hanya itu, sejumlah peneliti pun mengaku telah memecahkan sejumlah kasus yang telah lama menjadi misteri.

Dikutip dari Oddee, Jumat (4/11/2016), berikut 6 misteri besar di dunia yang diklaim telah terpecahkan.

1. Teka-Teki Kematian Lucy

Misteri kematian Lucy terkuak setelah 3 juta tahun ( John  W. Kappelman)

 Pada tahun 1974 silam, tengkorak dan kerangka Lucy ditemukan. Sejak saat itu, teka-teki pun menyeruak, salah satunya apa gerangan pemicu kematiannya sehingga jasad yang berjenis kelamin perempuan tersebut berakhir di sebuah sungai dangkal di Ethiopia.

Kematian Lucy adalah kasus paling tua di dunia. Butuh waktu 3 juta tahun untuk memecahkan misterinya.

Lucy adalah sebutan untuk sebuah fosil manusia purba, yang memberikan petunjuk tentang kehidupan nenek moyang manusia pada sekitar 3,18 juta tahun lalu.

Gambar kerangkanya -- yang diperkirakan 40 persen lengkap dan diyakini sebagai representasi terbaik spesiesnya, Australopithecus afarensis -- menjadi ikonik.

Baru-baru ini, 42 tahun setelah penemuannya, para ahli dari University of Texas di Austin yakin, fosil Lucy ditemukan tak jauh dari tempatnya tutup usia. Retak serta patah di tulangnya memberikan petunjuk soal kematiannya.

Dari ketinggian 14 meter, Lucy jatuh dari pohon, dalam kondisi sepenuhnya sadar. Dengan kecepatan jatuh sekitar 35 mil per jam, kakinya yang lebih dulu mencapai tanah.

Dampak dari posisi jatuh tersebut, ia mengalami patah dan retak di bagian pergelangan kaki, lutut, pinggang juga bahu. Organ-organ internalnya mungkin terkena "hydraulic ram effect".

Secara naluriah, Lucy akan menjulurkan tangan untuk menahan tubuhnya, mengurangi efek jatuh -- hal itu diduga memicu retak pada tulang tersebut. Mungkin, itu tindakan terakhirnya yang dilakukan dalam kondisi sadar.

Kemudian, makhluk tersebut berputar ke kanan, mendarat di sisi itu -- yang kemudian membuat lehernya patah dan kepalanya miring.

Dalam kondisi payah, Lucy berbaring di atas sungai yang dangkal, di bawah pohon. Jika ada air yang mengalir kala itu, mungkin itu akan memindahkan tubuhnya dengan lembut ke tempat peristirahatan terakhirnya, hingga ia ditemukan 3 juta tahun kemudian. 

 

2. Hilangnya Pilot Perempuan Tangguh

Amelia Earhart dan Fred Noonan menjelang berangkat keliling dunia (Reuters)

Sejumlah klaim menyebut bahwa Amelia Earhart meninggal di Nikumaroro, sebuah pulau tak berpenghuni di Pasifik.

Earhart hilang secara misterius di Samudra Pasifik di dekat pulau Howland dalam usaha melakukan penerbangan keliling dunia tahun 1937.

Pada Oktober 2016 disebutkan bahwa kerangka yang ditemukan di Nikumaroro sesuai dengan proporsi tubuh Earhart.

Sebenarnya, tulang tersebut ditemukan sejak 1940, namun penemuan itu ditolak oleh Pemerintah Inggris ketika dokter pada masa itu menilai kerangka itu berjenis kelamin laki-laki.

The International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR) kemudian menemukan file aslinya pada 1998, termasuk pengukuran kerangka yang dibuat dokter saat itu.

Catatan itu sesuai dengan data statististik rasio humerus perempuan yang lahir di akhir Abad ke-19 (Earhart lahir pada 1897).

3. Misteri Putri Rusia Anastasia

Keluarga Romanovs (Wikipedia)

Pembunuhan Romanov --keluarga terakhir Tsar dan Tsarina dari Rusia--pada 1918 memicu berkembangnya teori konspirasi, termasuk adanya salah satu anak yang selamat dan kabur ke luar negeri.

