Unik, Universitas di China Gelar Lomba Lempar Granat

Jenis granat yang akan digunakan pada pertandingan Mei mendatang adalah granat tipe 23, peledak yang digunakan para tentara Jerman pada Perang Dunia II.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Apr 2018, 19:20 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 19:20 WIB
Granat tipe 23 yang biasa digunakan pada zaman Perang Dunia II oleh tentara Jerman (Wikipedia Commons)
Granat tipe 23 yang biasa digunakan pada zaman Perang Dunia II oleh tentara Jerman (Wikipedia Commons)

Liputan6.com, Taiyuan - Lazimnya, kompetisi tahunan di sebuah universitas akan diisi dengan pertandingan sepak bola, musik, atau memasak. Namun, pemandangan berbeda terlihat di sebuah kampus yang ada di China.

Dikutip dari laman BBC, Kamis (26/4/2018), North University of China yang terletak di kota Taiyuan, Provinsi Shanxi akan menyelenggarakan kompetisi lempar granat sebesar 500 gram pada Mei mendatang.

Seorang pengajar, Li Jiangxi, mengatakan bahwa pihak sekolah sudah berupaya menarik minat para siswa pada kompetisi tahunan. Sebelumnya, kompetisi yang diadakan adalah kontes lempar lembing.

Namun, karena kurangnya minat pihak sekolah menggantinya menjadi kontes lempar granat. Pasca kabar itu dipublikasi, ramai mahasiswa di North University of China yang ikut bagian.

"Para siswa langsung bergegas mendaftar," ujar Li Jiangxi.

"Bahkan ada sejumlah siswa yang terlambat mendaftar. Saat ditolak, wajah mereka begitu kecewa," jelasnya.

Ide gila ini datang dari seorang siswa bernama Wu Jianhang. Ia menulis surat untuk rektor dan menyarankan soal kegiatan baru.

Sementara itu, jenis granat yang akan digunakan pada pertandingan Mei mendatang adalah granat tipe 23 -- peledak yang digunakan para tentara Jerman pada Perang Dunia II.

Pihak universitas berharap agar kompetisi ini dapat berjalan lancar dan bisa terus berlanjut. Bahkan mereka berharap aktivitas ini dapat dipopulerkan.

Kompetisi tahunan ini sendiri adalah agenda yang selalu dilakukan untuk merayakan hari jadi universitas tersebut.

North University of China telah berdiri sejak 1941. Pertama kali didirikan kampus ini bernama Taihang Industrial School yang merupakan pusat pembuatan senjata dan pelatihan personel People's Liberation Army untuk mengembangkan persenjataan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hari Anak, Bocah Korut Menenteng Senapan

Seorang anak laki-laki tengah memanjat papan penghalang seperti seorang anggota militer dalam peringatan hari anak nasional Korea Utara (AFP)
Seorang anak laki-laki tengah memanjat papan penghalang seperti seorang anggota militer dalam peringatan hari anak nasional Korea Utara (AFP)

Lain universitas di China, lain pula dengan anak-anak di Korea Utara. Negara ini memanglah beda. Di negara lain, hari anak dirayakan dengan liburan atau permainan yang menyenangkan.

Di Pyongyang dan sekitarnya, pada hari anak, para bocah diajari keterampilan militer alias perang-perangan.

Mereka pura-pura jadi tentara, menenteng senapan, merangkak, melempar granat bohong-bohongan, dan melewati halang rintang--seakan musuh ada di depan mata.

Aktivitas militer untuk merayakan hari anak adalah ide sang Pemimpin Tertinggi, Kim Jong-un.

Seorang guru mengatakan, tujuannya adalah membangkitkan semangat anak-anak, sekaligus menanamkan sikap bela negara.

Anak-anak itu, kata sang guru, juga harus dipersiapkan secara fisik dan mental untuk menghadapi musuh saat beranjak dewasa kelak.

Kegiatan tersebut sejalan dengan kebijakan Songun: bahwa militer adalah yang pertama dan utama.

Seorang murid bernama Myong Hyon-Jong mengaku bercita-cita jadi tentara. Ia yang suka pelajaran matematika bertekad melindungi sang Pemimpin, Kim Jong-un.

"Kami harus mempersiapkan diri untuk mempertahankan negara," ujar anak 10 tahun tersebut.

Belajar Loyalitas

Semua murid sekolah dasar Korea Utara secara otomatis tergabung dalam Korean Children’s Union. Mereka mengenakan seragam khusus, lengkap dengan syal merah yang menjadi lambang di setiap negara komunis.

Sejak belia mereka sudah diajarkan untuk setia kepada pemerintah. Tak hanya latihan ala militer, otak anak-anak juga dijejali kisah-kisah heroik, prestasi, dan pengabdian yang sudah dilakukan oleh para "pria hebat" di Korut.

Para pria hebat itu merujuk pada nama pendiri Korea Utara, yaitu Kim Il-sung dan penggantinya Kim Jong-il -- kakek dan ayah Kim Jong-un.

Mereka juga diajarkan untuk menjunjung tinggi nilai "Juche"-- ideologi Korea Utara yang berarti "kemandirian".

Setelah acara selesai, para siswa akan menari membentuk sebuah formasi dan menyanyikan lagu "We Have Nothing to Envy in the World"--yang mengingatkan mereka untuk tidak iri pada negara lain.

Para siswa juga menyanyikan kidung pujian setinggi langit untuk Kim Jong-un.

"Kalian tidak boleh melupakan cinta dan pengabdian dari pemimpin bangsa Kim Jong-un," ujar kepala sekolah di hadapan para murid dan orang tua.

"Belajarlah dengan keras sehingga bisa menjadi pria hebat di masa depan," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya