Veteran Perang Dunia II Menangis Saat Menonton Film Dunkirk

Ken Sturdy, veteran Perang Dunia II, menitikkan air mata kala menonton film karya Christopher Nolan, mengingatkan memori masa perangnya.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Jul 2017, 10:28 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2017, 10:28 WIB
Evakuasi Dunkirk 1940 (Wikimedia Commons)
Evakuasi Dunkirk 1940 (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, London - Bagi industri perfilman, ada sesuatu yang luar biasa ketika membuat sebuah karya sinema peperangan. Kisah tragedi dan kepahlawanan, atmosfer medan perang, intensitas tempur yang tak terduga, hingga kengerian di pertempuran, merupakan sejumlah faktor yang memikat para sineas menggeluti film bergenre peperangan.

Genre film peperangan yang menangkap momen dan kisah-kisah itu telah ada sejak industri sinema tumbuh menjadi komoditas yang populer.

Namun, menurut pakar sinema, belum banyak film bergenre perang yang benar-benar menangkap dampak kengerian dan horor pertempuran secara intens, yang mampu menunjukkan segala sisi buruk perang, bukan hanya dari segi fisik, namun juga mental dan psikis.

Akan tetapi, ketika Dunkirk karya Christopher Nolan dirilis, beberapa pakar menyebut, film yang diangkat berdasarkan kisah peperangan nyata pada Perang Dunia II itu, sebagai salah satu contoh motion pictures yang mampu menangkap dampak kengerian dan horor pertempuran secara akurat.

Bahkan, salah satu veteran Perang Dunia II yang menjadi saksi sejarah kisah peperangan yang telah difilmkan oleh Nolan itu, menitikkan air mata kala menonton Dunkirk. Demikian seperti yang dilansir dari The Vintage News, Jumat (27/7/2017).

Ken Sturdy, sang veteran Perang Dunia II yang menitikkan air mata saat menonton film karya Nolan itu, masih berusia 20 tahun kala berdinas di Angkatan Laut Inggris. Saat masih berdinas pada 77 tahun yang lalu, Sturdy merupakan salah satu individu yang terlibat dalam peristiwa nyata tersebut, yang kini telah diadaptasi menjadi salah satu film box office 2017 itu.

Sturdy menitikkan air mata karena Dunkirk mengingatkan kembali memorinya semasa perang dan menyebut film itu benar-benar menggambarkan situasi saat ia masih berdinas. Air mata si veteran juga muncul karena film tersebut kembali mengungkit memori pria yang kini berusia 97 tahun itu pada kompatriotnya yang tewas di pertempuran.

"Sebuah kehormatan bagiku untuk menonton film tersebut. Tak disangka aku dapat melihat itu, seakan aku ada di sana," jelas Sturdy.

Evakuasi Dunkirk 1940 (Wikimedia Commons)

Ia juga kembali terkenang mengenai atmosfer Pantai Dunkirk pada 1940 --latar tempat dan waktu film Dunkirk--, yang sesak dipenuhi oleh para prajurit yang ketakutan, kala melakukan proses evakuasi melarikan diri dari kota kawasan pelabuhan di utara Prancis tersebut. Memori Sturdy itu merupakan salah satu tonggak plot cerita pada sinema karya Christopher Nolan.

"Aku masih berusia 20 tahun saat itu terjadi. Tapi, saat menonton film tersebut, aku kembali mengingat rekan-rekanku yang tewas di perairan itu. Beberapa di antaranya juga ada yang ditahan oleh musuh, ada yang tewas di pantai, ada yang bahkan ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi," ujar Sturdy.

"Malam ini aku menangis, karena mengingat peristiwa itu, dan mengetahui bahwa manusia akan melakukan tindakan itu (peperangan) kembali. Kita sudah banyak melakukan hal luar biasa. Namun manusia tetap saja akan melakukan hal bodoh seperti itu," jelas si veteran.

Film Dunkirk berhasil duduk di puncak box office sepanjang minggu lalu dan sukses meraup keuntungan senilai US$ 50,5 juta di AS dan Kanada. Pengamat juga menilai film itu sebagai salah satu yang berpotensi memenangi Oscar.

Film itu diangkat berdasarkan peristiwa nyata tentang upaya evakuasi pasukan Sekutu di Pantai Dunkirk pada 1940, yang diberi nama Operation Dynkmo. Pada tahun tersebut, Serangan Kilat (blitzkrieg) pasukan Nazi Jerman berhasil melululantahkan dataran Eropa. Hasilnya, Polandia, Norwegia, Denmark, Belanda, Luksemburg, dan Belgia berhasil direbut oleh pasukan Adolf Hitler dalam kurun waktu yang cukup cepat.

Prancis jadi salah satu negara yang diambang jatuh ke tangan Nazi Jerman saat salah satu kota di Prancis yang dianggap vital dari segi strategi militer hendak direbut oleh pasukan Wehrmacht (angkatan darat Nazi Jerman). Kota itu adalah Dunkirk.

Saat Wehrmacht hendak tiba di Dunkirk pada 1940, Adolf Hitler memerintahkan secara langsung agar pasukan Nazi Jerman menunda serangan ke kota pelabuhan di pinggir perbatasan Prancis itu. Padahal Panglima Nazi Jerman Herman Goering berujar bahwa pasukan udara Luftwaffe mampu dengan cepat membombardir kota yang menampung 300.000 pasukan Sekutu dan dengan mudah mengambil-alih kekuasaan Dunkirk ke tangan Hitler.

Tak dinyana, hal itu diketahui dan dimanfaatkan dengan baik oleh pasukan Sekutu. Sekitar 300.000 pasukan dan alutsista penting berhasil dievakuasi dari Dunkirk dalam rentang waktu singkat, menandai keuntungan besar bagi Inggris pada tahap Perang Dunia II selanjutnya.

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya