Liputan6.com, Kiev - Seorang penerjemah untuk Perdana Menteri Ukraina, Stanislav Yezhov, ditangkap setelah dicurigai sebagai mata-mata. Ia kemungkinan telah direkut oleh Rusia saat tinggal di Amerika Serikat dengan istrinya yang berasal dari Negeri Beruang Merah, Yulia Miroshnikova.
Perempuan yang merupakan ibu dari anak termuda Yezhov itu menyebut, peran suaminya sebagai mata-mata untuk Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) adalah omong kosong.
Namun laporan teranyar dari Kiev menyebut, perempuan berusia 32 tahun itu memiliki jutaan pound sterling yang ditahan di sebuah bank di Rusia. Kabarnya, ia memiliki sekitar 3,6 juta pound sterling atau sekitar Rp 65,2 miliar.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Daily Mail, Minggu (23/12/2017), Miroshnikova ternyata memiliki hubungan signifikan dengan Rusia. Ia merupakan lulus St Petersburg Polytechnic University.
Baik ayahanya, Alexander, dan kakeknya, Nikolai, merupakan awak kapal selam. Mereka adalah mata-mata untuk Barat.
Sampai Mei 2016, ia menemani Yezhov di Washington saat bekerja di Kedutaan Ukraina. Di sini lah para ahli keamanan meyakini bahwa ia direkrut menjadi mata-mata Rusia.
Saat menemani Yezhov di Washington, ia bekerja untuk perusahaan konsultan energi. Hal itu dilakukannya setelah mendapat gelar doktor dalam bidang instalasi daya terbarukan.
Oleh Perdana Menteri Ukraina, Volodymyr Groysman, Yezhov dijuluki "tikus berkacamata" setelah ditangkap atas dugaan spionase.
Dalam sebuah postingan Facebook, Groysman mengatakan bahwa Yezhov telah lama bekerja demi melayani kepentingan negara yang bermusuhan.
Belum diketahui apakah pria Ukraina itu akan dipenjara 12 hingga 15 tahun jika terbukti bersalah melakukan kegiatan mata-mata.
Penangkapan Stanislav Yezhov
Yezhov ditahan oleh dinas intelijen Ukraina (SBU) pada 20 Desember 2017. Sebuah rekaman memperlihatkan pria itu dikawal oleh dua petugas.
Ada kemungkinan masalah itu terungkap saat Menteri Luar Negeri Boris Johnson bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, di Moskow pada 15 Desember 2017.
Pengungkapan tersebut terjadi saat Perdana Menteri Inggris, Theresa May menggunakan perjalanannya ke Polandia. Kala itu ia menuduh Rusia menggunakan informasi sebagai senjata.
"Kremlin berusaha untuk merongrong sistem berbasis peraturan internasional, dan itu tidak akan berhasil," kata May.
Sementara itu, juru bicara Kemlu Inggris berkomentar, "Kami mengetahui pelaporan tentang penangkapan Stanislav Yezhov di Ukraina."
"Namun, kami tak bisa mengonfirmasi atau menolak tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Bukan tempat kami untuk berkomentar atas proses hukum di negara lain," tutup juru bicara terkait penangkapan penerjemah Ukraina itu.
Otoritas keamanan Ukraina menuduh Yezhov telah bertindak "atas perintah" badan intelijen Rusia dan telah menggunakan "peralatan khusus" untuk mengumpulkan informasi "tentang aktivitas struktur pemerintah".
Informasi tersebut lalu disampaikan Yezhov ke Moskow melalui "saluran komunikasi elektronik".
Advertisement