Sejak saat itu, setidaknya ada 200 orang yang mengaku sebagai Grand Duchess Anastasia atau keturunan Romanov.

Anastasia menjadi bagian dari salah satu misteri besar Abad ke-20. Diawali kejatuhan Kekaisaran Rusia. Pada 1917, kaum revolusioner memaksa Tsar Nicholas II mundur, lalu memenjarakannya beserta keluarga di Istana Czarskoye Selo dan lalu dibawa ke Ekaterinburg di Pegunungan Ural. Perang sipil pun pecah, khawatir pasukan anti-Bolshevik menyelamatkan keluarga sang kaisar, otoritas setempat menjatuhkan hukuman mati.

Seperti Liputan6.com kutip dari History.com, sesaat setelah tengah malam, 17 Juli 1918, kaisar dan keluarganya beserta dokter keluarganya -- Botkin dipaksa berpakaian lengkap, disuruh berbaris, dan difoto di ruang bawah tanah. Alasannya, untuk memadamkan rumor bahwa mereka telah melarikan diri.

Tiba-tiba, hampir selusin orang bersenjata menyerbu masuk ke ruangan dan memberondong keluarga kekaisaran. Asap mengepul dari senapan. Mereka yang masih bernafas ketika asap menghilang, ditikam sampai mati.

Para algojo kemudian membawa jasad-jasad itu ke sebuah tambang, sekitar 14 kilometer dari Ekaterinburg, membakar mereka dalam api unggun berbahan bakar bensin. Tulang-belulang disiram cairan asam agar hancur. Apa yang kemudian tersisa dilemparkan ke dalam lubang tambang, yang ditutupi dengan kotoran.

Pada 1970-an, sebuah kuburan yang berisi kerangka enam orang dewasa dan tiga anak-anak ditemukan oleh arkeolog amatir yang tak mengungkap penemuannya tersebut hingga Uni Soviet runtuh.

Penelitian forensik pada 1991, mengidentifikasi bahwa jasad tersebut merupakan milik keluarga Romanov dan pelayannya, namun Anastasia dan saudara laki-lakinya Alexei tak ditemukan.

Namun pada 2007, analisis DNA dari makam lain yang ditemukan tak jauh dari kuburan pertama menyimpulkan bahwa kerangka Anastasia dan Alexei telah diketahui nasibnya. Hal tersebut menutup pintu spekulasi dan misteri yang berkembang selama hampir 90 tahun.

4. Misteri Batu Berguling

Salah satu batu yang bergeser di Danau Racetrack Playa (sandatlas.org)

Terdapat ratusan batu besar dengan bobot sekitar 300 kg berserakan di Danau Racetrack Playa, Death Valley, yang tampak bergerak dengan sendirinya. Meski telah menjadi misteri selama hampir satu abad, para ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanography meyakini telah menemukan jawabannya.

Pada 2011, mereka memantau batu-batu dengan memasang stasiun cuaca beresolusi tinggi yang mampu mengukur hembusan hingga interval satu detik dan memasang 15 batu dengan GPS.

Dua tahun setelah dilakukan pemasangan, peneliti Richard Norris dan Jim Norris mengunjungi danau yang tertutup dengan ketinggian air 7 cm. Tak lama setelah kedatangan mereka, batu-batu mulai bergerak berdasarkan kombinasi cuaca langka .

Selama malam musim dingin, palay terisi dengan air yang cukup untuk membuat batu melayang namun cukup dangkal untuk mengekspose batu tersebut. Ketika malam dan danau membentuk lapisan tipis es, batu masih dapat bergerak bebas namun cukup tebal untuk mempertahankan kekuatan.

Ketika menghangat, es meleleh dan hancur menjadi lapisan besar yang mengambang, di mana mendorong batu di depan mereka dan meninggalkan jejak di permukaan lumpur di bawahnya.

5. Pria 'Pemicu' Wabah AIDS

 

Gaetan Dugas (Wikipedia)

Gaetan Dugas merupakan awak kabin maskapai Kanada yang dikenal sebagai "Patient Zero" atau inang dari epidemi AIDS pada 1980.

Ia dikabarkan terjangkit virus tersebut ketika melakukan perjalanan internasional dan sengaja menyebarkannya ke komunitas gay di Barat.

Namun kisah itu dibantah. AIDS telah ada jauh lebih lama sebelum endemi itu terjadi. HIV menyebar dari Zaire ke Haiti pada 1967.

Dari sana, virus itu menyebar ke New York City pada 1971 dan San Fransisco pada 1976.

Penelitian menunjukkan bahwa sampel darah Dugas yang diambil pada 1983 mengandung virus yang sebelumnya sudah menginfeksi orang di New York, sebelum ia mengunjungi bar khusus gay, setelah ia bekerja di Air Canada pada 1974.

6. Misteri Raja Inggris Richard III

Raja Richard III (Wikipedia)

Kerangka yang ditemukan di lapangan parkir dewan kota Leicester, Inggris menguak nasib Raja Richard III dari Inggris. Termasuk detik-detik terakhirnya yang brutal, mengerikan, tapi berlangsung dengan cepat di tengah pertempuran.

Raja terakhir Dinasti Plantagenet tewas di tengah pertempuran Bosworth pada 22 Agustus 1485, hanya 2 tahun setelah naik takhta. Merupakan kepastian dari Perang Mawar dan kadang dianggap sebagai akhir dari Abad Pertengahan di Inggris. Konflik berakhir dengan pengangkatan Henry Tudor sebagai raja Inggris yang baru.

Namun, saat-saat terakhir Richard III menjadi bagian dari legenda, karena jasad sang raja menghilang hingga akhirnya belulangnya ditemukan pada September 2012 lalu. Di lapangan parkir.

Pemeriksaan postmortem belakangan mengungkap hampir selusin luka di jasad Richard III, namun hanya ada 2 'kandidat' yang fatal, jadi penyebab kematiannya. Kedua hantaman berakibat sampai bagian belakang kepalanya.

Analisis awal kerangka Richard III menyoroti scoliosis (bentuk tulang belakang yang tak normal) juga luka-luka yang ia alami dalam pertempuran -- termasuk 8 di antaranya di tengkorak.

Sementara, hasil pemeriksaan postmortem yang dijelaskan pada 16 September 2014 di jurnal medis The Lancet, para ilmuwan memeriksa secara seksama 11 cedera pada tulang Richard yang terjadi di sekitar saat kematiannya, termasuk 9 cedera pada tengkorak.

Tiga dari cedera tengkorak adalah 'luka sayatan' ke bagian atas tengkorak kepala. Demikian ungkap peneliti dalam studi, Sarah Hainsworth, dosen material dan teknik forensik University of Leicester. Luka seperti itu mungkin mengakibatkan pendarahan hebat, namun tak akan sampai mematikan kecuali jika tak diobati.

Richard III hampir dipastikan tewas akibat serangan lebih dari 1 orang. Lebih dari satu senjata. Pisau atau belati kemungkinan meninggalkan luka sepanjang 10 milimeter di rahang kanan bawahnya. Cedera yang berbentuk lubang kunci mengarah ke atas kepalanya hampir pasti disebabkan oleh belati rondel, pisau mirip jarum yang digunakan di akhir Abad Pertengahan. Luka yang diakibatkan itu bisa menyebabkan luka luar dan dalam, namun tak berakibat fatal.

Lalu apa yang membunuh Richard III?

Kematian diduga datang melalui tusukan pedang, senjata bill, atau tombak yang kerap digunakan dalam pertempuran. Di dasar tengkorak Richard III, para peneliti menemukan 2 luka -- salah satunya sepanjang 55-60 mm, lainnya 17-32 mm.

Luka ini sejalan dengan yang lain, berjarak sekitar 105 mm dari dinding internal tengkorak, serta sejalan dengan kerusakan pada tulang belakang atas. Dengan kata lain, tusukan diduga memasuki kepala, mengiris melalui otak, dan menekan sisi berlawanan dari tengkorak.

Postmortem juga mengungkapkan dua luka pada tubuh Richard III. Di punggung sampai iga dan bokong kanannya. Bagaimanapun menginterpretasi trauma pada kerangka berusia 500 tahun tidaklah mudah, sebab, jaringan lunak sudah menghilang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya