Liputan6.com, Miami - Juanita Castro, saudara perempuan dari pemimpin revolusi Kuba, Fidel Castro menegaskan, ia tidak akan menghadiri pemakaman sang kakak di Kuba pada 4 Desember mendatang.
Seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (28/11/2016), meski merasa sedih atas meninggalnya Castro, Juanita mengatakan ia tidak akan pernah menjejakkan kaki kembali di Kuba seumur hidupnya.
Baca Juga
Perempuan berkacamata itu telah menetap di Miami, Amerika Serikat (AS), sejak 1965. Persisnya setelah ia menuduh Fidel telah mengubah Kuba menjadi sebuah "penjara besar yang dikelilingi oleh air".
Advertisement
Ia mengakui, rasa sakit atas kematian sang kakak telah mencuatkan kembali luka lama.
The Miami Herald melaporkan bahwa Juanita membantah rumor yang menyebutkan dia akan terbang ke Kuba. Sebaliknya, ia mengatakan akan tetap berada di AS.
"Seiring dengan beredarnya rumor buruk bahwa aku akan pergi ke Kuba untuk menghadiri pemakaman, aku ingin mengklarifikasi bahwa aku tak akan kembali ke negara kepulauan itu, juga tidak memiliki rencana untuk melakukannya," tegas Juanita.
"Aku telah berjuang bersama dengan orang-orang buangan, saling membahu, selama masa-masa perjuangan paling aktif dan intens dalam beberapa dekade terakhir, dan aku menghormati perasaan mereka. Aku tidak bersukacita atas kematian setiap manusia, terlebih seseorang yang sedarah. Sebagai saudara Fidel, aku merasakan kehilangan sama halnya ketika aku kehilangan saudara kandungku yang lain, Ramon dan Angelita," imbuhnya.
Juanita mengatakan, ia telah berada di pengasingan selama 51 tahun terakhir. Selama itu pula ia mengaku menderita karena terputusnya kontak dengan keluarganya di Kuba. Sementara di lain sisi, ia ditolak oleh orang-orang buangan di Miami mengingat dirinya seorang Castro.
"Aku berharap kita dapat menemukan jalan, bukan yang menuju konfrontasi dan kebencian, melainkan ke arah yang mempersatukan seluruh warga Kuba," jelasnya.
Juanita merupakah salah satu dari empat saudara perempuan Castro yang pada awalnya mendukung gerakan revolusi di akhir 1950-an demi menggulingkan pemerintahan diktator Fulgencio Batista. Namun belakangan, ia mengkritik gaya kepemimpinan sang kakak. Inilah yang menjadi pemicu keretakan hubungan dua saudara ini.