Panama Putuskan Hubungan Diplomatik, Ini Respons Presiden Taiwan

Melalui sebuah rilis resmi, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengutarakan respons soal putusnya hubungan diplomatik dengan Panama.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Jun 2017, 10:31 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2017, 10:31 WIB
Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016
Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016 (AP Photo/Chiang Ying-ying)

Liputan6.com, Taipei - Panama memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan. Negara di tenggara Amerika Tengah itu memilih mendekat ke China. 

Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen merespons sikap Panama tersebut. Ia memutus relasi diplomatik dengan negara yang dipimpin oleh Presiden Juan Carlos Varela itu.

Pernyataan itu disampaikan melalui sebuah rilis resmi yang dilansir Office of the President Republic of China dan Kementerian Luar Negeri Taiwan pada 13 Juni 2017.

Dalam pernyataan tersebut ditegaskan, Taipei balas memutus hubungan diplomatik dengan Panama, demi mempertahankan kedaulatan dan martabat Taiwan.

Presiden Tsai Ing-wen mengaku menyesalkan pilihan Panama yang lebih memprioritaskan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan China ketimbang dengan Taiwan.

Hal itu dinilai sang presiden sebagai akar penyebab putusnya hubungan Taiwan dengan Panama.

Hingga kini, China dan Taiwan selalu berada dalam situasi yang kurang harmonis pasca-Perang Saudara Tiongkok 1927 - 1936. Sejak itu, China selalu menganggap Taiwan merupakan salah satu bagian provinsinya. Sementara Taiwan menolak klaim itu, dan menyatakan diri sebagai negara yang berdaulat.

"Meski segala usaha telah dilakukan untuk mempertahankan relasi, namun putusnya hubungan diplomatik tersebut, meski disesali, tidak dapat dihindari," jelas Presiden Tsai Ing-wen.

"Kami akan terus menjamin hak-hak bisnis dan komunitas Taiwan di Panama. Diplomat kami juga akan terus memantau kepentingan Taiwan di Panama dengan cara-cara yang bermartabat," tambah sang presiden Taiwan.

Selain itu, Taiwan menegaskan bahwa kedaulatan mereka tidak akan ditukarkan untuk kepentingan apapun, baik dengan Panama maupun dengan China.

"Kami negara berdaulat. Dan kedaulatan kami tidak akan dipertukarkan untuk apapun," tegas Presiden Tsai Ing-wen.

Sementara itu, rilis Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan turut melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Panama, demi mempertahankan kedaulatan dan martabat negara.

"Republik China telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Panama sesegera mungkin pada 13 Juni 2017, demi mempertahankan kedaulatan dan martabat negara. Taiwan akan menutup kedutaan besar di Panama, memanggil misi-misi teknis, serta menghentikan seluruh kooperasi bilateral dan program bantuan di Panama," jelas sebuah rilis resmi dari Kemlu Taiwan.

Taiwan kembali kehilangan salah satu dari 21 sekutu diplomatiknya setelah Panama lebih memilih membangun hubungan diplomatik dengan China. 

Presiden Panama Juan Carlos Varela mengumumkan kebijakan negaranya tersebut melalui sebuah pidato yang disiarkan di televisi. Namun, kabar itu pertama kali diberitakan oleh surat kabar La Estrella de Panamá. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari Straits Times, Selasa 13 Juni 2017.

Varela menyatakan, Panama tengah meningkatkan hubungan perdagangan dengan China dan membangun hubungan diplomatik penuh dengan negara pengguna Terusan Panama kedua terbesar itu. "Saya yakin ini merupakan jalan yang benar bagi negara kami," tegas Varela.

"Kami telah mengambil langkah bersejarah. Kedua negara memilih untuk terhubung dalam dunia yang semakin terintegrasi, yang menciptakan sebuah era baru peluang bagi hubungan yang kita mulai hari ini," terang presiden berusia 53 tahun tersebut.

Pasca-pemutusan hubungan oleh Panama, kini Taiwan hanya memiliki jalinan diplomatik dengan 20 negara di mana banyak di antaranya merupakan negara-negara kecil di Amerika Latin, Afrika, dan Pasifik. Mereka mendapat manfaat dari bantuan keuangan yang diberikan Taiwan.

Lingkaran sekutu diplomatik Taiwan kian menyusut sejak negara itu kehilangan kursi di PBB pada tahun 1971. Dua dekade berikutnya, mayoritas negara-negara mengalihkan dukungan diplomatik mereka dari Taipei ke Beijing.

Jepang mengambil kebijakan tersebut pada 1972, sementara AS melakukannya pada 1979. Pada Maret tahun lalu, Beijing dikabarkan menjalin kembali hubungan dengan Gambia, mantan mitra Taiwan di Afrika Barat.

Desember 2016, Sao Tome and Príncipe yang terletak di Afrika Barat memutus hubungan dengan Taiwan dan memulihkan hubungan dengan Tiongkok.

 

Saksikan juga video berikut:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya