Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengutuk keras Korea Utara (Korut) yang mengatakan akan segera melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Washington pun memberikan peringatan akan melawan "tindakan provokatif" Pyongyang.
Negeri Paman Sam secara lantang menyerukan "semua negara" menunjukkan kepada Korut bahwa setiap tindakan yang melanggar hukum memiliki konsekuensi.
Baca Juga
Pentangon mengutip sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB yang secara eksplisit melarang Korut melakukan peluncuran menggunakan teknologi rudal balistik. Pyongyang juga didesak untuk "menahan diri dari tindakan provokatif dan retorika inflamasi yang mengancam perdamaian dan stabilitas internasional."
Advertisement
Dalam pernyataannya, AS juga menegaskan kembali "komitmen kuatnya" untuk membela sekutu-sekutunya di kawasan.
Pernyataan Pentangon tersebut mencuat beberapa jam setelah Kim Jong-un mengatakan, negaranya akan segera melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang mampu menjangkau pantai-pantai AS.
"Kami dalam tahap akhir peluncuran rudal balistik antarbenua," kata Kim Jong-un dalam pidato tahun barunya yang di televisi seperti dilansir oleh The Guardian, Senin (2/1/2017).
Lebih lanjut, putra dari Kim Jong-il itu mengatakan, Pyongyang saat ini menjadi "kekuatan militer di Timur yang tak tersentuh bahkan oleh musuh terkuat sekali pun."
Selama ini Pyongyang belum pernah berhasil melakukan uji coba rudal balistik antarbenuanya. Menurut New York Times, setidaknya Korut telah melakukan lebih dari 20 kali uji coba rudal balistik pada tahun 2016 dan lima uji coba nuklir sepanjang satu dekade terakhir.
Meski pun Pyongyang menunjukkan kemajuan dalam pengembangan hulu ledak, namun, menurut Bruce Bennett, analis pertahanan lembaga think tank Rand Corporation, teknologi rudal dan roket yang dimiliki Korut belum mampu mengirimkan nuklir.
Pernyataan Kim Jong-un tersebut merupakan ancaman terbaru Korut yang ditujukan ke AS. Dan diumumkan sesaat sebelum pelantikan presiden terpilih AS, Donald Trump pada 20 Januari.
Uji coba semacam ini yang mungkin akan dilakukan di bawah pemerintahan baru AS dapat menjadi "ujian serius" bagi Trump.
Presiden AS ke-45 itu belum secara terbuka menunjukkan bagaimana ia akan menanggapi ancaman Korut sementara di lain sisi ia pernah menyarakan agar AS mengurangi bantuan pertahanan ke Korsel yang notabene merupakan salah satu sekutu Negeri Paman Sam di Asia.