Liputan6.com, London - Tindakan mendesak dibutuhkan untuk mencegah kepunahan cheetah. Hal tersebut diperingatkan oleh para ilmuwan soal nasib hewan darat tercepat di dunia itu.
Mereka memperkirakan, hanya terdapat 7.100 cheetah di alam liar, di mana mereka menempati sembilan persen wilayah yang sebelumnya pernah mereka tinggali.
Baca Juga
Dalam penyelidikan terbaru yang diketuai oleh Zoological Society of London (ZSL) and Wildlife Conservation Society (WCS), populasi cheetah di Asia merupakan yang paling rendah, yakni sebanyak 50 ekor di Iran.
Advertisement
Di Zimbabwe, populasi cheetah anjlok sebanyak 85 persen hanya dalam waktu kurang dari dua dekade.
Penurunan dramatis cheetah telah mendorong seruan pengubahan status hewan karnivora itu, yakni dari "rentan" menjadi "terancam punah" pada International Union for the Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species.
"Studi ini merupakan analisis paling komprehensif status cheetah terkini," ujar pemimpin proyek Rangewide Conservation Programme for Cheetah and African Wild Dog, Dr Sarah Durant.
"Temuan kami menunjukkan bahwa ruang besar yang dibutuhkan cheetah, ditambah dengan berbagai ancaman kompleks oleh spesies di alam liar, menunjukkan ada kemungkinan kepunahan yang lebih rentan dari yang diperkirakan sebelumnya," ujar Durant.
Dikutip dari Independent, Selasa (27/12/2016), cheetah merupakan karnivora yang memiliki jangkauan terluas di dunia dan membutuhkan banyak ruang. Sebanyak 77 persen habitat yang tersisa, berada di luar kawasan lindung dan membuat cheetah sangat rentan terhadap dampak manusia.
Meski telah terdapat wilayah yang dikelola dengan baik, cheetah masih menderita sebagai akibat dari perburuan, hilangnya habitat, perdagangan ilegal bagian tubuh cheetah, dan perdangan hewan eksotis. Hal itu disampaikan oleh peneliti dalam prosiding National Academy of Sciences.
Para ahli ingin melihat pendekatan baru untuk memfokuskan konservasi cheetah dalam lanskap yang melampaui batas-batas nasional dan menggabungkan strategi regional terkoordinasi.
Hal tersebut akan melibatkan dorongan yang ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat setempat untuk melindungi cheetah dan mempromosikan kehidupan berkelanjutan antara manusia dan satwa liar.
"Kami baru saja menekan tombol reset mengenai pemahaman kami tentang bagaimana dekat cheetah dengan kepunahan," ujar Dr Kim Young-Overton dari organisasi konservasi kucing liar, Panthera.
"Apa yang didapat dari studi puncak ini adalah, mengamankan kawasan lindung saja tidak cukup. Kita harus berpikir lebih besar, melestarikan seluruh kepingan lanskap yang dihuni cheetah, baik dilindungi atau tidak, jika kita menghindari kerugian pasti dari hilangnya cheetah selamanya," ujar dia dalam menanggapi keadaan cheetah saat ini.Â