Situasi Memanas, WNI Segera Dievakuasi dari Korut dan Korsel?

Sejumlah negara mempertimbangkan untuk mengevakuasi warganya dari Korsel dan Korut. Bagaimana dengan Indonesia?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Apr 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2017, 07:21 WIB
Kapal induk USS Carl Vinson dikawal sejumlah kapal perang
Kapal induk USS Carl Vinson dikawal sejumlah kapal perang (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Semenanjung Korea sedang memanas. Amerika Serikat telah mengerahkan armada tempurnya untuk meredam aksi provokasi Korea Utara yang kerap melakukan uji coba rudal bahkan senjata nuklir. Di sisi lain, Pyongyang bertekad "habis-habisan" membalas. 

Mengkhawatirkan keselamatan warga negaranya, sejumlah negara mempertimbangkan untuk melakukan evakuasi. Bagaimana dengan Indonesia?

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mengatakan, sejauh ini belum ada rencana untuk mengevakuasi WNI dari Korea Selatan dan Korea Utara.

Berdasarkan data tahun 2016 yang dimiliki Kemlu RI, jumlah WNI di Korea Utara berkisar 30-40 orang. Sementara itu, WNI di Korea Selatan berkisar 38 ribu orang.

"Apakah akan evakuasi? Dari Korut? Belum ada rencana," ujar Arrmanatha Nasir, juru bicara Kemlu RI, Kamis (27/4/2017).

Namun, Indonesia tetap memantau secara intensif kondisi WNI serta situasi politik di kedua negara. "Masih kita pantau situasi di sana," kata Arrmanatha.

Tak hanya memantau, Kemlu juga mendorong berbagai pihak untuk melakukan de-eskalasi tensi dengan langkah perundingan terkait situasi di Semenanjung Korea.

"Kami dorong semua pihak mengurangi ketegangan dengan menempuh jalur diplomasi untuk selesaikan masalah di sana. Kita tidak ingin semakin memperuncing dan membahayakan situasi," tutur alumnus University of Leicester itu.

Seorang pria melewati layar televisi yang menyiarkan berita peluncuran rudal oleh Korea Utara (Korut), di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korea Selatan, Selasa (5/4). Rudal itu ditembakkan dari wilayah timur Korut ke arah Laut Jepang. (JUNG Yeon-Je/AFP)

Pada April 2017, tensi politik dan militer terkait situasi di Korea Utara perlahan mengalami eskalasi.

Eskalasi tersebut disebabkan negara pimpinan Kim Jong-un itu diprediksi akan kembali melakukan tes misil nuklir untuk keenam kalinya.

Sementara itu, Amerika Serikat mengirim sejumlah armada kapal perangnya dekat dengan Semenanjung Korea sebagai bentuk respons atas kemungkinan uji coba nuklir Pyongyang.

Khawatir mengenai praduga meletusnya perang di Semenanjung Korea, sejumlah negara dilaporkan tengah mempersiapkan melakukan rencana evakuasi warga negaranya dari Korea Utara dan Korea Selatan.

Kantor berita Express.co.uk melaporkan, AS tengah mempersiapkan program evakuasi warga negara AS di Korea Selatan jika konflik terbuka pecah di Semenanjung Korea.

Program itu kabarnya akan berlangsung pada Juni 2017. Rencana evakuasi itu dilakukan dengan menyiapkan "pintu keluar" aman bagi 230 ribu warga AS jika perang pecah, demikian seperti dikutip dari Express.co.uk pada Rabu, 26 April 2017.

Selain itu, beredar kabar bahwa Jepang juga sedang mempersiapkan rencana penyelamatan dan evakuasi warga jika negaranya dihujam misil jarak jauh Korea Utara, seperti yang diwartakan Time, 25 April 2017.

Program itu dirancang oleh pemerintah Nippon dan muncul ke permukaan publik melalui sebuah situs elektronik yang dikelola oleh Cabinet Secretariat (Sekretariat Kabinet Jepang). Situs itu mengalami lonjakan pengunjung dari masyarakat Negeri Sakura hingga 2,6 juta sepanjang April 2017.

"Sebuah misil nuklir yang diluncurkan baru dapat terdeteksi beberapa menit setelah peluncuran. Alarm peringatan baru bisa memberikan imbauan darurat sekitar 4-5 menit sebelum menyentuh target," kata Walikota Osaka Hirofumi Yoshimura seperti yang dikutip oleh Time, Selasa, 25 April 2017.

Kekhawatiran Negeri Matahari Terbit menjadi target rudal nuklir Pyongyang dinilai masuk akal. Jepang diketahui menampung sejumlah aset militer milik Amerika Serikat, yang saat ini menjadi seteru Kim Jong-un. Sekitar 54 ribu pasukan dan sejumlah alutsista Negeri Paman Sam berada di Negeri Sakura.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya