Liputan6.com, Istanbul - Sejumlah bagian Laut Hitam dan Selat Bosphorus -- selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dan Asia -- berubah warnanya menjadi biru terang. Namun, perubahan tersebut telah mengkhawatirkan sejumlah warga di Turki.
Melalui media sosial, beberapa orang mengungkapkan kekhawatirannya bahwa telah terjadi tumpahan polusi. Sementara itu lainnya mengaitkan perubahan warna itu terkait dengan gempa yang mengguncang wilayah Aegean pada 12 Juni lalu.
Baca Juga
Namun para ilmuwan mengatakan, tidak ada hal misterius di balik perubahan warna perairan yang disertai dengan bau yang lebih tajam itu.
Advertisement
Dikutip dari The Guardian, Jumat (16/6/2017), Profesor ilmu lingkungan di Hacettepe University, Ahmet Cemal Saydam, mengatakan kepada kantor berita Dogan bahwa penyebabnya adalah lonjakan jumlah mikroorganisme Emiliania huxleyi, yang juga dikenal sebagai Ehux.
"Ini tidak ada kaitannya dengan polusi," kata Saydam yang menambahkan bahwa makhluk tersebut sangat baik untuk peningkatan jumlah ikan teri.
"Di seberang Laut Hitam ada ledakan jumlah Emiliania huxleyi. Ini adalah berkah," ujar Saydam.
Emiliania huxleyi adalah organisme bersel satu yang hanya terlihat dari lensa mikroskop. Kemampuan beradaptasi yang menakjubkan, memungkinkannya berkembang di perairan, dari khatulistiwa ke sub-Arktik.
Sementara itu menurut NASA, perubahan warna di Laut Hitam yang tertangkap oleh satelitnya kemungkinan disebabkan pertumbuhan fitoplankton tertentu yang disebut coccolithophore -- Emiliania huxleyi adalah spesies coccolithophore.
"Organisme khusus ini berlapis kalsium karbonat putih dan, jika ada dalam jumlah banyak, cenderung mengubah air menjadi kemilau susu," kata NASA
Dilansir Space.com, meski memiliki dampak positif, namun jika ledakan fitoplankton terlalu besar, hal tersebut memicu eutrofikasi, yakni ketika oksigen hilang dari air dan membunuh kehidupan laut.