Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah jet tempur Rusia Su-30 melakukan intersep "tidak aman" terhadap pesawat Amerika Serikat P-8A pada hari Sabtu 25 November di Laut Hitam. Hal tersebut diungkapkan oleh Pentagon.
"Pesawat AS beroperasi di wilayah udara internasional dan tidak melakukan apa pun untuk memancing perilaku Rusia," ujar Letnan Kolonel Michelle Baldanza, Juru Bicara Pentagon seperti dikutip dari CNN pada Selasa (28/11/2017).
Baca Juga
Menurut Baldanza, tindakan jet Rusia tersebut dianggap tidak aman karena intersep burung besi itu memicu P-8A "berguling" 15 derajat dan mengalami turbulensi keras. Ia menambahkan, jet tempur Rusia itu mendekat sekitar 50 kaki dari pesawat AS.
Advertisement
Seorang pejabat Angkatan Laut AS menjelaskan bahwa pencegatan itu berlangsung sekitar 24 menit. "Tindakan yang tidak aman tersebut berpotensi menimbulkan bahaya serius dan cedera pada seluruh awak pesawat," terang Baldanza.
Insiden intersep ini merupakan yang kesekian kalinya antar pesawat AS-Rusia. Yang terakhir terjadi pada Juni lalu, ketika itu jet Rusia, Su-27 terbang dalam jarak lima kaki dari pesawat AU AS RC-135 di atas Laut Baltik.
"Persinggungan" yang terjadi di Laut Hitam juga bukan kali pertama, mengingat itu merupakan wilayah di mana Rusia, AS dan NATO beroperasi di kawasan yang cukup dekat. Terlebih, sejak Rusia meningkatkan kehadiran militernya pasca-aneksasi Crimea tahun 2014.
Rusia Tingkatkan Kapasitas Tempur
Pada akhir 2017, Rusia dikabarkan akan dipersenjatai dengan jet tempur Sukhoi Su-35 yang memiliki kemampuan manuver mumpuni.
Jet tersebut kali pertama diuji coba di Suriah. Seperti dimuat laman RBTH Indonesia, oleh Barat, Su-35 dianggap sebagai jawaban Rusia terhadap jet tempur generasi kelima buatan AS, F-22 Raptor.
Di sisi lain, ada yang menganggap Su-35 adalah modernisasi terakhir untuk evolusi jet tempur terbaik dunia di Abad ke-20. Atau, bisa saja ini merupakan langkah pertama dalam penciptaan sistem tempur generasi kelima T-50, yang sering disebut sebagai PAK FA.
Dari bentuk luarnya, Su-35 pada dasarnya merefleksikan jet tempur generasi kelima Rusia di masa depan. Harganya juga setidaknya tiga kali lebih murah dari T-50.
Ini merupakan salah satu alasan mengapa Kementerian Pertahanan Rusia memutuskan untuk menunda peluncuran PAK FA.
Menurut Vadim Kozyulin, profesor di Akademi Ilmu Militer, Su-35 dan T-50 memiliki kabin digital.
Jet ini tidak memiliki peralatan navigasi tradisional yang dilengkapi panah penunjuk. Sebagai gantinya, ada dua penampil kristal cair (liquid crystal display atau LCD) guna memberikan semua informasi yang pilot butuhkan dalam format picture in picture.
Selain itu, aktuator hidrodinamik dari sistem tenaga Su-35 diganti dengan yang bertenaga listrik, yang menurut para pembangunnya tidak hanya mengurangi luas dan berat, tapi juga membantu memperkenalkan sistem panduan jarak jauh paralel dari mesin.
"Secara praktik, ini berarti peran pilot semakin berkurang. Komputerlah yang menentukan pada kecepatan berapa dan cara apa mesin akan menemukan targetnya, dan pada momen apa ia akan membuat senjata dapat digunakan oleh penerbang.
Selain itu, jet tempur ini dapat melakukan sendiri sebagian manuver rumit, seperti terbang di ketinggian rendah," tutur Kozyulin.
"Sistem elektronik yang ada pada Su-35 memastikan bahwa pilot menggunakan senjata yang aman untuk mesin atau tidak akan membuat pesawat meledak," tambah Kozyulin.
Selain itu, jet tempur tersebut memiliki sistem radar canggih dengan Irbis, antena phased array (gelombang radio yang dapat diarahkan secara elektronik tanpa menggerakkan antena) yang memiliki kemampuan unik dalam mendeteksi target di jarak yang sangat jauh.
"Dalam hal karakteristik, radar ini mirip dengan yang di F-22. Irbis dapat mendeteksi target yang mendekat dari jarak 350 hingga 400 kilometer. Di jarak tersebut, Su-35 juga dapat melihat kapal induk. Pada jarak 150 sampai 200 kilometer dapat melihat jembatan kereta api. Di jarak 100 hingga 120 kilometer perahu motor, dan di jarak 60 hingga 70 kilometer sistem misil taktis yang bergerak atau sejumlah kendaraan lapis baja dan tank," kata Kozyulin.
Su-35 juga akan menggunakan mesin pesawat buatan Rusia, AL-41F-1S, yang tidak hanya memberikan mesin kecepatan dan kemampuan bermanuver hebat, tapi juga kemungkinan untuk menyimpan banyak senjata. Secara khusus, Su-35 dapat terbang dengan delapan ton bom dan misil berpresisi tinggi.
Su-35 memiliki 12 suspension hitches untuk menyimpan misil dan bom udara berpresisi tinggi ini. Ada dua hitches di ujung sayap untuk menampung wadah dengan sistem peperangan elektronik. Jet tempur ini dilengkapi dengan seluruh koleksi misil dan bom udara berpresisi tinggi.
Menurut Wakil Menhan Rusia Yuri Borisov, uji coba mesin yang lebih canggih untuk T-50 sudah hampir selesai.
Su-35, oleh karena itu, harus memiliki mesin canggih yang merupakan prasyarat jet tempur generasi kelima, yaitu kemampuan untuk melakukan penerbangan supersonik tanpa pembakaran lanjut (afterburning). Jet tempur modern seperti T-50 hanya membutuhkan sedikit pembakaran lanjut untuk penerbangan supersonik.
Advertisement