Qatar: Langkah Israel Menembaki Warga Palestina di Gaza adalah Pembantaian Brutal

Qatar mengutuk keras pasukan Israel yang menembaki demonstran Palestina di Gaza, menyebut tindakan itu sebagai 'pembantaian brutal'.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Mei 2018, 20:20 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 20:20 WIB
Momen Saat Demonstran Palestina Dihujani Gas Air Mata di Jalur Gaza
Sekelompok demonstran Palestina berlarian saat ditembakkan gas air mata oleh paskuan Israel di jalur Gaza (11/5). Warga Palestina ini menuntut dikembalikannya hak dan tanah tempat tinggal mereka yang diduduki oleh Israel. (AFP Photo/Mohammed Abed)

Liputan6.com, Doha - Qatar mengutuk keras tindakan pasukan Israel yang menembaki demonstran Palestina di Gaza dan menyebut tindakan itu sebagai sebuah "pembantaian brutal".

Demonstrasi yang dilakukan ribuan warga Palestina di Gaza pada Senin, 14 Mei 2018 berubah menjadi bentrokan berdarah setelah pasukan perbatasan Israel melepas tembakan ke arah massa. Sekitar 59 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataannya pada Senin, mengecam peristiwa itu.

"Qatar mengecam keras atas pembantaian brutal dan pembunuhan sistematis yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga Palestina yang tidak bersenjata," kata Lolwah Al Khater, Juru Bicara Kemenlu Qatar, seperti dikutip dari Al Araby (15/5/2018).

"Kami menyerukan kepada semua kekuatan internasional dan regional yang memiliki suara terhadap Israel untuk segera bertindak dan menghentikan mesin pembunuh brutal itu," tambahnya.

Tindakan pertahanan militer Israel di Jalur Gaza yang menewaskan puluhan warga Palestina disebut sebuah bentrokan terburuk sejak perang besar pada 2014.

Bentrokan itu merupakan buntut dari aksi protes rakyat Palestina sejak enam minggu terakhir, yang dikoordinasi oleh Hamas dalam tajuk "Great March of Return".

Dikutip dari BBC, aksi protes turut menyasar perayaan hari jadi Israel ke-70, yang oleh masyarakat Palestina disebut sebagai Nakba atau hari bencana.

Selain itu, aksi protes juga dialamatkan pada rencana pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem.

Israel mengatakan sekitar 40 ribu warga Palestina telah ambil bagian dalam "kerusuhan kekerasan" di 13 lokasi di sepanjang pagar keamanan Jalur Gaza.

Demonstran Palestina melemparkan batu dan beragam jenis bom molotov, sementara militer Israel menahannya dengan tembakan gas air mata dan serangan penembak jitu.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela militernya, dan mengatakan, "Setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya."

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Presiden Turki Sebut Israel Negara Teroris

Tolak Pemindahan Kedutaan AS di Yerusalem, Ribuan Warga Banjiri Istanbul
Para pengunjuk rasa membawa bendera Turki dan membentangkan bendera Palestina saat menggelar aksi menolak perpindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem di Istikilal di Istanbul, Turki (14/5). (AFP/Ozan Kose)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin, 14 Mei, menyebut Israel sebagai "negara teroris".

Ungkapan itu ia tujukan sebagai bentuk kecaman atas langkah pasukan Israel yang menembak mati lebih dari 50 warga Palestina, yang ambil bagian dalam demonstrasi di sepanjang perbatasan Gaza. Demikian seperti dikutip dari The Jerusalem Post.

Ia juga menambahkan bahwa mereka yang tewas adalah warga sipil yang tengah mempraktikkan hak demokratis mereka. Erdogan menyampaikan "belasungkawa kepada para martir" dan menegaskan kembali dukungan Turki untuk "saudara-saudari Palestina" mereka.

Erdogan juga menyerukan tiga hari berkabung di Turki sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang tewas dalam demonstrasi yang bertepatan dengan peresmian Kedutaan Amerika Serikat di Yerusalem tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya