Liputan6.com, Marawi - Komite manajemen krisis dan Kepolisian Marawi Filipina telah memulai program pelatihan terhadap sejumlah relawan penduduk sipil.
Bersama dengan otoritas setempat, para warga sipil itu akan ditugaskan sebagai satuan tugas khusus untuk mengumpulkan jasad manusia di bekas area pertempuran, jika konflik bersenjata telah usai.
Juru bicara untuk komite manajemen krisis Provinsi Lanao del Sur (provinsi lokasi Marawi), Zia Alonto Adiong, menjelaskan bahwa pihaknya telah merekrut sejumlah relawan setempat dan meminta kepolisian lokal untuk membantu program pelatihan, serta --jika mulai terlaksana-- proses pengumpulan jasad di area bekas pertempuran. Demikian seperti yang dikutip dari Inquirer.net, Senin (10/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Program itu dilakukan karena, Iligan, kota yang sedari awal dijadikan destinasi untuk evakuasi jasad dampak pertempuran di Marawi, tak lagi mampu menjalankan fungsi tersebut.
Jika mulai terlaksana, proses pengumpulan jasad di Marawi akan didukung dengan sejumlah fasilitas 'mobile crime laboratory' yang tersebar di sejumlah titik di perimeter kota.
"Kota Iligan tak lagi mampu mengumpulkan jenazah. Sementara kami selalu memiliki masalah itu. Maka nanti polisi, bersama sejumlah warga sipil, akan melaksanakan program itu. Program itu akan dibantu dengan beberapa mobile crime laboratory, guna memudahkan proses pengumpulan dan identifikasi jasad," jelas Zia Alonto Adiong.
"Tim pencarian dan penyelamatan serta beberapa relawan telah melakukan pelatihan bersama dengan kepolisian, guna melaksanakan proses pengumpulan dan identifikasi jasad," tambahnya.
Komite manajemen krisis Provinsi Lanao del Sur juga tengah menunggu maklumat dari dinas agama setempat, terkait tata cara penanganan jenazah berdasarkan ketentuan Islam. Sebelumnya, dinas agama setempat sempat mempermasalahkan tata cara penanganan jenazah yang dilakukan oleh petugas olah TKP kepolisian lokal.
"Kami harus mempersiapkan segala hal dan segala aspek. Jika dirasa telah aman, para petugas dan relawan kami mampu memasuki bekas area pertempuran serta memahami apa yang harus dilakukan," tambah Adiong.
Adion juga menjelaskan bahwa komitenya telah membentuk gugus tugas pelaporan orang hilang di berbagai pusat evakuasi di Iligan dan sejumlah titik di Lanao del Sur.
"Mereka yang mencari orang terkasih agar bersedia memberikan sampel DNA kepada petugas, demi pencocokan dengan basis data otoritas serta bukti klaim keluarga," tambah sang jubir komite.
Hingga saat ini, dilaporkan sekitar 125 warga sipil tewas sebagai dampak pertempuran Marawi yang pecah pada 23 Mei 2017. Tak hanya itu, pertempuran di kota berpopulasi 200.000 jiwa tersebut menyebabkan 180.000 warga harus dievakuasi dan 84.760 di antaranya terlantar.
Saksikan juga video berikut ini:
Â