Liputan6.com, Haifa - Kebakaran hutan besar di Israel mulai dapat diatasi. Api yang membakar hutan di wilayah Haifa dilaporkan telah berhasil dipadamkan.
Haifa merupakan kota terbesar ketiga di Israel. Kebakaran besar tersebut pun bermula dari daerah ini.
Lebih dari 60 ribu warga kota yang sempat dievakuasi telah kembali ke rumahnya. Meski kebanyakan tempat tinggalnya telah hangus, mereka kebanyakan datang untuk menghitung jumlah kerugian.
Advertisement
Penjagaan di Haifa yang dilaksanakan aparat keamanan dan pemadam kebakaran pun ditambah di kota itu.
Otoritas Israel mengatakan terus waspada akan kondisi di Haifa. Walau telah padam, munculnya kembali titik api berpotensi terjadi.
Baca Juga
Penyebabnya ialah kondisi cuaca di Haifa. Di kota itu, tengah terjadi kekeringan serta angin kencang yang bisa menyulut api.
Kepolisian Israel menyebut tidak ada korban jiwa atau luka dalam kebakaran di Haifa. Namun, beberapa warga mendapat perawatan intensif. Demikian dilansir dari CBS, Sabtu (26/11/2016).
Mereka menderita sakit pernapasan. Diduga kuat, para warga yang dirawat ini, mengirup banyak asap karena kebakaran itu.
Insiden di Haifa bermula pada 22 November lalu. Awalnya ada sejumlah semak di kota itu yang dilalap si jago merah.
Karena cuaca kering dan angin kencang, pada Kamis 24 November, api menjalar dan membesar. Hutan-hutan sekitar hangus, rumah-rumah terbakar, dan ratusan ribu warga terpaksa dievakuasi.
Ditanya bagaimana dan berapa lama Haifa akan melawan kebakaran hebat, Wali Kota Yona Yahav menjawab, "Pertanyaan itu harusnya Anda tanyakan kepada Tuhan. Hanya Dia yang sanggup memadamkan api ini." Demikian seperti dikutip New York Times, Jumat (25/11/2016).
Pemerintah Israel mengatakan, kebakaran menjadi liar dan hebat dipicu juga oleh angin kencang ditambah pula dengan udara yang kering. Namun, mereka menemukan ada indikasi disengaja.
Menteri Pendidikan Israel, yang juga pemimpin kelompok garis keras Jewish Home menuduh bahwa ada sekelompok Arab atau Palestina yang terlibat dalam kebakaran hebat itu.
"Hanya mereka yang tidak memiliki negara yang mampu melakukan pembakaran itu," tulis Naftali Bennett di Twitter-nya.