Liputan6.com, Washington - Bos Exxon Mobil Rexx Tillerson dinominasikan oleh Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump jadi Menteri Luar Negeri. Jabatan tersebut merupakan salah satu yang paling penting di Negeri Paman Sam.
Penunjukkan [Tillerson]( 2682111 "") terus mendapat kritikan. Termasuk dari internal partai penguasa pemerintahan saat ini, Republik.
Tidak sembarangan, kritikan tersebut keluar dari mulut mantan Calon Presiden AS 2008 lalu yang juga orang kuat di Partai Republik, John McCain.
Advertisement
Ia mengatakan, Tillerson sebelum benar-benar ditunjuk harus membeberkan seberapa dekat dirinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menurut dia adalah seorang 'penjahat dan pembunuh'.
"Saya dan beberapa teman saya punya kekhawatiran terkait Tillerson dan beberapa aktivitas masa lalunya, terutama soal hubungannya dengan Putin," sebut McCain, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/12/2016).
"Saya memang khawatir tapi tentunya kita patut memberi Tillerson kesempatan kenapa dia pantas jadi Menteri Luar Negeri," sambung McCain.
Baca Juga
Tillerson sudah sejak lama dikenal dekat dengan Rusia. Selama menjadi bos Exxon ia beberapa kali menjalin kontak dengan Presiden Vladimir Putin selama menegosiasikan kesepakatan energi dengan negara itu.
Ia juga pernah dianugerahi medali persahabatan dan pernah tertangkap kamera tengah menikmati sampanye dengan Putin setelah menandatangani sebuah kesepakatan.
Sosoknya diketahui dianugerahi gelar Order of Friendship dari Presiden Putin setelah membuat kesepakatan dengan perusahaan minyak milik Rusia, Rosneft.
Saat AS menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena menganeksasi Crimea Tillerson jadi orang yang vokal menentang keputusan tersebut.
Pada awal Desember lalu, Trump menominasikan Tillerson jadi Menlu AS. Trump memuji pria tersebut sebagai "pemimpin dan pengambil keputusan ulung dalam dunia bisnis".
"Karier Rex Tillerson adalah wujud dari American dream--mimpi Amerika," kata Trump seperti dikutip dari BBC, Selasa (13/12/2016).
"Kegigihan, pengalaman yang luas dan pemahaman geopolitik yang mendalam menjadikan ia pilihan terbaik untuk menduduki pos Menteri Luar Negeri," imbuhnya.